10 Jenis-Jenis Awan: Proses Terbentuk hingga Dampaknya

Bisa bedainnya?

Dilihat dari bumi, awan tampak serupa, bukan? Kadang putih, kadang kelabu, dan bentuknya mirip kapas. Namun, awan sejatinya punya sebutan alias nama, lho. Awan dibagi menjadi beberapa jenis yang disesuaikan dengan bentuk, proses terjadinya, hingga efek yang ditimbulkan.

Mengenal jenis-jenis awan ini membantu mengidentifikasi awan apa yang sedang dilihat. Di dunia penerbangan, penamaan tersebut sangat membantu untuk menghindarkan penerbangan dari mara bahaya. Yuk, kenalan dengan awan-awan!

1. Cirrocumulus

10 Jenis-Jenis Awan: Proses Terbentuk hingga Dampaknyailustrasi cirrocumulus (pixabay.com/jamie_nakamura)

Pertama, mari berkenalan dengan awal cirrocumulus. Awan ini berada pada ketinggian sekitar 6-12 km. Bentuknya yang khas seperti sisik ikan membuat cirrocumulus dijuluki sebagai 'awan makerel'. Namanya sendiri berasal dari bahasa Latin cirrus artinya seberkas rambut dan kumulus berarti tumpukan. 

Hampir seluruh lapisan cirrocumulus terdiri dari kristal es. Awan ini biasanya terbentuk ketika arus vertikal bergolak dan bertemu lapisan awan cirrus. Atau, bisa juga melalui contrails atau jejak uap dari pesawat terbang saat melalui troposfer atas yang kering. 

Met Office menyebutkan bahwa awan ini tidak pernah mencapai permukaan dan diasosiasikan dengan cuaca cerah. Namun, kemunculan awan ini juga dapat mendahului cuaca badai meski tidak selalu.

2. Cirrus

10 Jenis-Jenis Awan: Proses Terbentuk hingga Dampaknyailustrasi awan cirrus (pixabay.com/sergei_spas)

Jenis-jenis awan yang kedua dinamakan cirrus. Cirrus merupakan awan yang paling sering dijumpai kapan saja. Bentuknya seperti terpisah dan seolah memiliki helaian. Awan ini berada di ketinggian yang sama dengan sebelumnya yakni 6-12 km.

Awan cirrus terbentuk dari naiknya udara kering yang membuat sejumlah uap air di udara mengendap jadi es. Oleh karena itu, awan ini seluruhnya terdiri dari kristal es yang berdampak pada warnanya. Contrails juga bisa memicu kemunculan awan ini. 

Dengan bentuknya, awan ini nyaris tidak memiliki curah hujan. Mereka terbentuk ketika massa udara bertemu pada tingkat tinggi. Secara teknis, awan ini menghasilkan presipitasi, tetapi tidak mencapai tanah dan menguap kembali menciptakaan awan virga.

 

3. Cirrostratus

10 Jenis-Jenis Awan: Proses Terbentuk hingga Dampaknyailustrasi awan cirrostratus (commons.wikimedia.org/The High Fin Sperm Whale)

Jenis awan yang tampak seperti selimut putih terhampar di langit ini disebut cirrostratus. Karena teksturnya yang tipis, cirrostratus mudah dilalui sinar matahari dan bulan. Dinamakan demikian dari bahasa Latin, artinya seberkas rambut yang menyebar.

FYI, awan ini menutupi sebagian besar langit dan dapat menghasilkan cincin, bintik, atau busur putih di sekitar matahari. Peristiwa ini dinamakan fenomena halo. Cirrostratus terbentuk dari naiknya udara secara perlahan.

Awan cirrostratus memang tidak menghasilkan presipitasi alias hujan. Namun, pergerakan awan ini dapat digunakan untuk memprediksi cuaca 24 jam ke depan, lho.

4. Altocumulus

10 Jenis-Jenis Awan: Proses Terbentuk hingga Dampaknyailustrasi awan altocumulus (pixabay.com/DagMary)

Saat pagi yang hangat dan lembap, kamu akan melihat awan jenis altocumulus. Awan ini berada di ketinggian 2-5,5 km, membuatnya terasa dekat dan seolah bisa digapai. Jenis-jenis awan altocumulus juga banyak dengan bentuk dan beragam, lho.

Altocumulus bisa terbentuk melalui pecahnya awanaltostratus. Bisa juga karena adanya peningkatan kantong udara lembap yang didinginkan oleh turbulensi lembut. Atau, medan pegunungan yang menghasilkan gelombang atmosfer.

Sebagian besar awan ini terbentuk atas tetesan air, bisa juga mengandung kristal es. Curah hujan dari awan ini jarang terjadi, pun jika ada akan kembali menguap dan menjadi awan bentuk virga.

5. Altostratus

10 Jenis-Jenis Awan: Proses Terbentuk hingga Dampaknyailustrasi awan altostratus (unsplash.com/Vi Tran)

Salah satu jenis awan yang berada di ketinggian tingkat menengah adalah altostratus, yakni pada kisaran 2-6 km. Bentuknya lembaran awan tipis tingkat menengah yang besar. Awan ini biasanya tersebar di area luas dan tidak berbentuk khusus.

Lapisan altostratus umumnya terdiri dari air dan es. Biasanya, terbentuk ketika lapisan cirrostratus turun dari tingkat yang lebih tinggi. Matahari kerap tidak dapat menembus lapisan awan ini. Pada saat tertentu, lapisan awan altostratus dapat berkontribusi terhadap pembentukan efek optik seperti korona dan permainan warna.

Awan ini sering dikaitkan dengan terjadinya hujan atau salju. Alasannya, ketika lapisan altostratus semakin dalam dan membesar, maka akan berubah menjadi nimbostratus yang menghasilkan kedua cuaca tersebut.

Baca Juga: Selain Pelangi, Ini 7 Fenomena Alam di Langit yang Bikin Kamu Takjub 

6. Stratus

10 Jenis-Jenis Awan: Proses Terbentuk hingga Dampaknyailustrasi awan stratus (pexels.com/Pixabay)

Jenis-jenis awan berikutnya ada awan stratus. Awan jenis ini paling banyak ditemukan di daerah pegunungan atau pantai yang berkabut. Kamu pun bisa melihat awan stratus saat mendung, lho! Selain itu, awan stratus memiliki ketinggian cukup rendah hanya sekitar 1200 kaki atau 0,3 km. 

Awan ini terbentuk dalam kondisi tenang dan stabil. Ketika angin sepoi-sepoi mengangkat udara sejuk dan lembap di atas daratan atau permukaan laut yang lebih dingin. Ketebalannya beragam, kadang cukup buram untuk menggelapkan hari.

Stratus biasanya disertai sedikit curah hujan atau tidak sama sekali. Namun, jika keberadaannya cukup lebat, awan ini dapat menghasilkan gerimis ringan yang mungkin turun dalam bentuk salju.

7. Stratocumulus

10 Jenis-Jenis Awan: Proses Terbentuk hingga Dampaknyailustrasi awan stratocumulus (pixabay.com/sarangib)

Stratocumulus merupakan awan yang terdiri dari awan stratus dengan massa besar. Bentuknya membulat dan berkelompok hingga membentuk gelombang. Keberadaannya pun cukup rendah hingga 2 km.

Seperti disebutkan sebelumnya, awan stratokumulus biasanya terbentuk dari lapisan awan stratus yang pecah. Awan ini hadir di semua jenis cuaca dari kering hingga hujan.

Meski demikian, awan stratocumulus kerap bukan jadi penyebabnya. Awan ini sering dianggap sebagai penanda hujan, padahal tidak demikian. Kalaupun hujan, biasanya hanya bentuk gerimis ringan.

 

8. Nimbostratus

10 Jenis-Jenis Awan: Proses Terbentuk hingga Dampaknyailustrasi awan nimbostratus (pixabay.com/Free-Photos)

Kalau kamu menunggu jenis-jenis awan yang terjadi saat hujan, ini dia salah satunya. Saat terjadi hujan, kamu akan melihat awan nimbostratus. Awan ini berwarna abu-abu kehitaman yang berada pada ketinggian tingkat rendah, yakni 0-3 km.

Awan ini sebenarnya tidak selalu berbentuk, cukup tebal untuk menghalangi matahari. Terbentuk dari pendalaman dan penebalan awan altostratus. Biasanya, akan membentang melalui lapisan bawah dan tengah toposfer, membawa hujan ke permukaan di bawahnya.

Kehadiran nimbostratus kerap disertai dengan hujan sedang atau salju yang terus menerus. Awan ini dapat menghasilkan presipitasi yang berlangsung selama beberapa jam. Meski demikian, tidak ada guntur, hujan es, atau kilat yang terbentuk dari awan ini, ya.

9. Cumulus

10 Jenis-Jenis Awan: Proses Terbentuk hingga Dampaknyailustrasi awan cumulus (pexels.com/Pixabay)

Inilah awan yang kerap digambarkan seperti gumpalan kapas dil langit. Persis jenis awan yang sering kita gambar. Awan ini bernama cumulus. Bentuknya menyerupai kembang kol yang halus, terpisah, dan terlihat dalam kondisi cerah.

Awan ini muncul karena adanya konveksi, yakni ketika udara yang dipanaskan di permukaan diangkat. Udara tersebut lantas mendingin dan uap air mengembun sehingga menghasilkan awan. Jika langit sedang cerah, besar kemungkinan awan ini terbentuk.

Sebagian besar awan ini menunjukkan cuaca cerah. Meski demikian, ia dapat mencapai tingkat lebih tinggi dan membesar hingga akhirnya terbentuk menjadi awan kumulonimbus.

10. Cumolonimbus

10 Jenis-Jenis Awan: Proses Terbentuk hingga Dampaknyailustrasi awan cumulonimbus (pexels.com/Ronaldo R&K)

Kalau pernah menonton film Up, pasti kamu tahu jenis awan ini. Ya, namanya cumolonimbus. Atau, juga disebut sebagai Raja Awan, melansir sumber yang sama. Posisinya ada di ketinggian troposfer. Ciri khasnya adalah puncaknya dingin dan menyerupai bentuk landasan.

Cumulonimbus terbentuk dari proses konveksi. Selain itu, juga sering muncul karena awan kumulus kecil di atas permukaan yang panas menjadi lebih tinggi dan tinggi. FYI, awan ini dapat menyimpan jumlah energi yang sama dengan 10 bom atom seukuran Hiroshima!

Sekilas, kamu akan melihat awan ini seperti awan yang menjulang tinggi dan tampak mengancam. Tidak salah, karena cumulonimbus dikaitkan dengan cuaca ekstrem seperti hujan sangat deras, badai es, atau kilat. Awan ini bahkan bermanfaat bagi penerbangan karena menandakan potensi tornado.

Jenis-jenis awan tidak hanya itu, lho. Masing-masing awan masih punya sub-jenis lagi yang dikategorikan sesuai sifat dan bentuknya. Baca artikel lain seputar awan di kanal Science IDN Times, ya!

Baca Juga: 5 Fenomena Alam Unik Ini Dianggap Misterius, Bagaimana Sains Menjawab?

Riezma Prasiwi Photo Verified Writer Riezma Prasiwi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha
  • Jumawan Syahrudin
  • Bayu Aditya Suryanto
  • Laili Zain Damaika
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya