6 Fakta Menarik dari Evaluasi Psikis Perwira Nazi di Nuremberg Trials

Termasuk pertinggi Nazi seperti Hermann Göring

Sebelum 22 perwira Nazi diadili di Pengadilan Nuremberg, jaksa penuntut perlu tahu kalau mereka secara hukum dapat diadili atas kejahatan perang yang telah mereka lakukan. Tim psikiater yang dipimpin oleh Dr. Douglas Kelley pun dibawa untuk menilai kondisi mental mereka. 

Bersama dengan rekan-rekannya, Kelley melakukan serangkaian tes psikis dan mengungkap beberapa temuan yang luar biasa, terutama ketika harus menentukan apakah para penjahat perang itu waras atau tidak.

Dia juga mencari semacam teori "kepribadian Nazi" dengan harapan menemukan faktor yang telah mendorong mereka untuk menyiksa dan membunuh begitu banyak orang, agar orang-orang dengan kecenderungan psikis seperti Nazi dapat diidentifikasi di kemudian hari.

Berikut 6 fakta menarik dari evaluasi psikis para perwira Nazi di Pengadilan Nuremberg.

1. IQ "superior" yang dimiliki oleh para perwira Nazi

6 Fakta Menarik dari Evaluasi Psikis Perwira Nazi di Nuremberg Trialshistoriek.net

Salah satu tahapan untuk menentukan apakah seorang Nazi harus diadili atau tidak adalah tes IQ. Pada saat itu tim psikiater yang dipimpin oleh Kelley memakai Wechsler-Bellevue Intelligence Scale (WBIS) yang diubah menjadi bahasa Jerman.

Perhitungannya adalah: skor 65 atau kurang diklasifikasikan sebagai "cacat," antara 80 dan 119 sebagai normal, dan 128 ke atas sebagai "sangat unggul" di mana hanya sekitar 2,2 persen populasi saat itu yang berhasil mencetak skor ini.

Beberapa pertanyaan diubah untuk menghilangkan segala jenis bias budaya, dan tes tersebut mengukur hal-hal seperti ingatan, aritmetika cepat, memilih objek atau detail yang dihapus dari gambar, dan kecepatan tangan.

Mengutip dari buku The Quest for the Nazi Personality, skor rata-rata untuk 21 Nazi yang diuji adalah 128 — seharusnya 22, tetapi Robert Ley bunuh diri sebelum tes dilakukan.

Skor tertinggi adalah 143, yang didapat oleh Hjalmar Schacht, dengan Hermann Göring, Arthur Seyss-Inquart, Karl Dönitz, Franz von Papen, Erich Raeder, Hans Frank, Hans Fritsche, dan Baldur von Schirach yang mendapat 130 atau lebih. Sedangkan Joachim von Ribbentrop, Wilhelm Keitel, dan Albert Speer masih termasuk dalam kategori "sangat unggul."

Reaksi para Nazi terhadap tes IQ ini sangat menarik. Banyak dari mereka yang benar-benar menantikan tes dan sebagian besar dari mereka senang dengan hasilnya. Bahkan orang-orang seperti Franz von Papen yang awalnya kesal mengakui kalau tes itu adalah salah satu momen yang menyenangkan dari penawanan mereka.

Mungkin yang paling aneh adalah reaksi Wilhelm Keitel (gambar di atas) terhadap tes. Dia sangat terkesan dengan tes itu, bahkan mengatakan kalau tes itu jauh lebih baik daripada "omong kosong" yang dilakukan psikolog Jerman. Belakangan, Kelley mengetahui kalau Keitel melarang semua tes IQ setelah putranya gagal selama tes untuk mengikuti pelatihan Nazi.

2. Kepribadian Nazi

6 Fakta Menarik dari Evaluasi Psikis Perwira Nazi di Nuremberg Trialscommons.wikimedia.org

Bagian terpenting dari pekerjaan tim psikiater yang dipimpin oleh Kelley adalah untuk menentukan apakah 22 penjahat perang Nazi cocok untuk diadili. Namun di sisi lain, mereka juga ingin tahu mengapa mereka melakukan kekejaman seperti itu pada sesamanya.

Pada akhirnya, mereka semua dianggap waras dan layak untuk diadili, tetapi apa yang mendorong mereka untuk melakukan hal keji tersebut lebih sulit dijabarkan. Menurut Kelley, ia percaya kalau dorongan untuk melakukan tindakan mengerikan seperti itu adalah hasil dari "penyakit sosial-budaya".

Sedangkan Dr. Gustave Gilbert, psikolog penjara Nuremberg, berpikir kalau mereka semua telah diprogram untuk mematuhi perintah sehingga setiap kecerdasan atau kepribadian individu ditimpa oleh pengabdian buta mereka.

Pada akhirnya, tidak ada seorang pun — bahkan sampai hari ini — yang dapat menafsirkan temuan atau data mereka yang dapat membenarkan teori tentang kepribadian Nazi.

Baca Juga: Lebih Ngeri dari Nazi! 5 Fakta Pembunuhan Indian oleh Bangsa Eropa

3. Rudolf Hess dan paranoia akan "racun otak" 

6 Fakta Menarik dari Evaluasi Psikis Perwira Nazi di Nuremberg Trialsorientalreview.org

Dalam laporannya, Kelley menulis salah satu fakta mengejutkan tentang mantan Wakil Führer, Rudolf Hess, yang ternyata sangat naif dan memiliki paranoia.

Pada saat psikiater Nuremberg memeriksanya, dia telah ditahan selama sekitar empat tahun setelah upayanya untuk meminta Inggris bergabung dengan Jerman dalam memerangi Uni Soviet gagal. Dia tampak sangat terkejut ketika dia dipenjara dan mengungkapkan kalau dia benar-benar yakin kalau ia sedang diracun secara perlahan.

Ketika pertama kali ditangkap, Hess menolak semua makanan yang diberikan. Namun setelah bertahan seharian, dia menyerah dan meminum susu. Dia hanya akan makan bersama dengan orang-orang yang memegang makanannya, tetapi ketika dia sakit kepala setelah makan, Hess akan langsung menganggap kalau saat itu ia sedang diracun.

Hess juga mulai berpura-pura lupa ingatan setelahnya. Melansir dari laman Smithsonian Magazine, dia mengaku telah melakukan begitu banyak hal sehingga pada akhirnya, katanya, amnesia itu nyata dan kemungkinan besar diakibatkan oleh apa yang disebutnya "racun otak."

Racun otak tersebut semakin merusak ingatannya, dan ia terus mempercayainya meskipun seorang utusan dari Swiss menguji makanannya dan mengatakan kepadanya kalau tidak ada yang salah dengan itu.

4. Göring yang kecanduan paracodeine

6 Fakta Menarik dari Evaluasi Psikis Perwira Nazi di Nuremberg Trialscommons.wikimedia.org

Ketika Hermann Göring ditahan, apa yang dibawanya berbicara banyak tentang kepentingan dirinya. Ada 12 koper monogram, medali bertatahkan permata, uang sekitar US$1 juta dalam bentuk tunai, beberapa pemotong cerutu, setumpuk jam tangan dan kotak-kotak rokok.

Selain kapsul potasium sianida yang dijahit ke pakaiannya dan disimpan dalam kaleng kopi, ada juga sebuah koper penuh dengan stok paracodeine yang cukup untuk sebuah negara kecil. Stok yang dibawanya berisi sekitar 20.000 kapsul paracodeine. Diperkirakan Göring pergi langsung ke pabrik-pabrik farmasi di Jerman untuk menyetok obat tersebut.

Mengutip dari All Thats Interesting, Göring juga mengakui kalau ia telah mengonsumsi pil paracodeine dalam jumlah besar sebelum penangkapannya. Awalnya, dia mengklaim kalau pil tersebut adalah bagian dari resep dokter untuk penyakit jantungnya dan bersikeras kalau dia diharuskan minum 40 pil sehari.

Tidak mengherankan, mereka tidak mempercayainya dan langsung melakukan tes obat-obatan. Hasilnya, obat penghilang rasa sakit seperti morfin dan opium ditemukan bekerja di tubuh Göring pada saat itu, bersamaan dengan paracodeine.

Setelah mengetahuinya, staf medis Nuremberg pun mulai menyapih dia dari pil, membatasi dosis hariannya menjadi 38 pil di hari pertama dan secara bertahap menjadi 18 pil. Pada saat itu, para staf disarankan untuk tidak mengurangi dosisnya lagi, karena mereka tidak yakin apa yang akan terjadi jika Göring benar-benar dijauhkan dari paracodeine.

5. Tes Rorschach

6 Fakta Menarik dari Evaluasi Psikis Perwira Nazi di Nuremberg Trialsbbc.com

Para psikolog dan psikiater juga memberikan tes Rorschach pada para Nazi, dengan harapan untuk mengungkap apa pun yang mungkin disembunyikan dalam kepribadian mereka. Tes tersebut diberikan oleh Gustave Gilbert sekitar tiga minggu setelah evaluasi psikis. Nazi yang paling menonjol dalam hasil tes ini adalah Hermann Göring.

Tetapi seaneh atau seimajinatif hasil tes dari para Nazi, hanya sedikit atau bahkan tidak ada perbedaan sama sekali antara hasil tes mereka dengan seorang warga negara Amerika biasa. Ketika Kelley dan Gilbert merilis temuan mereka, seorang psikolog bernama Molly Harrower mencoba agar hasil tes Rorschach ditinjau ulang oleh sekelompok ahli yang independen.

Setiap orang yang dihubungi pun menolak. Tidak sampai 30 tahun kemudian, Harrower baru dapat membuat percobaan objektif untuk mengevaluasi temuan tersebut.

Dilansir laman American Psychological Association, dalam sebuah penelitian double-blind Harrower mengambil hasil tes psikis dari para perwira Nazi, sekelompok anggota rohaniwan, dan sekelompok pasien rumah sakit. Setelah semua kelompok dianalisis, disimpulkan kalau tidak ada perbedaan dari ketiga kelompok tersebut.

Pada tahun 1989, perbandingan lain dilakukan dengan membandingkan delapan Nazi yang telah menerima hukuman mati dengan kelompok acak berisi 600 subyek. Perbandingan ini memiliki hasil yang sedikit berbeda, menunjukkan kemungkinan skizofrenia di dalam kepala Hess dan sesuatu yang dianggap sebagai realitas terdistorsi pada Nazi lainnya.

6. Konsekuensi tes psikis Nazi dan bunuh diri Douglas

6 Fakta Menarik dari Evaluasi Psikis Perwira Nazi di Nuremberg Trialsslate.fr

Fakta kalau tidak ada kepribadian Nazi dan hasil tes psikis yang menunjukkan betapa normalnya para perwira Nazi adalah suatu hal yang mengerikan. Belakangan, Hanna Arendt akan membuat ungkapan "banalitas kejahatan" untuk menggambarkan kejahatan yang mereka lakukan.

Situasi ini tidak lahir dari hasrat jahat, kesenangan ketika melihat pembunuhan dan kematian, atau bahkan kebencian yang luar biasa, tetapi lahir dari sesuatu yang jauh lebih membosankan dan "datar" seperti yang kita kira. Tidak heran kalau hasil dari tes psikis ini turut mengganggu para psikiater di Nuremberg, tidak terkecuali Kelley.

Pada tahun baru 1958, saat memasak makan malam untuk keluarganya, Kelley tiba-tiba emosi dan membakar dirinya sendiri. Menurut putranya, Doug, hal berikutnya yang ia lakukan adalah berteriak dan mengancam akan bunuh diri. Beberapa saat kemudian, Kelley terkapar di tangga dengan busa di mulut dan sisa-sisa sianida di tangannya.

Kelley meninggal persis seperti salah satu perwira Nazi, Hermann Göring, yang sudah Kelley kenal sejak evaluasi kejiwaannya di Nuremberg. Menurut Psychology Today, Kelley adalah seorang pecandu alkohol dan memiliki sejarah "mood yang gelap." Dia juga sempat menyatakan kekagumannya terhadap "kontrol" Göring atas kematiannya sendiri.

Bisa dibilang kalau peristiwa ini adalah epilog yang mengganggu bagi salah satu pengadilan paling terkenal dalam sejarah, yang meninggalkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban sampai hari ini.

Baca Juga: 10 Teori Konspirasi Menarik tentang Nazi yang Wajib Kamu Ketahui

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya