6 Fakta Fenomena Eco-Anxiety, Kecemasan Terhadap Bencana Lingkungan

Beberapa pengidap eco-anxiety enggan melanjutkan keturunan

Gangguan kecemasan bisa menyerang siapa pun dikarenakan beragam penyebab. Faktor-faktor tersebut bisa berupa kecemasan yang menyangkut masa depan, kerjaan, finansial, atau pun yang lainnya tergantung pada situasi dalam kehidupan seseorang.

Di antara banyaknya jenis gangguan kecemasan, salah satu yang tidak bisa diabaikan adalah eco-anxiety. 

Apa itu eco-anxiety? Mungkin ada yang sudah pernah mendengarnya, ada pula yang masih merasa asing dengan istilah barusan. Secara garis besar, eco-anxiety dianggap sebagai gangguan kecemasan yang dirasakan suatu individu atas isu-isu yang mengancam lingkungan, baik di masa sekarang atau masa mendatang. 

Fenomena tentang eco-anxiety perlu dipahami lebih lanjut. Untuk tahu secara mendalam mengenai eco-anxiety, simak ulasannya berikut ini. 

1. Eco-anxiety timbul dari pemikiran bahwa keadaan bumi sekarang tidak baik-baik saja, atau dengan kata lain tengah terancam

6 Fakta Fenomena Eco-Anxiety, Kecemasan Terhadap Bencana Lingkunganprestigedigital.net

Dewasa ini, hampir semua orang tahu bahwa keadaan bumi tengah terancam. Bagaimana tidak, masalah-masalah yang terjadi di lingkungan kian menukik tajam serta lambat laun dapat membahayakan bumi tempat kita tinggal.

Di masa sekarang, bisa dilihat sebagian kecil dari kerusakan lingkungan. Faktanya masih banyak dampak lainnya yang membuat bumi semakin terancam. 

Meski sadar keadaan bumi tidak baik-baik saja, sebagian orang menanggapi fenomena tersebut sambil lalu. Lalu bagaimanakah dengan yang lainnya? Sudah tentu berbeda.

Bagi sebagian orang, adanya fakta keterancaman bumi membuat kecemasan terhadap lingkungan timbul atau disebut dengan eco-anxiety.

2. Dari kacamata psikologi, eco-anxiety diartikan sebagai gangguan kecemasan kronis yang dialami seseorang terhadap bencana lingkungan

6 Fakta Fenomena Eco-Anxiety, Kecemasan Terhadap Bencana Lingkungannewshub.co.nz

Dilansir dari independent.co.uk, American Psychological Association (APA) menggambarkan eco-anxiety sebagai gangguan kecemasan kronis terhadap bencana lingkungan.

Isu-isu perubahan iklim seperti mencairnya gletser, lembaran es di kutub yang menipis, hingga gelombang panas dinilai semakin mengkhawatirkan. Belum lagi, polusi juga kian meningkat terutama di kota-kota besar.

Apa yang terjadi di bumi pada masa sekarang akan berpengaruh besar pada masa depan. Hal ini diperkuat oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang memprediksi bahwa manusia dapat melihat malapetaka yang terjadi pada lingkungan seperti bencana kelaparan dan kebakaran besar, paling tidak di awal tahun 2040 mendatang.

Baca Juga: 6 Tindakan yang Tepat untuk Membantu Atasi Anxiety Disorder  

3. Informasi tentang isu-isu dan ancaman lingkungan berasal dari media, salah satunya jurnal Deep Adaptation yang sempat viral 2018 lalu

6 Fakta Fenomena Eco-Anxiety, Kecemasan Terhadap Bencana LingkunganMedium.com/Nenad Maljković

Sejauh ini, kamu pasti sudah mendapat berbagai informasi media seputar sampah plastik yang menggunung dan isu global warming.  Seperti misalnya menyaksikan cuplikan gambar beruang kutub yang terdampar pada lapisan es tipis. Bahkan sebagaimana dilaporkan The Guardian, 17 April lalu muncul berita bahwa beruang kutub menempuh 700 kilometer jauhnya hingga Kamchatka Peninsula, Rusia demi mencari makanan.

Tak dapat dimungkiri, kesadaran akan krisis lingkungan timbul dari informasi media, baik itu elektronik mau pun cetak. Bersamaan dengan timbulnya kesadaran akan bahaya yang tengah terjadi di bumi, mau tak mau gangguan cemas pun muncul.

Pada tahun 2018, terbitnya jurnal berjudul Deep Adaptation: A Map for Navigating Climate Tragedy turut meningkatkan kecemasan khalayak ramai. Ditulis oleh Profesor Jem Bendell BA (Hons) PhD, jurnal tersebut memaparkan tentang perubahan iklim tak terkendali dapat menyebabkan kelaparan, kehancuran, migrasi, penyakit, bahkan peperangan.

Sempat viral dan diunggah oleh lebih dari 500.000 kali dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, ketakutan yang ditimbulkan usai membaca jurnal tersebut membuat banyak orang pergi terapi.

4. Memang belum ada riset mendetail tentang berapa total orang yang mengidap eco-anxiety, tapi psikoterapis membenarkan adanya peningkatan klien dari gangguan kecemasan ini

6 Fakta Fenomena Eco-Anxiety, Kecemasan Terhadap Bencana Lingkunganblog.thewhether.com

Belum ada hasil riset yang mendata secara valid tentang berapa jumlah orang yang terkena eco-anxiety, karena sebenarnya istilah tersebut baru muncul belakangan ini. Namun eco-anxiety memang benar adanya. Kecemasan ini bisa sangat menganggu hingga dapat memunculkan stres dan depresi. 

Dilansir dari BBC, Hilda Burke, seorang psikoterapis terakreditasi membenarkan peningkatan klien yang mengadukan kecemasan terhadap keadaan bumi sekarang ini serta kekhawatiran bagaimana kelangsungan hidup nantinya. 

5. Eco-anxiety menumbuhkan keputusasaan, bahkan beberapa dari mereka yang mengidapnya berpikir untuk tak melanjutkan keturunan

6 Fakta Fenomena Eco-Anxiety, Kecemasan Terhadap Bencana Lingkunganhealth.harvard.edu

Gangguan kecemasan akan problem lingkungan merambah ke pemikiran individu terhadap generasi penerus. Caroline Hickman yang merupakan anggota Climate Psychology Alliance menyampaikan bahwa orang-orang tak ingin merasa bersalah pada anaknya kelak.

Merasa putus asa dan tidak berdaya, mereka yang terserang eco-anxiety berpikir bahwa bumi memang sudah tidak aman lagi sehingga mereka tidak ingin memiliki anak untuk melanjutkan keturunan.

6. Kecemasan lingkungan dapat ditangani dengan ikut mencoba aksi peduli bumi, karena jauh lebih baik bertindak daripada tidak melakukan apa-apa

6 Fakta Fenomena Eco-Anxiety, Kecemasan Terhadap Bencana Lingkungannowbali.co.id

Secara logika, kecemasan terhadap bencana yang terjadi pada lingkungan entah sekarang atau di masa mendatang adalah suatu hal yang wajar. Sudah seharusnya seseorang tak merasa baik-baik saja saat kondisi bumi menjadi semakin mengkhawatirkan, khususnya atas masalah iklim dan pencemaran udara. 

Meski demikian, hendaknya seseorang tidak tenggelam dalam ketakutan kronis tanpa melakukan apa pun. Melalui South China Morning Post, Tanja Wessels, aktivis lingkungan sekaligus pendiri Circular Community Hong Kong menyarankan orang-orang untuk lebih proaktif. 

Jika begitu cemas terhadap keadaan bumi, akan lebih baik untuk turut serta dalam sebuah aksi nyata. Bergabung pada komunitas peduli lingkungan juga langkah yang tepat karena kamu dapat membagi ide dan solusi untuk menyelamatkan bumi.

Saat dibarengi dengan tindakan untuk mencari jalan keluar, gangguan kecemasan kronis yang mengganggu dapat ditangani. Ingat, langkah sekecil apa pun sangat berarti ketimbang cuma berdiam tanpa melakukan apa-apa.

Untuk meminimalkan kerusakan lingkungan, yuk guys lakukan lebih banyak lagi aksi menyelamatkan bumi!

Baca Juga: 8 Penjelasan Texting Anxiety, Kecemasan Berkirim Pesan

Nurfi Islami Photo Verified Writer Nurfi Islami

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya