5 Ratu Korea yang Berperan Besar dalam Sejarah Negeri Ginseng

Deretan ratu ini menjadi tanda bahwa perempuan mampu berdaya

Dalam budaya patriraki, kaum pria memiliki andil yang lebih besar dalam mengambil keputusan, jabatan, dan meneruskan garis keturunan. Tidak heran jika dalam kebanyakan sejarah, nama kaum pria paling banyak dicatat dan disebutkan. Hal ini bukan berarti perempuan dapat diabaikan dalam sejarah. 

Korea yang menganut budaya patriarki juga memiliki catatan sejarah yang didominasi oleh kaum pria. Namun, ada beberapa perempuan terutama dari pihak kerajaan yang berhasil menorehkan nama mereka dalam catatan sejarah.

Adanya deretan nama tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran dan pengaruh besar dalam sejarah. Siapa sajakah deretan perempuan tersebut yang berhasil meninggalkan jejak istimewa dalam sejarah Korea?

1. Ratu Seondeok

5 Ratu Korea yang Berperan Besar dalam Sejarah Negeri Ginsengpotret karakter Ratu Seondeok diperankan aktris Lee Yo Won (kdramalove.com)

Pada tahun 634, Korea masih terbagi menjadi tiga kerajaan. Ratu Seondeok adalah pemimpin tunggal kerajaan Silla, dan ia berkuasa selama sekitar 15 tahun. Selama masa jabatannya, kerajaan Silla kerap berselisih dengan kerajaan Baekje. Walau demikian Ratu Seondeok mampu mempertahankan kesatuan kerajaannya, dan mendorong terbentuknya keseimbangan dan keharmonisan antar agama.

Ratu Seondeok melakukan terobosan dalam bidang literatur dan ilmu pengetahuan. Ia mendukung perkembangan sastra, astronomi dan budaya yang sangat berdampak pada kerajaan Silla. Ratu memerintahkan pembangunan banyak kuil, dan Cheomseongdae, yaitu observatorium astronomi tertua di dunia.

Ratu Seondeok juga dikatakan memiliki kemampuan unik. Ia dapat memprediksi suatu kejadian sebelum hal tersebut terjadi, termasuk hari kematiannya. Ia mengumumkan pada para abdinya bahwa ia akan mati pada tanggal 17 Januari 647. Karena tidak pernah menikah dan tidak memiliki anak, sebelum hari kematiannya ia menunjuk sepupunya, Kim Seung Man, menjadi penerusnya. 

2. Permaisuri Ki

5 Ratu Korea yang Berperan Besar dalam Sejarah Negeri Ginsengposter drama yang terinspirasi dari Permaisuri Ki (goyang-i.com)

Permaisuri Ki - atau Permaisuri Gi - adalah anak dari Ki Ja Oh, seorang bangsawan berpangkat rendah dari kelas Yangban. Ki lahir pada masa dinasti Goryeo, yang juga disebut masa akhir tiga kerajaan. Ketika masih remaja, ia dikirim ke Yuan - sekarang Beijing - oleh raja Goryeo, untuk menjadi selir.

Ki menjadi selir favorit Kaisar Toghen Temur, yang kemudian jatuh cinta padanya. Kaisar mempromosikan Ki menjadi istri ke-2 walau ditentang oleh banyak orang, termasuk Bayan Khutugh - istri pertamanya - karena Ki berasal dari Goryeo. Ki akhirnya diangkat menjadi permaisuri setelah Bayan Khutugh meninggal.

Karena Kaisar mulai tidak tertarik menjalankan pemerintahan, Permaisuri Ki yang cerdas dan terdidik akhirnya mengambil alih kepemimpinan. Dikatakan Permaisuri Ki menyalahgunakan kekuasaannya. Dari Yuan, ia sering mencampuri urusan pemerintahan Goryeo.

Permaisuri Ki mengusahakan anggota keluarganya di Goryeo memperoleh jabatan, terutama kakak laki-lakinya, Ki Cheol, menjadi komandan markas besar. Ia juga mengangkat abdi laki-lakinya, Park Bul Hwa, menjadi mata-mata pribadi. Hal ini membuat Permaisuri Ki memperoleh reputasi yang buruk di mata Korea maupun China. 

Kisah kehidupan Permaisuri Ki menjadi inspirasi dalam pembuatan drama The Empress Ki. Drama tersebut dirilis tahun 2013, di mana karakter Permaisuri Ki diperankan oleh aktris Ha Ji Won.

3. Jang Hui Bin

5 Ratu Korea yang Berperan Besar dalam Sejarah Negeri Ginsengkarakter Jang Hui Bin yang diperankan oleh aktris Kim Tae Hee (seoulbeats.com)

Jang Hui Bin lahir dengan nama Jang Ok Jung, berasal dari keluarga kelas menengah yang disebut Chungin, dari faksi politik Namin. Ia disebut-sebut sebagai salah satu perempuan tercantik dan selir paling populer di dinasti Joseon. Ia akhirnya menjadi selir kesayangan Raja Sukjong.

Jang Ok Jung akhirnya melahirkan anak laki-laki bernama nama Yi Yun. Saat itu, istri pertama raja, Permaisuri Inhyeon - berasal dari faksi Seoin - belum memiliki keturunan. Hal ini membuat raja lebih menyayangi Ok Jung, dan mengangkatnya menjadi permaisuri ke-2 dan mengubah namanya menjadi Jang Hui Bin.

Faksi Namin yang haus kekuasaan memaksa raja menetapkan Yi Yun menjadi putra mahkota, sementara Faksi Seoin yakin bahwa Ratu Inhyeon masih dapat memiliki keturunan. Faksi Namin kemudian berhasil menggulingkan faksi Seoin dan Ratu Inhyeon. Pertentangan antar faksi tersebut membuat raja gerah, terutama pada faksi Namin dan keluarga Jang.

Ketika memiliki selir favorit baru, Jang Hui Bin mulai tersingkir. Jabatannya diturunkan menjadi selir, dan raja mengembalikan status Ratu Inhyeon. Raja pun mengusir Jang Hui Jae - kakak laki-laki Jang Hui Bin - dan semua pemimpin dari faksi Namin. 

Ratu Inhyeon kemudian meninggal karena penyakit yang tak diketahui pada tahun 1701. Jang Hui Bin dipercaya menggunakan ilmu mistik untuk membunuh ratu karena alasan sakit hati. Raja memerintahkan agar Hui Bin, ibunya, kakak laki-lakinya, seluruh anggota faksinya, dan semua sekutunya dihukum mati.  Perintah tersebut menyebabkan 1700 orang dihukum mati.

Raja lalu mengeluarkan larangan bagi selir untuk menjadi ratu. Pada 9 November 1701, Jang Hui Bin dibunuh dengan cara diracuni. Ia meninggal pada usia 42 tahun di aula Chuseondang.

Baca Juga: 12 Sejarah Babilonia, dari Hammurabi hingga Alexander Agung

4. Permaisuri Myeongseong

5 Ratu Korea yang Berperan Besar dalam Sejarah Negeri Ginsengpotret Permaisuri Myeongseong (commons.wikimedia.org/寧安)

Permaisuri Myeongseong lahir dengan nama Min Ja Young. Ia berasal dari keluarga kelas Yangban dari klan Yoheung Min. Ia dipilih oleh Raja Heung Sun untuk menjadi istri Raja Gojong, anaknya, karena latar belakangnya. Raja Heung Sun yang ambisius dan suka memerintah mengira jika seorang yang miskin menjadi ratu, ia akan menjadi penurut dan tak akan mencampuri urusan politik. 

Perkiraan Raja Heung Sun ternyata meleset. Begitu Min Ja Young pindah ke istana, ia lebih suka menyendiri dan mengedukasi dirinya sendiri. Ketika Raja Gojong naik takhta menjadi kaisar, ia pun menjadi permaisuri dengan nama Myeongseong. Sayangnya, Raja Gojong tidak benar-benar memerintah. Ia hanya menuruti perkataan ayahnya yang berpihak pada Jepang yang diam-diam berniat menguasai Korea.

Permaisuri Myeongseong menyadari niat Jepang, dan memilih terlibat secara aktif dalam menjalankan pemerintahan, bahkan lebih banyak berperan dibandingkan suaminya. Demi membebaskan Korea dari pengaruh Jepang, ia meminta bantuan Rusia. Jepang menyadari hal ini, dan menganggap Permaisuri Myeongseong sebagai penghalang dan berniat menyingkirkannya.

Pada tanggal 8 Oktober 1895, Jepang menyerbu istana Gyeongbokgung, membunuh Permaisuri Myeongseong dengan pedang, dan membakar mayatnya di halaman istana. Hal ini membuat Jepang dikecam oleh masyarakat internasional dan Korea sendiri. Sejak pembunuhan permaisuri, sentimen anti-Jepang mulai muncul pada masyarakat Korea. Jepang semaking berkuasa dan Korea berada di bawah pendudukan Jepang hingga akhir Perang Dunia II.

5. Ratu Munjeong

5 Ratu Korea yang Berperan Besar dalam Sejarah Negeri Ginsengkarakter Ratu Munjeong pada drama Mandate of Heaven (dramasrok.com)

Ratu Munjeong adalah permaisuri ketiga dari suaminya, Raja Jungjong, raja ke-11 dinasti Joseon. Sosok ambisius ini menjadi ratu ketika permaisuri meninggal karena komplikasi saat melahirkan pangeran Injong. Ratu Munjeong melahirkan seorang anak laki-laki bernama Myeongjong. Ketika Raja Jungjong meninggal, pangeran Injong naik takhta menjadi raja menggantikan ayahnya.

Ratu Munjeong dikatakan membunuh Raja Injong karena tak lama setelah naik takhta, Raja Injong jatuh sakit dan akhirnya meninggal delapan bulan kemudian. Ahli sejarah menduga Ratu Munjeong, atau adik laki-lakinya, Yun Won Hyung, meracuni Raja Injeong, karena ingin menjadikan Myeongjeong yang berusia 12 tahun sebagai raja baru.

Ratu Munjeong dikatakan bercita-citanya mengambil alih negara dan menjadi penguasa. Setelah kematian Raja Injong, karena pangeran Myeongjeong masih terlalu muda untuk memimpin negara, Ratu Munjeong pun memimpin Korea sebagai wali. Ia dikenal sebagai administrator yang efektif.

Dalam masa kepemimpinannya, Ratu Munjeong memerintahkan pembangunan sejumlah besar kuil-kuil Budha. Ratu adalah seorang yang sangat mendukung Buddhisme, sehingga agama Budha yang saat itu sempat terlantar semakin diperhatikan dan berkembang. Kehidupan sang ratu diangkat menjadi inspirasi drama berjudul The Flower Prison yang dirilis tahun 2016, dan Mandate of Heaven yang dirilis tahun 2013. 

Pengaruh yang diberikan seseorang terhadap orang lain dan lingkungan dapat berdampak secara negatif atau positif. Oleh karena itu, pengaruh dan kekuasaan yang besar, haruslah disertai dengan tanggung jawab yang besar pula.

Baca Juga: 5 Ratu Paling Terkenal dalam Sejarah Peradaban Manusia, Siapa Saja?

MONICA GRACIA Photo Verified Writer MONICA GRACIA

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya