6 Momen Progresif Ini Sudah Terjadi sebelum Masehi, Mengejutkan!

Dari emansipasi wanita sampai konsep welfare state 

Kita mungkin sering berpikir kalau emansipasi wanita, hak-hak sipil, dan keperdulian terhadap lingkungan adalah produk dunia modern yang tercipta dalam kurun waktu 100 tahun terakhir. Nyatanya, sebelum itu, nenek moyang kita sudah melakukannya terlebih dahulu.

Di saat kalian menggali sejarah sedikit lebih dalam, kalian akan menemukan beberapa budaya progresif yang sudah lama diterapkan oleh beberapa peradaban kuno. Berikut 6 momen progresif yang sudah terjadi sebelum abad masehi dimulai.

1. Viking mendukung hak-hak wanita 

6 Momen Progresif Ini Sudah Terjadi sebelum Masehi, Mengejutkan!ansionnachfionn.com

Ketika kita mendengar bangsa Viking, sebagian besar dari kita pasti langsung membayangkan sekelompok pria yang berperang dengan rambut dan janggut yang panjang. Selain digambarkan sebagai pria yang macho, bangsa Viking ternyata sangat menjunjung kesetaraan wanita.

Kisah-kisah Viking Kuno misalnya, yang penuh dengan kisah tentang para pejuang wanita yang pergi berlayar ke laut dan membantai musuh-musuh mereka.

Penggalian kuburan Viking juga telah mengungkap kalau beberapa kerangka wanita terkubur dengan pisau dan tombak, sedangkan yang lain dimakamkan dengan harta kekayaan yang setara dengan seorang pemimpin klan atau kepala prajurit. Selain itu, para wanita Viking juga jarang tinggal di rumah sementara para pria pergi berpetualang atau berperang.

Sebaliknya, sebagian besar dari mereka ikut terjun ke tengah sengitnya pertempuran. Hukum Viking juga sangat progresif jika menyangkut tentang hak-hak perempuan.  Dalam hukum mereka, para wanita dapat melakukan bisnis yang setara dengan pria. Oleh karena itu, para wanita seringkali menjalankan bisnis suaminya ketika mereka sedang pergi.

Melansir dari BBC, para wanita Viking juga bisa menyimpan properti yang mereka miliki setelah menikah. Sebagai perbandingan, hal itu tidak diperbolehkan oleh hukum Inggris sampai tahun 1870.

2. Mesir kuno memiliki pelayanan kesehatan yang disubsidi oleh pemerintah 

6 Momen Progresif Ini Sudah Terjadi sebelum Masehi, Mengejutkan!myjewishlearning.com

Ide tentang layanan kesehatan yang disubsidi pemerintah memang terlihat sangat modern. Setidaknya, itulah pandangan yang konvensional. Namun, ternyata ada satu peradaban yang sudah mensosialisasikan perawatan kesehatan jauh sebelum era modern dimulai. Peradaban itu adalah Mesir kuno.

Diketahui kalau para pembangun makam dan piramida di Deir el-Medina modern mungkin menjadi penerima pertama dari program perawatan kesehatan dari pemerintah Mesir kuno. Sebagai imbalan setelah bekerja selama berjam-jam di bawah kondisi yang ekstrem, mereka diberikan cuti sakit yang dibayar dan janji temu gratis dengan dokter untuk pemeriksaan. 

Luar biasanya lagi, catatan kuno yang ditemukan di sebuah situs menunjukkan bahwa para pekerja di Mesir kuno juga mendapatkan cuti untuk merawat istri dan anak perempuan mereka yang sedang menstruasi. Namun, tidak semua pekerja mendapatkan manfaat dari layanan kesehatan yang bersubsidi ini. 

Sebagaimana dilansir dari laman berita Universitas Stanford, penggalian di sebuah situs arkeologi pada tahun 2014 menemukan banyak bukti yang menunjukkan para pekerja yang stres karena bekerja keras dan ditemukan dalam kondisi yang mengerikan.

Para arkeolog Universitas Stanford pun berspekulasi kalau akses ke perawatan kesehatan gratis justru membuat para pekerja ini merasa berhutang budi kepada para Firaun, sehingga membuat mereka terus bekerja bahkan ketika sedang sakit parah.

3. India kuno melindungi hak-hak hewan dan menjaga toleransi agama 

6 Momen Progresif Ini Sudah Terjadi sebelum Masehi, Mengejutkan!quora.com

Membolak-balik halaman buku sejarah mungkin terasa menyedihkan jika kita menyadari kalau sejarah manusia dipenuhi oleh peperangan, di mana leluhur kita saling membunuh satu sama lain terutama jika agama dilibatkan di dalamnya. Namun, tidak semua kerajaan kuno melakukan perang. Beberapa di antaranya, seperti India kuno misalnya, menerapkan toleransi.

Pada abad ke-3 SM, di bawah kepemimpinan seorang tiran yang akhirnya bertobat dan menjadi seorang pasifis, Kaisar Ashoka, para penganut agama di India kuno didorong untuk berbaur secara damai dan mengembangkan warisan budayanya secara bersama-sama. Hasilnya terlihat di situs-situs seperti Gua Ellora. 

Seperti dicatat dalam laman resmi UNESCO, gua itu sendiri memiliki beberapa tempat suci yang didedikasikan untuk agama Buddha, Jainisme, dan Hindu yang didirikan secara berdampingan. Selain mempromosikan toleransi agama, Ashoka juga mempromosikan kesejahteraan terhadap hewan.

Setelah memulai hidup baru sebagai seorang Buddha, ia membuat serangkaian dekrit dan memerintahkan orang-orangnya untuk mendirikan stasiun medis, baik bagi manusia maupun hewan. Melansir dari laman Ancient History Encyclopedia, ia juga melarang petani untuk membakar sekam, takut kalau ada serangga yang sedang bersembunyi di dalamnya.

Baca Juga: Mengundang Decak Kagum, 5 Karya Seni Paling Fenomenal dalam Sejarah 

4. Mesopotamia kuno mencintai lingkungan yang keberlanjutan 

6 Momen Progresif Ini Sudah Terjadi sebelum Masehi, Mengejutkan!ecwausa.com

Sustainability atau lingkungan yang berkelanjutan adalah impian para pencinta lingkungan di era modern. Tentunya, hal ini menjadi utopia global yang sangat kita harapkan terjadi di masa depan. Ternyata, kita sudah pernah mencapainya di masa lalu. Mesopotamia kuno, untuk sementara waktu, adalah model nyata dari masyarakat berkelanjutan.

Kesadaran kalau bencana alam dapat melenyapkan seluruh masyarakat membuat orang-orang Mesopotamia memahami kebutuhan vital akan pasokan air yang berkelanjutan. Untuk memastikan mereka tidak mati karena kekeringan atau air yang terinfeksi, mereka menciptakan sistem irigasi yang mengesankan di beberapa kota Mesopotamia kuno.

Hebatnya, sistem ini dapat memasok air tanpa merusak lingkungan setempat. Beberapa petani lokal bahkan membuat model pencarian air bergerak untuk mencari tahu di mana air akan tersedia secara musiman. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengambil air alami bahkan di saat kekeringan sedang melanda mereka.

Tak hanya itu, mereka juga merancang sistem pertanian untuk menghilangkan masalah penggembalaan yang berlebihan. Masyarakat mereka yang kompleks berhasil menghindari banyak masalah yang terkait dengan kota. Sayangnya, walau terlihat indah, hal ini tidak dapat bertahan selamanya.

Seperti yang dijelaskan oleh National Geographic, ketika kota-kota besar mulai tumbuh, mereka mulai mengalihkan perhatian dari keberlanjutan ke arah menghasilkan surplus. Tentu saja, hal ini justru mengakibatkan keruntuhan ekosistem dan kehancuran banyak kota besar di Mesopotamia kuno.

5. Romawi kuno memiliki serikat buruhnya sendiri 

6 Momen Progresif Ini Sudah Terjadi sebelum Masehi, Mengejutkan!legrandcontinent.eu

Selama hampir 100 tahun terakhir, serikat pekerja adalah bagian integral dari pemikiran modern yang progresif. Namun, hal ini tidaklah mengejutkan bagi orang Romawi kuno. Sebelum Julius Caesar mengubah sistem pemeritahan Romawi kuno di tahun 58 SM, Republik Romawi adalah sarang dari aktivitas serikat buruh kuno.

Dikenal sebagai collegia, proto-serikat ini berbasis di sekitar sektor perdagangan tertentu dan memiliki anggota yang diambil dari dua kelas pekerja: pedagang dan pengrajin serta mantan budak. 

Menurut Encyclopædia Britannica, selain menyediakan biaya pemakaman dan makanan bagi para anggota yang membayar uang mingguan, pada saat itu collegia juga mengambil peran industri, politik, dan sosial yang saat ini dapat kita asosiasikan dengan serikat pekerja. 

Namun, para senat Romawi mencoba melarang mereka untuk melakukan kegiatan subversif dan sering menghubungkan mereka dengan serangkaian protes dan gangguan yang terjadi di wilayah Romawi. Karena hal ini, masa kejayaan mereka pun tidak berlangsung lama. Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat, mereka langsung lenyap tanpa bekas.

6. Konsep welfare state ala dunia kuno 

6 Momen Progresif Ini Sudah Terjadi sebelum Masehi, Mengejutkan!thoughtco.com

Konsep negara kesejahteraan (welfare state) memang sangat erat kaitannya dengan abad ke-20. Namun, jauh dari produk dunia modern, negara kesejahteraan ternyata memiliki akar yang merentang sampai ke zaman kuno.

Menurut Aristoteles, negara-kota Athena memasukkan ketentuan kesejahteraan masyarakat dalam konstitusinya. Pada saat itu, siapa pun yang memiliki kurang dari tiga minae (600 minae setara dengan 57 pon perak) dan tidak mampu bekerja akan diberikan hibah dari "kas publik."

Selain Athena kuno, Israel kuno juga memiliki program untuk memastikan agar orang miskin didukung oleh persepuluhan (tithe). Namun, mungkin tidak ada "negara kesejahteraan" kuno yang sebanding dengan Kekaisaran Maurya di India kuno. Seperti pemerintahan di era modern, saat itu Kekaisaran Maurya terlibat dengan segala bidang yang menyangkut kemasyarakatan.

Pada masa itu, proyek bangunan tertentu dapat memenuhi syarat untuk mendapatkan keringanan pajak atau bahan bangunan secara gratis. Seperti yang tertulis dalam buku State and Government in Ancient India, anak yatim, orang tua, orang sakit, dan ibu muda akan mendapatkan bantuan dari kekaisaran. Juga, pengangguran akan dicarikan pekerjaan.

Namun, hal yang paling mengesankan dari semuanya adalah bahwa ada suatu sistem untuk menaikkan pajak orang kaya pada masa kelaparan sehingga hasilnya dapat digunakan untuk memberi makan orang miskin.

Sebagai perbandingan, kelas penguasa Inggris tidak akan memberikan satu sen pun selama peristiwa Kelaparan Irlandia pada tahun 1840-an. Seharusnya, mereka bisa belajar sesuatu dari sistem pemerintahan India kuno.

Nah, itu tadi 6 momen progresif yang sudah terjadi sebelum masehi. Ternyata, dunia kuno tidak sekolot seperti yang kita bayangkan. Nyatanya, justru mereka lah yang terlebih dulu memberlakukan beberapa aturan yang progresif, jauh sebelum kita menerapkannya di era modern.

Baca Juga: 9 Sejarah Perjalanan Mata Uang Indonesia, Dari Emas sampai Rupiah

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya