Mengenal H.B. Jassin, Kritikus Sastra asal Gorontalo

Melihat sepak terjangnya, ia pantas menerima gelar pahlawan

Berbicara soal sosok yang berkontribusi besar pada sastra, kita mungkin langsung teringat dengan Pramoedya Ananta Toer, W.S. Rendra, Chairil Anwar, hingga Sapardi Djoko Damono. Tapi, pernahkah kita mendengar nama Hans Bague atau H.B. Jassin?

Secara garis besar, ia adalah seorang kritikus sastra. Profilnya dikulik habis-habisan dalam seminar nasional bertajuk "Aspirasi Pahlawan Nasional H.B. Jassin" yang dihelat oleh DPR RI pada Rabu (23/2/2022). Simak, yuk!

1. Sosok yang tekun mendokumentasikan karya sastra

Mengenal H.B. Jassin, Kritikus Sastra asal GorontaloH.B. Jassin. (kemdikbud.go.id)

Pria kelahiran 31 Juli 1917 ini tidak hanya dikenal sebagai kritikus sastra, tetapi juga sosok yang mendokumentasikan karya sastra, seperti surat-surat pribadi para sastrawan. Tak cuma teks, namun juga mendokumentasikan suara dan video sastra.

Menurut Rachmat Gobel, Wakil Ketua DPR RI, dokumentasi sastra yang dibuat oleh H.B. Jassin adalah yang terlengkap. Koleksinya disimpan di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) H.B. Jassin yang terletak di komplek Taman Ismail Marzuki, jalan Cikini Raya No. 73, Jakarta Pusat.

2. Koleksinya sangat banyak sampai rumah dan kantornya penuh

Mengenal H.B. Jassin, Kritikus Sastra asal GorontaloPeresmian PDS H.B. Jassin pada tahun 1977. (dispusip.jakarta.go.id)

Koleksi sastra H.B. Jassin berupa naskah, buku, audio visual, korespondensi sastrawan, dan lainnya. Awalnya, koleksi tersebut disimpan di rumah pribadinya. Lama-kelamaan, rumahnya penuh dengan buku dan map berisi guntingan koran dan majalah. Akhirnya, sebagian koleksinya disimpan di kantornya.

Kisah tentang H.B. Jassin akhirnya sampai ke telinga Ali Sadikin, gubernur Jakarta saat itu. Supaya koleksi yang sangat berharga itu tidak rusak atau hilang, Ali Sadikin mencarikan tempat khusus untuk menyimpannya. Finally, pada 30 Mei 1977, Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) H.B. Jassin diresmikan.

"H.B. Jassin hidup sederhana, semua dilakukan dengan uang sendiri. Bahkan, ketika (sudah) diberi tempat oleh Ali Sadikin, ia tetap mengeluarkan uang pribadinya. Pernah diputus aliran listriknya karena tidak bisa bayar. Tetapi sekarang tempatnya sudah dimodernisasi," jelas Rachmat Gobel.

3. Lembut dan positif dalam menilai karya sastra

Mengenal H.B. Jassin, Kritikus Sastra asal GorontaloH.B. Jassin. (iheritage.id)

H.B. Jassin merupakan sosok yang bertanggung jawab. Pada tahun 1942-1945, ia menjabat sebagai redaktur majalah Panji Pustaka, lalu menjadi wakil pemimpin redaksi Panca Raya hingga 21 Juli 1947. Ia juga pernah bekerja di majalah Mimbar Indonesia, Zenith, Bahasa dan Budaya, dan masih banyak lagi.

"Ia lembut dan positif dalam menilai karya sastra. Ia menulis surat pada penulis yang karyanya tidak bisa dimuat, sambil mendorong (mereka) supaya terus berkarya," ujar Rachmat Gobel.

Baca Juga: Kurang Dikenal, 10 Pahlawan Perang Dunia II Ini Berjasa

4. Menulis kritik sastra sejak duduk di bangku SMP

Mengenal H.B. Jassin, Kritikus Sastra asal GorontaloH.B. Jassin di kantornya. (jakarta-tourism.go.id)

Bukan tanpa alasan H.B. Jassin bisa menjadi sastrawan besar. Menurut Oyon Sofyan, penulis biografi H.B. Jassin, pria asal Gorontalo itu sudah menulis ke majalah Belanda sejak duduk di bangku Hogere Burgerschool (HBS), yang setara dengan SMP. Bahkan, kritik sastranya dimuat di beberapa majalah lokal.

"Kebiasaan menulis sejak muda adalah yang utama. Selain itu, H.B. Jassin juga menguasai bahasa asing," pujinya.

Setelah menamatkan HBS, ia bekerja di kantor Asisten Residen Gorontalo. Walau tidak digaji, ia memperoleh kesempatan mempelajari dokumentasi dengan baik. Kemudian, H.B. Jassin pindah ke Jakarta dan bekerja di Balai Pustaka.

5. Dengan segala sumbangsihnya, ia pantas menerima gelar pahlawan

Mengenal H.B. Jassin, Kritikus Sastra asal GorontaloCuplikan video H.B. Jassin dalam Seminar Nasional yang diadakan oleh DPR RI pada Rabu, 23 Februari 2022. (dpr.go.id)

Kita familiar dengan Chairil Anwar, penyair angkatan 45 yang terkenal dengan puisinya yang berjudul "Aku". Rupanya, yang telah 'menemukan' Chairil Anwar adalah H.B. Jassin! Bagaimana bisa?

"Jassin membuat studi, menjabarkan puisi-puisi Chairil Anwar, lalu dimuat di majalah (pada) tahun 1945. Kalau tidak ada Jassin, Chairil Anwar tidak muncul ke permukaan," ungkap Oyon Sofyan.

H.B. Jassin memberi sumbangsih yang sangat penting bagi peradaban Indonesia. Ia mengabdi sepanjang hayat bagi pengembangan sastra Indonesia. Menurut Rachmat Gobel, sudah saatnya negara ini serius dan bersungguh-sungguh menghargai pejuang sastra.

"Pemberian anugerah atau gelar pahlawan nasional pada H.B. Jassin akan menjadi sejarah baru bagi Indonesia. Bahwa kita memberi tempat yang tinggi bagi pahlawan kebudayaan, khususnya di bidang sastra," tegasnya.

Hal yang sama diutarakan oleh Hamid Basyaib, SH. Ia mengatakan bahwa Jassin merupakan the one and only bukan hanya di Indonesia, tetapi dalam konteks dunia. Menurutnya, tidak ada yang setekun Jassin dalam mendokumentasikan dan mengkritisi karya sastra.

Baca Juga: 9 Pahlawan Perempuan Indonesia yang Perlu Kamu Ketahui, Semuanya Hebat

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya