3 Fakta Seroma, Komplikasi yang Terjadi setelah Kucing Betina Steril

Pemilik kucing pasti sudah tidak asing dengan istilah steril. Proses yang bertujuan untuk menghilangkan kemampuan bereproduksi ini punya beragam manfaat, seperti mencegah kucing terkena penyakit hingga mengendalikan laju populasi, seperti dilansir AVMA. Hasilnya, hewan lucu ini bisa hidup dengan lebih nyaman dan sejahtera.
Steril merupakan istilah umum yang dikenal oleh orang awam. Di kalangan dokter hewan, steril sendiri disebut dengan orchiectomy atau kastrasi untuk kucing jantan dan ovariohysterectomy untuk kucing betina. Keduanya memiliki prosedur yang berbeda, di mana proses operasi kucing betina terbilang jauh lebih rumit.
Namun, ada hal yang masih jarang dipahami pemilik kucing, yaitu adanya risiko komplikasi pascaoperasi. Salah satu yang perlu diketahui adalah munculnya seroma. Meski tidak selalu terjadi, ada baiknya untuk mempelajari hal ini sebagai tambahan informasi, sehingga lebih berhati-hati dalam melakukan perawatan. Oleh sebab itu, simak penjelasannya berikut ini, ya!
Baca Juga: Keuntungan Steril Kucing, Lebih dari Sekadar Menjaga Populasi
1. Seroma sering diakibatkan oleh gerakan kucing yang aktif
VCA Animal Hospitals melansir, seroma adalah kantong berisi akumulasi serum, yaitu bagian cair dari darah, yang muncul di bawah kulit bekas sayatan operasi. Karena bentuknya yang seperti itu, maka sering dikelirukan dengan hernia.
Berbeda dengan seroma, hernia adalah kondisi organ yang menyembul dari dinding otot di mana organ tersebut berada. Tidak heran, pemilik kucing akan merasa khawatir bila melihat kemunculan seroma.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya seroma. Dilansir C-SNIP, contohnya adalah reaksi terhadap benang jahitan dan gesekan antarjaringan yang sedang dalam proses penyembuhan karena kucing sangat aktif bergerak.
Inilah mengapa dokter hewan selalu mewajibkan kucing betina pascasteril untuk tinggal dalam kandang selama beberapa waktu agar pergerakannya dapat dibatasi. Namun, sering kali pemilik kucing tak tega melakukannya.
2. Seroma memiliki tampilan yang jernih
Seroma memiliki konsistensi yang cair. Biasanya cairan ini tampak jernih karena merupakan serum darah, dilansir VCA Animal Hospitals. Meski jernih, seroma memang berwarna merah. Selama tidak terlihat keruh, maka ini merupakan sesuatu yang normal.
Walau begitu, kamu tetap harus waspada. Jika terinfeksi, seroma dapat berubah menjadi nanah dan mengakibatkan kerusakan pada jahitan bekas operasi. The Spruce Pets melaporkan, ciri-ciri infeksi tersebut berupa kantong yang semakin besar, terasa panas saat disentuh, hingga ada nanah yang bocor keluar kulit. Kalau sudah begini, tentu harus ditangani oleh dokter hewan agar bisa mendapatkan pengobatan yang tepat, ya!
3. Seroma dapat sembuh dengan sendirinya
Kabar baiknya, kamu tidak perlu khawatir dengan keberadaan seroma karena sebenarnya kondisi ini dapat hilang dengan sendirinya. C-SNIP melansir, seroma perlahan akan diserap kembali oleh tubuh dan tidak akan menyisakan apa pun dalam kurun waktu beberapa minggu. Pastikan untuk selalu melakukan observasi dan membersihkan area tersebut agar terhindar dari infeksi.
Meski bukan sebuah kondisi yang berbahaya, sebaiknya tetap dengarkan saran dokter hewan untuk membatasi pergerakan kucing kesayangan setelah dilakukan operasi steril. Bila seroma tidak muncul, maka penyembuhan bisa berjalan lebih cepat. Hasilnya, kucing dapat segera bebas bermain lagi, kan?
Seroma merupakan komplikasi yang normal ditemukan dan sering kali muncul akibat kucing yang selalu bergerak aktif. Kondisi ini tidak berbahaya dan bisa sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Selama tidak ada infeksi yang terjadi, artinya kamu tidak perlu khawatir, ya!
Baca Juga: 5 Tanda Kucing Jantanmu sedang Alami Birahi, Segera Steril!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.