Sempat Dikira Punah, Ini 6 Fakta Bunglon Kerdil Chapman

Apa saja faktanya?

Para peneliti telah menemukan populasi bunglon kerdil Chapman (Rhampoleon chapmanorum) yang bertahan hidup di petak-petak kecil hutan hujan di Malawi, Afrika. Dilansir Live Science, peneliti menemukan 17 bunglon dewasa di 2 area hutan, tepatnya di Perbukitan Malawi. Selanjutnya, dijumpai pula 21 bunglon dewasa dan 11 anak di area dekat Mikundi.

Menurut jurnal Oryx - The International Journal of Conservation yang diterbitkan secara daring oleh Cambridge University Press, ada kemungkinan bahwa jumlah bunglon yang hidup melebihi total yang ditemukan. Yang pasti, penemuan ini merupakan suatu fenomena yang bahkan membuat para peneliti berlompat-lompat, penuh dengan rasa girang.

Berikut adalah enam fakta tentang bunglon kerdil Chapman (Rhampoleon chapmanorum).

1. Ukuran mini, lebih kecil dari cecak

Sempat Dikira Punah, Ini 6 Fakta Bunglon Kerdil Chapmanperbandingan bunglon kerdil Chapman dan cecak (people.comaustraliangeographic.com.au)

Seperti namanya, 'kerdil' atau 'pygmy', ukuran tubuh bunglon kerdil Chapman sangat kecil. Dilansir jurnal Oryx, panjang tubuh bunglon tersebut hanya mencapai 5.5 cm. Sebagai perbandingan, panjang cecak (Hemidactylus frenatus) ada di kisaran angka 7.5-15 cm, sebagaimana dilansir Global Invasive Species Database

Dengan ukuran tubuh yang sangat kecil, bunglon kerdil Chapman bertahan hidup dari ancaman dengan menirukan dedaunan melalui mimikri. Selain itu, mereka menggunakan getaran suara berfrekuensi rendah yang kemungkinan dimanfaatkan untuk menakuti predator. Suara yang sama juga digunakan untuk berkomunikasi.

Bunglon tersebut memiliki kulit berwarna cokelat, tetapi dapat berubah menjadi warna biru dan hijau dengan titik-titik kecil. 

Bunglon ini mencari makanan di serasah daun pada siang hari dan hinggap di pohon atau semak-semak pada malam hari untuk tidur.

2. Tinggal di Malawi, Afrika

Sempat Dikira Punah, Ini 6 Fakta Bunglon Kerdil Chapmanhabitat bunglon kerdil Chapman ditebang untuk perkebunan jagung dan singkong (sanbi.org)

Habitat bunglon kerdil Chapman terletak di Perbukitan Malawi, lebih tepatnya di Bukit Natundu, Afrika. Spesies bunglon ini mendiami hutan hujan di lereng gunung dengan ketinggian rendah.

Mereka hidup di semak-semak rendah dan di lantai hutan. Ketika malam tiba, mereka hinggap di dahan rendah untuk tidur.

Christopher V. Anderson dari Brown University dan SSC Chameleon Specialist Group (CSG) menjelaskan bahwa bunglon kerdil Chapman hinggap di dahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan spesies lain yang punya kemiripan.

"Sebagian besar makhluk yang melakukan kamuflase daun hinggap di dahan yang dekat dengan lantai hutan pada malam hari. Di sisi lain, bunglon kerdil Chapman hinggap di dahan yang lebih tinggi. Jadi, area hutan dengan kanopi terbuka dan area hutan yang tidak memiliki lantai hutan tidak akan mampu menunjang kehidupan spesies tersebut," ujar Christopher.

3. Pertama kali ditemukan tahun 1992

Sempat Dikira Punah, Ini 6 Fakta Bunglon Kerdil Chapmangambar bunglon kerdil Chapman (dailymaverick.co.za)

Bunglon kerdil Chapman pertama kali ditemukan tahun 1992 di hutan hujan Perbukitan Malawi. Beberapa saat kemudian, hewan ini dilepaskan ke hutan terpisah sejauh 95 km di Malawi dan di dekat Mikundi. Harapannya, persebaran ini dapat meningkatkan peluang bunglon mini tersebut untuk bertahan hidup.

Meskipun begitu, bunglon tersebut tidak pernah terlihat lagi sebelum akhirnya peneliti menemukan spesies yang dikira punah pada tahun 2016.

Baca Juga: 15 Hewan Terkenal yang Dikira Punah, padahal Masih Ada

4. Merupakan salah satu bunglon paling langka di dunia

Sempat Dikira Punah, Ini 6 Fakta Bunglon Kerdil Chapmangambar IUCN Red List yang menyatakan bunglon kerdil Chapman berstatus kritis (edgeofexistence.org)

Sebagai hewan yang mendekati kepunahan, tidak heran jika bunglon kerdil Chapman disebut-sebut sebagai salah satu bunglon paling langka di dunia. Dalam IUCN Red List, yaitu daftar hewan dilihat dari status kepunahannya, spesies ini termasuk kategori Critically Endangered (kritis).

Hampir punahnya spesies bunglon ini disebabkan penebangan hutan. Alasan ini masuk akal, apalagi jika dihubungkan dengan pernyataan Christopher V. Anderson sebelumnya yang mengatakan bahwa adanya kanopi terbuka dan tidak adanya lantai hutan akan berbahaya bagi kelangsungan hidup bunglon kerdil Chapman.

5. Bertahun-tahun tidak terlihat, bunglon kerdil Chapman ditemukan lagi pada 2016

Sempat Dikira Punah, Ini 6 Fakta Bunglon Kerdil Chapmangambar bunglon kerdil Chapman (sanbi.org)

Kepunahan bunglon kerdil Chapman sempat menjadi pertimbangan bagi beberapa orang, seperti Christopher V. Anderson. Kabar baiknya, setelah bertahun-tahun mencari kepastian terkait kepunahan bunglon ini, para peneliti mendapatkan jawaban yang dibutuhkan.

Tahun 2016, tim peneliti dari South African National Biodiversity Institute (SANBI) dan Museums of Malawi menemukan hewan tersebut di tepi hutan. Hal ini membuat Krystal Tolley, penulis utama penelitian yang dimuat di jurnal Oryx, senang bukan main.

Proses penemuannya diawali dari perbandingan citra satelit modern dari Perbukitan Malawi dengan citra satelit tahun 1980-an. Berdasarkan estimasi Krystal Tolley dan tim, telah terjadi degradasi hutan sebanyak 80 persen.

Tahap selanjutnya, tim peneliti mengidentifikasi area-area yang berpotensi menunjukkan tanda kehidupan bunglon. Mereka mengamati area tersebut pada malam hari dengan berjalan di sepanjang jalur hutan. Kegelapan ini diatasi menggunakan obor.

Akhirnya, ditemukanlah 49 bunglon kerdil Chapman.

Lima tahun kemudian, pada 3 Agustus 2021, tim tersebut menerbitkan penemuannya di jurnal Oryx - The International Journal of Conservation.

6. Belum aman, perlu ada langkah lanjutan untuk mencegah kepunahan

Sempat Dikira Punah, Ini 6 Fakta Bunglon Kerdil Chapmanilustrasi penebangan hutan (unsplash.com/Ales Krivec)

Setelah mengambil sampel DNA bunglon kerdil Chapman, ditemukan bahwa bunglon tersebut terisolasi dalam petak hutannya masing-masing dan tidak dapat melakukan perjalanan untuk berkembang biak. Melihat hal ini, Krystal Tolley menyerukan perlunya reboisasi yang mendesak.

"Hilangnya hutan membutuhkan perhatian dengan segera sebelum spesies ini mencapai titik kepunahan. Diperlukan tindakan konservasi yang mendesak, termasuk penghentian perusakan hutan dan pemulihan habitat," tutur Krystal.

Ditemukannya kembali spesies bunglon ini setelah bertahun-tahun tidak terlihat tentunya menggembirakan. Namun, perlu ada aksi berikutnya untuk memastikan bunglon kerdil tidak punah. Semoga, aksi reboisasi dan konservasi tersebut dapat direalisasikan dan pada akhirnya mampu mencegah kepunahan hewan yang berstatus Critically Endangered ini.

Baca Juga: Nyaris Punah, 20 Potret Spesies Hewan Paling Langka di Dunia

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya