5 Fakta Avalanche, Longsor Salju yang Mematikan

Fenomena alam yang mengerikan!

Gunung yang diselimuti salju putih memang terlihat simpel tetapi elegan. Salah satu keindahan alam ini dimanfaatkan pengunjung untuk berolahraga, misalnya snowboarding dan bermain ski. Tidak jarang pula mereka menunjukkan keberaniannya dengan menaiki gunung yang dingin itu.

Di balik itu semua, gunung salju juga berbahaya. Salah satu bahaya yang mengancam nyawa adalah avalanche atau longsor salju. Yuk, mari kita mempelajari fakta-fakta terkait fenomena alam tersebut!

1. Apa itu avalanche?

5 Fakta Avalanche, Longsor Salju yang Mematikanilustrasi avalanche (encyclopedie-environnement.org)

Avalanche adalah massa salju, es, dan batu yang jatuh dengan cepat menuruni lereng gunung. Menurut Government of Canadafenomena ini terjadi karena empat faktor, yaitu lereng yang curam, tanah yang ditutupi salju, lapisan lemah di tanah tersebut, dan pemicu.

Longsor salju tersebut dipicu angin, hujan, temperatur yang menjadi hangat, dan gempa bumi. Hal ini menjadi sangat bahaya ketika manusialah yang menjadi pemicu.

Mengutip National Geographic, massa salju ini pecah bagaikan kaca kemudian meluncur menuruni bukit dengan kecepatan hingga 160 kilometer per jam. Situs ini menganalogikannya dengan kecepatan mobil di jalan tol. Seram, ya!

2. Terdapat berbagai jenis avalanche

5 Fakta Avalanche, Longsor Salju yang Mematikanilustrasi avalanche (washoecounty.gov)

Ada tujuh jenis avalanche sebagaimana dilansir Avalanche.orgyaitu

  • Slab Avalanche: 

Jenis avalanche paling mematikan. Agar lebih mudah dimengerti, coba bayangkan meja yang dimiringkan dengan buku di atasnya. Buku ini meluncur ke bawah. Nah, posisi kamu ada di atas buku tersebut. Jadinya, kamu didorong terus-menerus tanpa ada kesempatan untuk membebaskan diri. Biasanya dipicu oleh berat tubuh seseorang.

  • Loose Snow Avalanche: 

Angka kematian sangat sedikit karena ukurannya kecil dan biasanya retak di bawah pendaki saat melintasi lereng, bukan di atas seperti slab avalanche. 

  • Icefall Avalanche: 

Ketika gletser mengalir di atas tebing, mereka membentuk es yang serupa dengan air terjun, yaitu icefall. Saat jatuh, balok es ini menciptakan longsor es yang sering membawa salju di bawahnya. Angka kematian sedikit apabila dibandingkan slab avalanche. Kebanyakan kematian disebabkan karena cuaca yang buruk membuat korban tidak dapat melihat icefall saat mereka mendirikan kemah.

5 Fakta Avalanche, Longsor Salju yang Mematikanilustrasi gunung salju (unsplash.com/Jean Woloszczyk)
  • Cornice Fall Avalanche: 

Mirip dengan icefall avalanche dari segi pemicu dan angka kematian. Avalanche jenis ini tetap berbahaya karena korban terlalu dekat dengan bagian salju yang lemah dan tidak sengaja menginjaknya. Alhasil, korban akan jatuh bersamaan dengan avalanche tersebut.

  • Wet Avalanche:

Terjadi ketika temperatur udara yang hangat, matahari, atau hujan mengakibatkan air untuk meresap melalui snowpack dan mengurangi kekuatan salju. Snowpack adalah salju di tanah daerah pegunungan yang bertahan sampai datangnya cuaca yang lebih hangat. Wet avalanche menyebabkan kematian, kerusakan properti dan hutan, serta membahayakan jalan raya.

  • Glide Avalanche:

Berlangsung saat seluruh snowpack meluncur bersamaan seperti gletser. Sulit dipicu manusia. Akan tetapi, pendaki harus selalu berhati-hati dan tidak berkemah di bawahnya.

  • Slush Avalanche:

Jenis avalanche yang aneh karena terjadi pada lereng yang sangat landai dibandingkan avalanche yang lain. Jarang menyebabkan kematian tetapi berbahaya bagi pendaki yang berkemah di tempat yang salah atau bangunan yang didirikan di tempat yang tidak tepat.

Baca Juga: Mengenal Welwitschia, 'Fosil Hidup' di Padang Gurun     

3. Masih ada mitos tentang avalanche

5 Fakta Avalanche, Longsor Salju yang Mematikanilustrasi avalanche (unsplash.com/Krzysztof Kowalik)

Mitos yang dimaksud di sini bukanlah mitos 'supernatural' di balik avalanche, melainkan misinformasi dan disinformasi yang jadi penentu antara hidup dan mati.

Salah satu mitos yang paling populer adalah avalanche dapat dipicu oleh kebisingan layaknya dalam film-film. Meskipun begitu, Utah Avalanche Center menegaskan bahwa hal tersebut merupakan mitos yang tidak pernah mati. Kekuatan kebisingan tidak cukup kecuali jika suara itu sangat keras, misalnya ledakan dalam jarak yang dekat. Laman tersebut juga menjelaskan bahwa sebanyak 90 persen avalanche yang mematikan disebabkan oleh berat korban atau salah satu anggota kelompok korban.

Selanjutnya, ada juga saran untuk 'membuang ludah' supaya korban yang tertimbun avalanche dapat membedakan sisi atas dan sisi bawah. Tindakan meludah biasanya diikuti dengan usaha menggali untuk membebaskan diri dari timbunan avalanche.

Namun, aksi ini justru tidak berguna dan malah menghabiskan energi. Masih mengutip Utah Avalanche Center,  korban itu seolah-olah terkubur dalam beton. Oleh karena itu, bantuan dari pihak lain sangat dibutuhkan karena hampir mustahil bagi korban untuk keluar dari tumpukan salju itu secara mandiri.

4. Avalanche dapat membunuh!

5 Fakta Avalanche, Longsor Salju yang Mematikanilustrasi dampak avalanche (apps.itd.idaho.gov)

Bukan sebuah rahasia bahwa avalanche dapat merenggut nyawa manusia. Bahkan, History mencatat bahwa avalanche membunuh lebih dari 4 ribu orang di Peru pada 10 Januari 1962. Delapan tahun kemudian tepatnya tanggal 31 Mei, negara tersebut mengalami gempa bumi yang memicu avalanche. Menurut WorldAtlas, angka kematian tragedi ini mencapai kurang lebih 20 ribu orang.

Informasi dari situs Ready.gov menunjukkan bahwa kematian oleh avalanche disebabkan oleh kekurangan oksigen, trauma, dan hipotermia. Kematian karena kekurangan oksigen terjadi ketika karbon dioksida korban yang tertimbun menumpuk di salju sekitar mulut mereka. Akibatnya, korban mati karena keracunan karbon dioksida.

Di sisi lain, trauma terjadi ketika korban menabrak pohon dan batu saat terbawa avalanche. Hipotermia juga dapat menjadi penyebab kematian apabila korban tertimbun selama kurang lebih dua jam.

Dilansir Utah Avalanche Center, 93 persen korban avalanche dapat bertahan hidup dalam 15 menit pertama setelah avalanche terjadi. Akan tetapi, persentase tersebut berkurang seiring berjalannya waktu. Memasuki kurun waktu 45 menit, hanya 20-30% korban yang hidup. Setelah dua jam, hampir tidak ada korban yang bertahan hidup.

5. Cara bertahan hidup dari avalanche

5 Fakta Avalanche, Longsor Salju yang Mematikanilustrasi gunung salju (unsplash.com/Yasmin Gomes)

Ketika terbawa avalanche, National Geographic mengimbau untuk segera membebaskan diri. Sayangnya, aksi ini tidaklah mudah mengingat kecepatan avalanche yang mampu mencapai 160 kilometer per jam. Maka dari itu, mereka yang terbawa avalanche disarankan untuk mencari pegangan pohon terdekat.

Apabila tidak ada pohon, mereka harus terus berusaha untuk berenang agar tidak tenggelam. Sebelum avalanche menjadi keras layaknya beton, buatlah ruang udara di depan mulut dan dorong tangan ke atas sebagai petunjuk agar mudah ditemukan oleh teman atau tim penyelamat.

Itulah lima fakta mengenai avalanche. Fenomena alam ini sangat berbahaya dan mematikan. Namun, gunung salju tetap menjadi salah satu destinasi pilihan bagi berbagai orang, misalnya turis yang sekadar berkunjung, pendaki, dan orang-orang yang menyukai olahraga musim dingin. Bagaimana pendapat kamu tentang gunung salju dan avalanche? 

Baca Juga: 5 Fakta Tornado Api, Fenomena Alam Langka Indah tapi Ngeri

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya