Jarang Diketahui, Ini 7 Fakta Mengejutkan tentang Zaman Es

Benarkah kita masih hidup di tengah zaman es?

Zaman es adalah sebuah misteri yang terus diteliti oleh para ilmuwan modern. Uniknya, zaman ini tidak terjadi sekali saja. Menurut History, setidaknya ada lima zaman es yang paling memengaruhi bumi sepanjang sejarah, dengan sekitar selusin periode ekspansi glasial yang terjadi dalam 1 juta tahun terakhir. 

Zaman es terakhir, yang mencapai puncaknya pada 18.000 tahun yang lalu, telah melahirkan "juara" baru di bumi, yaitu Homo sapiens. Pada titik ini, Sapiens atau manusia telah berkembang dan menjadi makhluk darat yang paling dominan di muka bumi setelah berbagai megafauna seperti mammoth punah.

Artikel ini akan membaha beberapa fakta unik dan menarik tentang zaman es. Berikut daftarnya.

1. Louis Agassiz dan zaman es

Jarang Diketahui, Ini 7 Fakta Mengejutkan tentang Zaman Esnpr.org

Kalian mungkin merasa asing ketika mendengar nama Louis Agassiz. Padahal, pria ini adalah salah satu ilmuwan terkemuka yang hidup di abad ke-19. Seperti dilansir dari Britannica, dia dihormati sebagai salah satu bapak pendiri sains Amerika, meskipun sebenarnya dia adalah orang Prancis.

Terlepas dari pencapaiannya yang lain, penelitian Agassiz menjadi salah satu alasan mengapa kita bisa tahu tentang zaman es. Bertentangan dengan konsensus umum di abad ke-19, bahwa banjir berskala besar telah membunuh megafauna seperti mammoth, Agassiz justru menunjuk aktivitas glasial dan musim dingin global sebagai alasan kepunahan mereka.

Uniknya, penelitiannya tentang zaman es dan aktivitas glasial hanyalah pekerjaan sampingan, mengingat Agassiz sendiri adalah seorang ichthyologist.

2. Kehidupan Sapiens di tengah zaman es

Jarang Diketahui, Ini 7 Fakta Mengejutkan tentang Zaman Esmatichonweekly.com

Meskipun tidak terlalu besar dan berbulu, Sapiens berhasil melalui zaman es yang dingin selama ribuan tahun lamanya. Hidup pada saat itu memang sulit, tetapi mereka dapat terus beradaptasi dan akhirnya bertahan hidup sampai saat ini.

Pada 15.000 tahun yang lalu, Sapiens hidup dalam suku pemburu-pengumpul, membangun tempat perlindungan dari tulang mammoth, dan menjahit pakaian hangat dari bulu binatang. Ketika ada banyak hewan buruan, mereka akan mengumpulkan persediaan makanan dengan menguburnya di permafrost atau "lemari es" alam.

Pada saat itu, Sapiens menggunakan perangkap untuk menjebak hewan besar yang akan diburunya. Ketika hewan seperti mammoth masuh ke dalam perangkap itu, Sapiens akan menyerangnya secara kelompok dan terus melukainya sampai mati.

3. Kepunahan megafauna

Jarang Diketahui, Ini 7 Fakta Mengejutkan tentang Zaman Estheconversation.com

Zaman es terakhir adalah saksi ketika kehidupan mamalia ditentukan oleh teori evolusi Darwin, survival of the fittest. Hewan yang berkembang di zaman es umumnya berukuran besar dan tertutup bulu. Para ilmuwan menyebutnya "megafauna." Mereka berhasil bertahan di iklim dingin dan telah berevolusi di tempat-tempat beku.

Zaman es pada dasarnya mengubah dunia menjadi "taman bermain" mereka, sementara spesies lain yang kurang tahan dingin punah. Herbivora megafauna terbiasa mencari makanan di lingkungan yang dingin setelah beradaptasi dengan lingkungannya.

Misalnya, badak yang hidup zaman es memiliki cula sekop untuk menghilangkan salju. Tak hanya para herbivora, para karnivora seperti harimau gigi pedang, beruang raksasa, dan serigala dire juga dapat bertahan di tengah zaman es.

Namun sekitar 13.000 tahun yang lalu, lebih dari tiga perempat megafauna zaman es, termasuk mammoth, mastodon, harimau gigi pedang, dan beruang raksasa punah. Alasannya, seperti dijelaskan dalam Live Science, telah diperdebatkan selama bertahun-tahun.

Para ilmuwan sendiri memiliki dua hipotesis utama, yakni perburuan manusia dan perubahan iklim yang ekstrem. Namun, penelitian terbaru menunjukkan kalau objek luar angkasa, kemungkinan komet, mungkin jatuh di Kanada bagian selatan dan memusnahkan budaya zaman batu kuno beserta megafauna yang ada saat itu.

Baca Juga: 5 Gambaran Umum tentang Bumi di Zaman Purba, Seperti Apa?

4. Tumbuhan di zaman es

Jarang Diketahui, Ini 7 Fakta Mengejutkan tentang Zaman Esresearch.amnh.org

Seperti yang dijelaskan di atas, sebagian besar predator relatif mudah mendapatkan buruan selama zaman es. Namun, apa yang dimakan herbivora pada saat itu? Ternyata, hampir semua tumbuhan yang mereka inginkan ada pada saat itu. Stepa—padang rumput dan semak belukar—hidup di tengah zaman es. Selain itu, ada juga cemara dan pinus.

Di daerah yang lebih hangat, tumbuhan seperti birch dan willow juga melimpah. Secara keseluruhan, iklim di area vegetasi ini mungkin sangat mirip dengan, katakanlah, Siberia. Namun, bukan berarti kalau zaman es tidak menghancurkan vegetasi mereka.

Jika tumbuhan tidak dapat beradaptasi dengan iklim dingin, satu-satunya pilihan adalah migrasi melalui biji atau punah. Misalnya, wilayah Victoria, Australia, dulu memiliki beberapa tumbuhan paling beragam di dunia sampai zaman es "menghapus" sebagian besar tumbuhan itu.

5. Himalaya mungkin menjadi penyebab zaman es 

Jarang Diketahui, Ini 7 Fakta Mengejutkan tentang Zaman Esbritannica.com

Pegunungan tertinggi di dunia, Himalaya, mungkin telah berkontribusi pada zaman es di bumi. Seperti yang diketahui, Pegunungan Himalaya terlahir ketika lempeng India dan Eurasia bertubrukan sekitar 40-50 juta tahun yang lalu.

Tubrukan ini telah mengekspos sejumlah besar batu yang, pada akhirnya, mulai terkikis secara kimiawi, sebuah proses yang menghilangkan sejumlah besar karbondioksida dari atmosfer bumi dari waktu ke waktu. Hal ini, pada gilirannya, menurunkan iklim bumi menjadi cukup dingin dan memicu zaman es.

6. Taman Eden mungkin benar-benar ada di zaman es

Jarang Diketahui, Ini 7 Fakta Mengejutkan tentang Zaman Esancientpages.com

Beberapa ilmuwan sangat yakin kalau Taman Eden itu nyata. Mereka menyebut kalau taman itu terletak di Afrika, yang menjadi tempat perlindungan nenek moyang kita selama zaman es berlangsung. Sekitar 200.000 tahun yang lalu, zaman es yang sangat liar telah membunuh banyak spesies di bumi.

Untungnya, sekelompok kecil manusia purba bisa bertahan melewati hawa dingin yang mengerikan ini. Pada saat itu, mereka menemukan wilayah pantai yang sekarang disebut Afrika Selatan. Meskipun es mulai menyebar ke seluruh dunia, daerah ini tetap bebas dari es dan dapat dihuni.

Tanahnya sangat kaya akan nutrisi dan sumber daya untuk bertahan hidup. Juga, ada banyak gua alami yang bisa digunakan sebagai tempat berlindung. Tentunya, bagi spesies muda yang sedang berjuang untuk bertahan hidup di tengah kondisi ekstrem, tempat itu adalah "surga."

Para ilmuwan memperkirakan kalau jumlah populasi manusia di "Taman Eden" hanya beberapa ratus individu saja. Teori ini, yang didukung oleh banyak ahli tetapi masih kurang bukti konklusif, tampaknya sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan kalau manusia memiliki keragaman genetik yang jauh lebih sedikit daripada kebanyakan spesies lain.

7. Hipotesis "Snowball Earth" dan zaman es hangat

Jarang Diketahui, Ini 7 Fakta Mengejutkan tentang Zaman Essciencemag.org

Meski disebut zaman es, nyatanya lapisan es hanya menutupi sebagian bumi saja. Bahkan, zaman es yang paling parah hanya mencakup sekitar sepertiga dari bumi. Sampai para ilmuwan mengeluarkan hipotesis "Snowball Earth" (Bumi Bola Salju). Singkatnya, Bumi Bola Salju adalah "kakek" dari zaman es yang menghancurkan segala kehidupan di muka bumi.

Pada masa ini, setiap bagian dari permukaan planet membeku, sampai bumi terlihat seperti bola salju besar yang meluncur di luar angkasa. Hanya ada sedikit kehidupan yang dapat bertahan hidup dari pembekuan total ini. Menurut beberapa bukti saintifik yang dikutip dari Science Magazine, masa ini pernah terjadi sekali, yaitu sekitar 716 juta tahun yang lalu. 

Terlepas dari hipotesis di atas, beberapa zaman es mungkin sebenarnya cukup hangat. Terkadang, "zaman es kecil" muncul di antara zaman es berskala besar. Zaman ini tidak terlalu merusak, tetapi masih dapat menyebabkan kelaparan dan berbagai penyakit.

Zaman es kecil terakhir terjadi di awal abad ke-14, di mana yang paling buruk terjadi antara tahun 1500 dan 1850. Di Eropa, laut selalu membeku di mana negara pegunungan yang dingin (seperti Swiss) hanya bisa melihat gletser menghancurkan desa-desa mereka.

Tahun-tahun tanpa musim panas terjadi, di mana cuaca buruk memengaruhi setiap aspek kehidupan dan budaya pada saat itu. Zaman es kecil mungkin berkontribusi pada anggapan mengapa Abad Pertengahan disebut sebagai periode yang sangat suram.

Sampai saat ini, sains masih mencoba untuk mencari tahu apa yang menyebabkan zaman es kecil. Penyebabnya mungkin saja karena kombinasi dari aktivitas vulkanik yang berat dan penurunan energi Matahari selama masa tersebut.

Zaman es yang berskala besar mungkin telah berakhir. Meski begitu, kita masih hidup di sebuah masa yang disebut periode "interglasial," di mana es terus menyelimuti setidaknya satu kutub bumi sementara suhu di wilayah lainnya lebih hangat dan hanya memiliki sedikit es.

Baca Juga: 7 Fakta yang Jarang Diketahui tentang 'Zaman Es Kecil', Apa Saja?

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya