7 Fakta tentang Albert Camus, Sang Filsuf Absurdis dari Prancis

Pernah membaca novelnya?

Siapa yang tidak mengenal Albert Camus? Ia adalah salah satu filsuf terkenal di dunia, di mana karya-karyanya cukup berpengaruh di Indonesia. Artikel ini akan membahas beberapa fakta menarik tentang Camus, mulai dari pandangan filosofisnya sampai kehidupan pribadinya. Berikut daftarnya!

1. Lahir dan besar di Aljazair

7 Fakta tentang Albert Camus, Sang Filsuf Absurdis dari Prancism.wikipedia.org

Melansir dari Biography, Albert Camus lahir pada 7 November 1913 di sebuah kota bernama Mondovi (sekarang Dréan), Aljazair. Satu tahun setelahnya, ayah Camus terbunuh dalam Pertempuran Verdun selama Perang Dunia I. Camus lahir dari keluarga miskin, di mana ibunya tuli dan buta huruf.

Meski begitu, Camus adalah anak yang cerdas. Bahkan, dia sudah menunjukkan minatnya dalam sastra dan filsafat sejak usia dini. Meski sempat putus sekolah karena sakit-sakitan, Camus akhirnya bisa lulus dari Universitas Aljir dan mendapatkan gelar sarjana dalam bidang filsafat.

Kehidupan Camus di Aljazair sangat memengaruhi kehidupan dan karya-karyanya. Salah satunya adalah pandangan politiknya yang anti-kolonialis. Meski terlahir sebagai orang Prancis, Camus sangat membenci perlakukan Prancis terhadap penduduk asli Aljazair.

2. Ikut melawan fasisme Nazi selama Perang Dunia II

7 Fakta tentang Albert Camus, Sang Filsuf Absurdis dari Prancislatercera.com

Setelah lulus, Camus bekerja sebagai penulis di Alger Républicain sampai tahun 1940. Ia kemudian pindah ke Paris, tepat pada saat Perang Dunia II berkecamuk. Camus sempat mendaftar sebagai tentara Prancis, tetapi ditolak karena pernah mengidap TBC.

Ketika Jerman menginvasi Paris, Camus pindah ke Lyon, di mana dia menikah dengan seorang pianis dan ahli matematika bernama Francine Faure. Camus kembali ke Paris pada tahun 1943 dan mulai berhubungan dengan filsuf Prancis lainnya seperti Jean-Paul Sartre, Simone de Beauvoir dan André Breton.

Karena tidak dapat menjadi tentara, ia memutuskan untuk bergabung dengan gerakan bawah tanah. Pada saat itu, Camus bekerja sebagai jurnalis dan editor untuk surat kabar perlawanan Prancis, Combat

3. Novelnya yang paling terkenal, Orang Asing, hampir tidak diterbitkan

7 Fakta tentang Albert Camus, Sang Filsuf Absurdis dari Prancisnewyorker.com

Kita semua mungkin setuju kalau L’Étranger atau Orang Asing adalah novel Camus yang paling terkenal. Pada 1941, Camus mengirimkan naskahnya kepada penulis André Malraux. Meskipun sangat terkesan dengan tulisan Camus, Malraux sempat ragu untuk menerbitkannya. Belum lagi "krisis kertas" akibat perang yang semakin menghambat produksinya.

Malraux bahkan sempat meminta Camus untuk mengirimkan kertas tambahan jika ia masih berniat untuk menerbitkan novelnya. Untungnya, Malraux dapat mengumpulkan cukup banyak kertas untuk mencetak Orang Asing sebanyak 4.000 eksemplar. Sampai hari ini, lebih dari 10 juta eksemplar Orang Asing telah terjual.

Satu-satunya novel Prancis yang terjual lebih banyak dari Orang Asing adalah karya Camus lainnya, Sampar, dan Pangeran Kecil. Masing-masing terjual lebih dari 12 dan 100 juta eksemplar di seluruh dunia.

Baca Juga: 5 Firaun Perempuan Paling Berpengaruh dalam Peradaban Mesir Kuno

4. Orang termuda kedua yang pernah memenangkan Penghargaan Nobel dalam bidang Sastra

7 Fakta tentang Albert Camus, Sang Filsuf Absurdis dari Prancisrfi.fr

Pada tahun 1957, Camus dianugerahi Penghargaan Nobel dalam bidang Sastra. Nobel Prize mengatakan kalau karya-karyanya sangat berpengaruh bagi bidang sastra dan kehidupan manusia di zaman modern.

Camus baru berusia 44 tahun ketika memenangkan Nobel, menjadikannya orang termuda kedua yang pernah dianugerahi Nobel Sastra. Dia berada di urutan kedua setelah Rudyard Kipling yang berusia 42 tahun ketika dianugerahi penghargaan yang sama.

Camus sendiri terkejut saat mengetahui kalau dia memenangkan Nobel. Ia memakai uang hadiahnya untuk terus membuat karya. Salah satunya adalah adaptasi novel Fyodor Dostoyevsky, Demons, yang ia ubah menjadi sebuah drama dan mendapat kesuksesan besar di Paris.

5. Sering dikaitkan dengan berbagai aliran filsafat

7 Fakta tentang Albert Camus, Sang Filsuf Absurdis dari Prancisnewyorker.com

Camus sering dikaitkan dengan beberapa aliran filsafat, salah satunya adalah eksistensialisme. Sayangnya, ia sangat membenci aliran ini. Ia bahkan benci disebut sebagai seorang fisuf eksistensialis.

Mungkin aliran filsafat yang paling lekat dengannya adalah absurdisme. Menurut Camus, absurd adalah "sesuatu yang tidak ada maknanya." Menurutnya, eksistensi manusia itu sendiri absurd karena kita tidak akan pernah menemukan makna kehidupan di dalam dunia ini. 

Meskipun gagasan absurdisme memiliki konotasi yang cukup negatif, Camus percaya kalau kehidupan itu layak untuk dijalani, entah itu absurd atau tidak. Secara keseluruhan, dia hanya ingin kita menganggap absurditas sebagai fakta, lalu menerima dan menghadapinya.

Beberapa orang sering mengutip esai filosofisnya, Mitos Sisifus, sebagai gambaran dari pemikirannya. Selain itu, Camus juga membahas absurdisme dalam Orang Asing, Caligula, Sampar, dan Nuptials.

6. Pernah bersitegang dengan Jean-Paul Sartre

7 Fakta tentang Albert Camus, Sang Filsuf Absurdis dari Prancisaeon.co

Camus pertama kali bertemu dengan Sartre di Paris selama Perang Dunia II. Namun sebelum bertemu langsung, Camus sudah membaca dan mengulas novel Sartre, Nausea. Bisa dikatakan kalau dia tidak setuju dengan apa yang dikatakan Sartre dalam novelnya.

Camus bahkan mengatakan kalau karya Sartre adalah sebuah "permainan pikiran yang sia-sia." Setelah Camus menerbitkan Mitos Sisifus, Sartre balik menyindirnya dengan mengatakan kalau "Camus sering mengutip karya-karya Jaspers, Heidegger, Kierkegaard, tanpa memahami esensi di dalamnya."

Banyak juga yang menganggap kalau perseteruan mereka diakibatkan karena Sartre yang memilih posisi netral selama Perang Dunia II. Karena seperti yang kita ketahui, Camus ikut berjuang agar Prancis terlepas dari cengkeraman Nazi Jerman pada saat itu.

7. Kehidupan pribadi, kematian, dan peninggalannya

7 Fakta tentang Albert Camus, Sang Filsuf Absurdis dari Prancistimetoast.com

Sepanjang hidupnya, Camus telah menikah sebanyak dua kali. Pernikahan pertamanya adalah dengan seorang pecandu narkoba bernama Simone Hié. Mereka menikah dari tahun 1934 sampai 1940, walau sudah berpisah secara tidak resmi sejak tahun 1936. Pada 1940, Camus menikah lagi dengan Francine dan dianugerahi anak kembar bernama Catherine dan Jean.

Namun, hanya karena sudah menikah dan memiliki anak, bukan berarti Camus adalah pria yang setia. Camus dikenal sebagai pria yang suka berselingkuh, salah satunya dengan aktris Spanyol bernama Maria Casarès.

Ia juga pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Christiane Galindo, aktris bernama Lucette Meurer dan wanita lain bernama Yvonne Ducailar. Camus terus berhubungan dengan ketiga selingkuhannya dan istrinya pada saat yang bersamaan.

Pada tahun 1960, ketika ia berusia 46 tahun, Camus meninggal dalam kecelakaan mobil di Villeblevin, Prancis. Sebelum meninggal, masih ada dua karyanya yang belum diterbitkan, yaitu Mati Bahagia dan First Man. Mati Bahagia akhirnya diterbitkan pada tahun 1971, sedangkan First Man pada 1994.

Bisa dibilang kalau pemikiran dan karya-karya Camus sangat memengaruhi iklim sastra dan filsafat di Indonesia. Jadi, apakah kalian termasuk salah satu penggemarnya? Jika iya, karya manakah yang paling kalian sukai?

Baca Juga: Sadis dan Brutal! 5 Kelompok Mafia Paling Terkenal Sepanjang Sejarah

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya