5 Pahlawan Perempuan Paling Berjasa di Era Perang Dunia II 

#IDNTimesScience Mereka berhasil menyelamatkan banyak nyawa

Perempuan hampir selalu diidentikkan dengan makhluk lemah. Begitu juga saat Perang Dunia II pecah, perempuan diharuskan tinggal di kota, sementara hampir semua pria pergi membela negara di medan perang.

Namun tidak semua perempuan mau menerima keputusan itu, bahkan tidak sedikit yang kemudian maju ke garis terdepan, dan menjadi pahlawan yang menyelamatkan banyak nyawa. Dilansir Ranker, ini dia lima pahlawan perempuan paling berjasa di era Perang Dunia II, siapa mereka?

1. Nancy Wake 

5 Pahlawan Perempuan Paling Berjasa di Era Perang Dunia II gambar Nancy Wake (thefamouspeople.com)

Nancy Wake sebenarnya bisa saja hidup tenteram mengingat dia adalah warga Selandia Baru, yang bekerja sebagai perawat dan jurnalis di sejumlah kota seperti New York dan London. Ketika akhirnya Prancis jatuh ke tangan Jerman di era Perang Dunia II, Nancy tinggal bersama suaminya di Marseilles. Alih-alih kabur, Nancy justru memutuskan untuk menjadi mata-mata Prancis.

Bersama suaminya, Nancy merawat sekitar 200 pilot Sekutu yang ditembak jatuh, dan mengembalikan mereka ke Inggris dengan selamat tepat di bawah hidung Nazi. Gerah dengan kelakuan Nancy, Nazi menawarkan uang sebesar 5 juta franc kepada siapa saja yang berhasil menangkapnya. Sayang, perempuan ini terlalu lihai untuk ditangkap.

Nazi menjulukinya sebagai "Tikus Putih" karena dia berkali-kali lolos dari penangkapan. Pada tahun 1943, "Tikus Putih" ini berhasil ditangkap oleh Nazi, dan menjalani penyiksaan selama 4 hari sebelum akhirnya dibawa ke London. Bukannya berhenti, dia kembali lagi ke Prancis sebagai mata-mata Sekutu hingga perang berakhir.

2. Ruby Bradley 

5 Pahlawan Perempuan Paling Berjasa di Era Perang Dunia II gambar Ruby Bradley (military.wikia.org)

Ruby Bradley adalah seorang perawat berkebangsaan Amerika Serikat yang bekerja sebagai administrator di kamp militer John Hay, Filipina. Pada tahun 1941, Jepang berhasil menguasai Filipina, dan memenjarakan semua tentara Amerika, termasuk Bradley. Berada di tahanan nyatanya tidak menghentikan Bradley untuk membantu sesama. Bradley seringkali membiarkan dirinya kelaparan dengan memberikan semua jatah makanan untuk tawanan lain.

Dia diam-diam menyelundupkan makanan tambahan, obat-obatan, alat medis, membantu kelahiran 13 bayi, bahkan melakukan 203 operasi besar dari dalam penjara. Saking mulianya, para tahanan memberikan julukan "Angels in Fatigues" atau "Malaikat Kelelahan". Setelah Perang Dunia II berakhir, Bradley kembali ditugaskan sebagai kepala perawat di Perang Korea.

November 1950, rumah sakit tempatnya bekerja diserang. Sebagai perawat, Bradley bisa saja melarikan diri dengan menaiki pesawat militer, dan meninggalkan pasiennya. Namun yang terjadi justru sebaliknya, Bradley menolak dievakuasi sebelum semua pasiennya berada di pesawat, dan menjadi orang terakhir yang dievakuasi oleh pesawat militer Amerika Serikat.

Baca Juga: Gencatan Senjata, 5 Kejadian Besar yang Mengakhiri Perang Dunia II 

3. Susan Travers 

5 Pahlawan Perempuan Paling Berjasa di Era Perang Dunia II gambar Susan Travers (ponytailjournal.com)

Lahir dari keluarga kaya nyatanya tidak membuat Susan Travers mengabaikan orang lain. Segera setelah Perang Dunia II pecah, Travers bergabung dengan Palang Merah Prancis sebagai perawat, sebelum akhirnya mendapat tugas sebagai sopir ambulans di Finlandia. Dia kemudian memutuskan untuk pindah ke Inggris setelah Jerman berhasil mencaplok Norwegia.

Jauh dari teror Jerman, bukan berarti Travers berhenti berjuang. Di Inggris, Travers justru bergabung dengan Free French Forces. Tahun 1941, Travers dikirim ke Suriah dan bekerja sebagai sopir ambulans untuk para legiun Prancis. Dia juga pergi ke Afrika setahun kemudian untuk menjalankan tugas yang sama, dan baru pensiun setelah Perang Dunia II berakhir.

4. Natalia Peshkova 

5 Pahlawan Perempuan Paling Berjasa di Era Perang Dunia II gambar Natalia Peshkova (historycollection.com)

Natalia baru berusia 17 tahun, saat Uni Soviet merekrutnya sebagai petugas medis di Perang Dunia II. Bersama tentara Soviet, Natalia berdiri di garis terdepan melawan invasi Jerman. Lebih sialnya lagi, unit tempat Natalia bertugas memiliki fasilitas yang buruk. Sebagai perawat militer, Natalia dan tim-nya hanya dilengkapi dengan senjata rusak untuk melindungi diri.

Mereka juga hanya diberi tepung kacang, dan satu sosis kuda sebagai makanan harian. Penderitaan Natalia tidak berakhir di situ, suatu malam seekor kuda lapar memakan sepatu bot satu-satunya, dan membuat perawat muda ini terpaksa berjalan tanpa alas kaki selama lebih dari sebulan.

Hebatnya, semua keterbatasan itu tidak membuat perawat muda ini setengah-setengah dalam menjalankan kewajibannya. Kapan pun seorang tentara terluka, Natalia akan masuk ke medang perang, dan membawa tentara malang itu ke rumah sakit untuk diselamatkan.

5. Lise Børsum 

5 Pahlawan Perempuan Paling Berjasa di Era Perang Dunia II gambar Lise Børsum (alchetron.comhistorycollection.com)

Lise Alnæs atau yang lebih dikenal dengan nama Lise Børsum adalah putri seorang komposer terkenal Norwegia, Eyvind Alns. Sebenarnya, Lise bisa saja menjadi pianis hebat. Namun panggilan hati membuatnya meninggalkan musik, dan memilih untuk membantu korban Perang Dunia II. Ketika Nazi mulai merajalela, Lise dan suaminya yang berprofesi sebagai dokter berusaha memperingatkan sebanyak mungkin orang Yahudi di Norwegia untuk bersembunyi.

Tidak berhenti sampai disitu, Lise dengan bantuan sejumlah kenalan juga menyelundupkan orang-orang Yahudi untuk keluar dari negara tersebut. Usahanya tidak selalu berhasil, tetapi berkat Lise, ada banyak orang yang selamat dari ancaman kamp penyiksaan Nazi. Lambat-laun, apa yang dilakukan oleh Lise diketahui Nazi.

Dia dan suaminya ditangkap pada tahun 1943. Sementara suaminya bisa bebas, Lise dikirim ke kamp penyiksaan Ravensbrück milik Nazi, di mana dia mengalami penyiksaan, dan kerja paksa sampai Palang Merah Swedia menyelamatkannya pada 7 April 1945.

Berusaha menyelamatkan nyawa orang lain di bawah desingan peluru musuh bukanlah sesuatu yang mudah, salah-salah justru nyawa kita-lah yang akan melayang. Namun kematian nyatanya bukanlah ancaman menakutkan bagi lima perempuan ini. Saking beraninya, mereka bahkan rela menukar nyawanya sendiri agar orang lain bisa selamat.

Baca Juga: 5 Pahlawan di Era Perang Dunia II yang Terlupakan, Siapa Saja?

Siti Marliah Photo Verified Writer Siti Marliah

Find me on 📷 : instagram.com/sayalia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya