Yangtze Giant Softshell Turtle: Penyu yang Paling Langka

Diketahui populasinya kurang dari lima ekor saja

Diburu dagingnya, diburu telurnya, dan diburu tulangnya. Jika berhasil hidup dan tidak menjadi hidangan makan malam pun, kehancuran habitat menanti. Itulah yang dialami penyu raksasa tempurung lunak Yangtze (Rafetus swinhoei), hewan yang saat ini berhadapan langsung dengan kepunahan.

Dengan jumlah populasi yang tidak mencapai lima, manusia menjadi penentu hidup dan mati. Oleh sebab itu, manusia harus bergegas untuk mencegah kemusnahan hewan ini. Simak fakta lengkapnya jika ingin mengetahui seluk-beluk penyu Yangtze.

1. Spesies penyu air tawar yang paling besar di dunia

Yangtze Giant Softshell Turtle: Penyu yang Paling Langkapenyu raksasa tempurung lunak Yangtze (commons.wikimedia.org/Phuongcacanh)

Selain menjadi spesies penyu paling langka di muka bumi, penyu Yangtze juga merupakan spesies penyu air tawar yang paling besar di dunia. Bedanya, 'rekor' yang berkaitan dengan populasi ini bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan.

Mengutip ThoughtCo, panjang tubuh penyu besar ini mencapai 91 cm, sedangkan lebar tubuhnya bisa melebihi 60 cm. Dengan ukuran seperti ini, tidak heran berat tubuh hewan ini mencapai 120 kg.

Seperti namanya, penyu Yangtze memiliki tempurung yang lunak. Penyu yang berada di ambang kepunahan ini memiliki moncong layaknya seekor babi. Tubuhnya berwarna abu-abu dengan bintik-bintik kuning atau abu-abu muda.

2. Tersebar di China dan Vietnam

Yangtze Giant Softshell Turtle: Penyu yang Paling Langkadanau Dong Mo, Vietnam (commons.wikimedia.org/Handyhuy)

Kata 'Yangtze' pada 'Penyu raksasa tempurung lunak Yangtze' merujuk pada habitatnya di Sungai Yangtze. Menurut Asian Species Action Partnership, catatan sejarah menunjukkan bahwa hewan dengan nama ilmiah Rafetus swinhoei ini pernah hidup di sepanjang Sungai Merah China dan Vietnam.

Kini, penyu Yangtze hanya ditemukan di empat lokasi saja. Terdapat satu penyu betina di Danau Dong Mo, Vietnam dan satu penyu jantan di Kebun Binatang Suzhou, China.

Laman Down To Earth memberitahukan adanya dugaan bahwa setidaknya terdapat satu lagi penyu di Danau Dong Mo dan satu penyu lainnya di Danau Xuan Khanh. Estimasi populasi menjadi sulit karena datanya yang bervariasi. Situs ThoughtCo, Edge of Existence, dan IUCN Red List of Threatened Species sama-sama menunjukkan bahwa populasi hewan tersebut hanya mencapai tiga ekor.

3. Punya kehidupan yang panjang

Yangtze Giant Softshell Turtle: Penyu yang Paling Langkapenyu raksasa tempurung lunak Yangtze (turtleconservancy.org)

Penyu Yangtze memiliki usia yang sangat panjang. Catatan International Rivers menjelaskan bahwa mereka mampu hidup sampai seratus tahun di alam liar. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang panjang, mereka akan memakan ikan, kepiting, siput, eceng gondok, katak, dan daun padi yang hijau.

Usia penyu Yangtze yang panjang ini mungkin terdengar seperti kabar baik. Jadi, para peneliti dapat mencari solusi untuk mencegah kepunahan dalam waktu yang panjang itu. Sayangnya, kenyataan yang ada tidak seindah itu.

Faktanya, satu-satunya penyu betina di Kebun Binatang Suzhou, China, mati di usia sekitar 90 tahun. Dilansir Wildlife Conservation Society Newsroompenyu yang akrab dipanggil Xiangxiang ini mati setelah proses inseminasi buatan.

Baca Juga: Scottish Wildcat, Hewan Hampir Punah Mirip Kucing Rumahan

4. Merupakan bagian dari legenda

Yangtze Giant Softshell Turtle: Penyu yang Paling Langkalegenda Kim Qui (commons.wikimedia.org/Rdavout)

Mitologi Vietnam mengisahkan bahwa penyu Yangtze merupakan perwakilan hidup dari 'Great Turtle God' atau 'Dewa Penyu Hebat', Kim Qui. Down To Earth menjelaskan bahwa penyu tersebut muncul dari Danau Hoan Kiem demi meminta kembali pedang ajaib yang digunakan Raja Le Loi untuk mengalahkan pasukan Ming China di abad ke-15. Nah, danau tersebut dinamakan 'Hoan Kiem' atau 'Danau Pedang yang Dikembalikan'.

Rupanya, penyu Yangtze bukan saja menjadi bagian dari legenda Vietnam. Penyu yang hampir punah ini disebut Xinhua sebagai inspirasi dari makhluk mitologi Bi Xi atau Ba Xia, putra keenam naga dalam kepercayaan China kuno.

Melihat kondisi dan populasi penyu Yangtze, perbincangan soal mitologi menjadi sesuatu yang ironis. Sebab, kepunahan yang makin dekat dapat membuatnya menjadi bagian dari catatan sejarah. Menjadi sebuah legenda.

5. Berada di ambang kepunahan

Yangtze Giant Softshell Turtle: Penyu yang Paling Langkatangkapan layar IUCN Red List (iucnredlist.org)

Sampai pada penulisan artikel ini, populasi penyu raksasa tempurung lunak Yangtze yang diketahui adalah kurang dari lima ekor. Informasi dari berbagai situs tepercaya menunjukkan bahwa terdapat tiga atau empat hewan yang tersebar di China dan Vietnam. Oleh karena itu, IUCN Red List of Threatened Species menempatkan hewan ini pada posisi terancam kritis (Critically Endangered).

Pencinta hewan sempat dikagetkan pada tahun 2019, tepatnya saat satu-satunya penyu Yangtze betina yang diketahui mati di China. Apabila tidak ada betina selanjutnya yang ditemukan, spesies tersebut dapat dikatakan punah secara fungsional. Hal ini memiliki arti bahwa spesies tersebut tidak dapat bereproduksi karena pembiakan tidak dapat dilakukan.

Untungnya, peneliti mampu mengidentifikasi penyu betina pada tahun 2020. Dengan demikian, masih ada kesempatan untuk mencegah kepunahan hewan langka ini.

6. Penyebab rendahnya populasi

Yangtze Giant Softshell Turtle: Penyu yang Paling Langkapenyu raksasa tempurung lunak Yangtze (asianturtleprogram.org)

Populasi penyu Yangtze yang bahkan tidak mencapai dua digit tentunya memiliki alasan. Daging dan telurnya menjadi konsumsi sehari-hari. Tidak hanya itu, penyu ini juga diburu untuk tulangnya yang dijual sebagai bahan obat-obatan.

Saat tidak diburu pun, mereka tidak bebas dari ancaman kematian. Polusi dan kehancuran habitat memiliki dampak yang besar. Alhasil, mereka kesulitan untuk hidup dan berkembang biak.

7. Terdapat sejumlah usaha konservasi

Yangtze Giant Softshell Turtle: Penyu yang Paling Langkapenyu raksasa tempurung lunak Yangtze (turtle-sanctuary.org)

Tindakan manusia memiliki dampak terhadap kelangsungan hidup makhluk lainnya. Tidak selamanya buruk, manusia juga bisa memberikan dampak yang positif, contohnya konservasi.

Meskipun penyu betina sudah ditemukan, perjalanan untuk mencegah kepunahan penyu Yangtze masih panjang. Oleh karena itu, terdapat berbagai strategi yang dilakukan untuk melestarikan hewan ini. 

Down To Earth memaparkan sejumlah langkah yang diambil peneliti dan setiap pihak yang terlibat, yaitu:

  • Memastikan penyu tersebut berkembang biak
  • Mengawasi, menangkap, dan menyiapkan penyu untuk program penangkaran
  • Memahami peran ekologis spesies penyu tersebut
  • Mencari penyu Yangtze lainnya di alam liar
  • Bekerja sama dengan komunitas lokal untuk mencegah penggunaan alat pancing yang berbahaya dan mengurangi polusi

Itulah tujuh fakta mengenai penyu raksasa tempurung lunak Yangtze. Semoga kehadiran penyu betina dapat mencegah kepunahan dan menambah populasi spesies tersebut.

Dengan demikian, mereka dapat hidup berdampingan dengan manusia, bukan masuk dalam daftar makhluk yang telah punah. Bagaimana pendapatmu?

Baca Juga: 7 Hewan dengan Populasi di Bawah 100, Mendekati Kepunahan

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya