Hancurkan Ekonomi, 7 Krisis Moneter Terparah dalam Sejarah

Beberapa di antaranya memicu revolusi

Beberapa dari kita mungkin telah melewati beberapa krisis keuangan yang mengerikan selama beberapa tahun terakhir. Banyak yang berpikir kalau itu adalah akhir dari dunia; beberapa lainnya berpikir kalau itu hanyalah dampak dari ekonomi modern. Namun sejarah, seperti biasa, memiliki sesuatu untuk dikatakan tentang masalah ini.

Sepanjang sejarah, sudah banyak kerajaan dan negara yang telah mengalami situasi sulit ini. Banyak orang kelaparan, menjadi kaya mendadak, dan bahkan tidak sedikit yang kehilangan akal karenanya. Berikut 7 masa krisis keuangan terbesar dalam sejarah.

1. Krisis selama Perang Salib ke Empat (1202 - 1204)

Hancurkan Ekonomi, 7 Krisis Moneter Terparah dalam SejarahKrisis selama Perang Salib ke Empat (reddit.com)

Pada awalnya, rencana Perang Salib Keempat adalah untuk melancarkan invasi ke Kairo, dan dari sana Tentara Salib akan menyerang pasukan Saracen di Yerusalem melalui Mesir. Namun gerakan Perang Salib sendiri telah kehilangan kekuatannya setelah kegagalan di Perang Salib Ketiga.

Meskipun demikian, Tentara Salib tetap dikumpulkan dan sebagian besar berpusat di Venesia pada tahun 1202, di mana Doge Enrico Dandolo sepakat kalau Angkatan Laut Venesia akan mengangkut mereka ke Mesir. Saat itu Dandolo baru setuju untuk mengangkut Tentara Salib jika mereka bisa membayar "biaya transport" sebesar 86.000 marks.

Sayang, Tentara Salib hanya bisa membayar 51.000 marks. Oleh sebab itu, Dandolo menyarankan bahwa sebagai bentuk pembayaran alternatif mereka dapat membantu pasukan Venesia untuk merebut kembali kota Zara di wilayah Bizantium. Paus Innosensius III yang mengetahui rencana ini marah dan mengekskomunikasi Tentara Salib.

Perang Salib pun dialihkan ke arah Bizantium, di mana saat itu Kaisar Isaac II dari Kekaisaran Bizantium sedang dikudeta oleh saudaranya sendiri, Alexius III, pada tahun 1195. Dilansir dari Britannica, putra Isaac menawarkan 200.000 marks kepada Tentara Salib untuk merebut kembali Konstantinopel pada tahun 1203.

Isaac pun berhasil dibebaskan dan diangkat kembali sebagai raja bawahan bersama putranya, Alexius IV, oleh Tentara Salib. Namun kedua pria itu gagal memenuhi utang mereka, sehingga Tentara Salib menjarah Konstantinopel dan mendapatkan hasil rampokan hingga 900.000 marks.

Pada tahun 1204, tentara Venesia dan para pemimpin Perang Salib mengambil kendali langsung atas Konstantinopel dan membentuk rezim yang korup, yang akan menghancurkan keagungan Bizantium di kemudian hari. Setelahnya, Kekaisaran Bizantium terpecah menjadi beberapa kerajaan dan tidak pernah pulih lagi sejak saat itu.

2. Krisis yang berujung pada Revolusi Prancis (1789 - 1799)

Hancurkan Ekonomi, 7 Krisis Moneter Terparah dalam SejarahKrisis yang berujung pada Revolusi Prancis (factinate.com)

Ketika Louis XV meninggal, dia memberikan takhta Prancis ke tangan cucunya, Louis XVI, dan seperti yang telah diketahui, raja Prancis yang satu ini terkenal dengan pemerintahannya yang penuh dengan bencana.

Dilansir dari History, selama masa pemerintahannya, Louis XVI terlibat dalam tiga perang besar — Perang Suksesi Austria, Perang Kemerdekaan Amerika, Perang Tujuh Tahun — sekaligus.

Louis XVI bukanlah orang bodoh, karena terkadang ia juga memiliki keberanian untuk memaksakan perubahan yang diperlukan. Namun prospek untuk menaikkan pajak, tetapi membebaskan para bangsawan dari wajib pajak, telah menghancurkan kerajaan itu dari dalam.

Pada saat itu, harga makanan naik, penyakit menyebar ke seluruh kota, kelaparan semakin meluas, dan pengangguran merajalela. Semua hal ini berhasil meningkatkan ketegangan di antara rakyat biasa dan para bangsawan.

Sementara kaum bangsawan tidak membayar pajak dan menikmati gaya hidup bourgeoisie, rakyat yang sudah muak akhirnya memberikan perang keempat untuk Louis XVI, yang di kemudian hari akan dikenal sebagai Revolusi Prancis, pada tahun 1789. Revolusi ini sendiri menghabiskan biaya sebesar 2 miliar livres-tournois atau US$6 miliar hari ini.

3. Krisis selama rezim Philip II dari Spanyol (1554 - 1598)

Hancurkan Ekonomi, 7 Krisis Moneter Terparah dalam SejarahPhilip II dari Spanyol (nationalgeographic.com)

Philip II memerintah Spanyol di masa yang disebut "Zaman Keemasan" bagi kerajaan tersebut. Namun ia dibebani dengan utang sebesar 36 juta ducat oleh pendahulunya, sehingga Philip sangat bergantung pada emas yang dikirim dari Amerika untuk menambah perbendaharaannya.

Seiring dengan bertambahnya beban pajak dan peningkatan pengeluaran negara, Spanyol menderita inflasi tinggi yang mendevaluasi mata uang dan merugikan industri di dalamnya. Untuk menutupi biaya beberapa perang, Philip mulai meminjam dari para bankir Italia yang terus membiayai perangnya meskipun berkali-kali gagal menjaga pembayaran bunga.

Akhirnya, jumlah utangnya membengkak menjadi 86 juta ducat (US$11 miliar), ketika pendapatan tahunan Spanyol hanya 9 juta ducat. Bencana ini semakin diperparah ketika Philip kehilangan kendali atas Inggris setelah mantan istrinya, Mary dari Skotlandia, meninggal. Insiden ini meninggalkan Inggris dalam kendali seorang ratu Protestan, Elizabeth I.

Kesengsaraan ekonomi di dalam Spanyol membuatnya tidak dapat mempertahankan cengkeramannya pada kolonialisme di Dunia Baru. Angkatan Laut Spanyol pun kehilangan posisinya di lautan karena Angkatan Laut Kerajaan milik Inggris muncul sebagai penguasa baru lautan, dan dominasi Spanyol di Eropa segera hilang setelahnya.

Baca Juga: 10 Sejarah Tragis dari Perang Tersingkat di Dunia

4. Krisis moneter di Kekaisaran Ottoman (1853 - 1923)

Hancurkan Ekonomi, 7 Krisis Moneter Terparah dalam SejarahKrisis moneter di Kekaisaran Ottoman (middleeasteye.net)

Ketika Tsar Nicholas I menggambarkan Kekaisaran Ottoman sebagai "orang sakit di Eropa," ia juga menggambarkannya sebagai sebuah bangsa yang tidak mampu mengikuti kemajuan kekuatan-kekuatan besar Eropa. Hal ini terlihat jelas, karena pada akhir abad ke-19 kekaisaran tersebut masih dikelola dengan cara Abad Pertengahan.

Transportasi kereta api hampir tidak ada, industri masih didasarkan pada manufaktur manual skala kecil, dan ekonomi sebagian besar didasarkan pada perpajakan penduduk miskin, di mana sebagian besar penduduknya agraris.

Pada tahun 1853, Kekaisaran Ottoman perlahan mulai mengembangkan infrastrukturnya, tetapi tidak dapat maju jauh dengan keuangannya yang terbatas tapi tidak mau berhutang kepada negara-negara Eropa. Namun Perang Krimea mengubah pendirian mereka, dan Kekaisaran Ottoman akhirnya meminjam modal dari Inggris dan Prancis.

Sayangnya, pemerintah gagal untuk membayar bunga sebesar £ 200 juta pada tahun 1875, sehingga provinsi Mesir diduduki oleh Inggris pada tahun 1883 untuk membayar utang publik mereka. Mengutip dari laman Turkeys War, setelahnya pemerintah Ottoman sangat bergantung pada Inggris dan Prancis untuk masalah keuangannya.

Mereka terus stagnan sampai Perang Dunia I meletus. Kondisi ini membuat wilayah mereka lepas satu per satu ke tangan para kreditornya. Invasi Inggris setelah perang akhirnya mengambil Mesopotamia (Irak), Palestina, Lebanon dan Suriah, dan perjanjian Sykes-Picoult membagi wilayah Ottoman untuk Kerajaan Prancis dan Kerajaan Inggris.

Akhirnya, pada tahun 1923, setelah diduduki oleh kekuatan Sekutu, Kekaisaran Ottoman resmi dibubarkan dan Republik Turki dibentuk sebagai gantinya.

5. Krisis moneter sebelum Revolusi Rusia (1917)

Hancurkan Ekonomi, 7 Krisis Moneter Terparah dalam SejarahKrisis moneter sebelum Revolusi Rusia (themoscowtimes.com)

Menyusul kekalahan beruntun yang dialami oleh Kekaisaran Rusia dalam Perang Dunia I, Pemerintah Sementara Rusia saat itu juga dipusingkan dengan lilitan utang yang mencapai 50 miliar rubel atau senilai US$270 miliar hari ini. Industri runtuh, pengangguran merajarela, sementara upah bagi mereka yang masih bekerja turun secara drastis. 

Menghadapi kelaparan dan kemiskinan, orang-orang meninggalkan pekerjaan dan kota-kota besar untuk mencari makanan. Pemogokan massal dan kerusuhan pun dimulai di Petrograd (St. Petersburg) dan mulai menyebar ke seluruh negeri.

Dilansir dari laman Moscow Times, faksi Bolshevik, yang telah merebut sebagian kekuasaan politik setelah Revolusi Februari, mulai mengorganisir orang-orang ini untuk menjadi milisi. 

Pada saat itu, mudah meyakinkan mereka bahwa penderitaan yang mereka alami disebabkan oleh keserakahan dan ketidakmampuan para elite borjuis yang korup. Pada Juli 1917, Pemerintahan Sementara memerintahkan agar demonstrasi di Petrograd diberantas, dan kekerasan semakin memburuk ketika tentara mulai menembaki kerumunan pendemo. 

Bulan berikutnya, seorang jenderal "nakal" memimpin pasukannya dalam serangan terhadap kaum Bolshevik di kota itu. Ia pun dipukuli balik oleh para milisi, pelaut dan pengangguran. Pemberontakan dimulai dua bulan kemudian, yang berhasil mengambil alih Istana Musim Dingin dan fasilitas pemerintah Rusia. Kekaisaran Rusia pun berakhir, dan digantikan oleh Uni Soviet.

6. Krisis moneter di masa Republik Weimar (1919 - 1933)

Hancurkan Ekonomi, 7 Krisis Moneter Terparah dalam SejarahKrisis moneter di masa Republik Weimar (bitcoinist.com)

Pada tahun 1919, Perjanjian Versailles menyatakan bahwa Jerman dan sekutunya bertanggung jawab atas semua kerusakan yang terjadi di negara-negara Sekutu. Pada tahun 1921 diputuskan bahwa Jerman berutang 269 miliar mark emas untuk dana perbaikan moneter dan material tersebut. 

Namun pada tahun 1922 Jerman mulai kesulitan membayar "cicilan"nya, menghentikan pengiriman batu bara dan kayu ke Prancis, sehingga mendorong Prancis untuk menduduki wilayah Ruhr milik Jerman. Peristiwa ini akan melemahkan Perjanjian Versailles dengan kedua belah pihak mengklaim bahwa mereka saling tidak menghargai satu sama lain.

Dilansir dari BBC, pemerintah Jerman pun mencetak semakin banyak uang untuk mencoba menutupi kemerosotan ekonomi dan membayar utang. Namun membanjirnya uang justru menyebabkan inflasi yang membutuhkan lebih banyak uang. Hai ini menyebabkan nilai uang anjlok dan menjadi tidak berharga lagi. 

Efeknya pada orang miskin dan kelas menengah sangat memprihatinkan. Pada tahun 1923 misalnya, sepotong roti dihargai sebesar 200 juta mark. Semua ini membuat orang Jerman pada umumnya merasa bahwa mereka sedang dianiaya, sengaja dibiarkan kelaparan dan dimiskinkan, karena sesuatu yang bukan kesalahan mereka. 

Satu hal yang ada di pikiran mereka saat itu adalah bahwa tentara Jerman tidak kalah dalam perang, tetapi para politisi, Bolshevik, sosialis dan Yahudi Weimar-lah yang telah menyerah kepada Sekutu.

Ketika Adolf Hitler menjadi Kanselir Jerman pada tahun 1933, ia mengeksploitasi semua isu ini. Partai Nazi pun menguasai Jerman lewat gelombang baru nasionalisme dan akan memulai Perang Dunia II tidak lama setelahnya.

7. Krisis di Kerajaan Inggris pasca Perang Dunia II (1945 - 1997)

Hancurkan Ekonomi, 7 Krisis Moneter Terparah dalam SejarahKrisis di Kerajaan Inggris pasca Perang Dunia II (workers.org.uk)

Setelah Perang Dunia II berakhir, sebagian besar Eropa berada di reruntuhan finansial dan literal. Melansir dari laman The Atlantic, pada saat itu biaya pemeliharaan tentara, angkatan laut, dan angkatan udara juga meninggalkan Inggris dalam bahaya ekonomi, ditambah dengan program "pinjaman" Lend-Lease dari Amerika yang memasok peralatan vital senilai US$10 miliar. 

Situasi keuangan yang mengerikan di Inggris mengakibatkan perubahan sosial-politik yang luas dan cepat di wilayah kerajaan mereka. Angkatan Laut Kerajaan adalah target pertama. Pada tahun 1960 saja, 1.100 dari 1.300 kapalnya dibongkar dan dijual, dan galangan kapal yang telah membangun dua pertiga dari kapal-kapal ini ditutup atau dibatasi dalam kapasitas.

Di luar Inggris, negara-negara koloninya menjadi beban bagi mereka dan dengan cepat dimerdekakan. Hampir tidak ada seorang pun di zaman modern yang akan mengatakan bahwa akhir dari kolonialisme adalah hal yang buruk, tetapi laju dekolonisasi yang cepat tanpa ancang-ancang juga akan membuat kondisi politik suatu negara menjadi tidak stabil. 

Negara-negara koloni Inggris pun "dilepaskan" ke dalam pemerintahannya masing-masing. Israel lahir dari tanah Palestina, sedangkan India dan Pakistan dipartisi dengan kekerasan sektarian yang akan memuncak selama Perang Dingin. Banyak koloni Afrika jatuh ke dalam perang etnis dan kediktatoran sadis di bawah orang-orang seperti Robert Mugabe dan Idi Amin.

Sementara di Timur Tengah, Irak dan Iran sama-sama menyaksikan raja-raja mereka yang didukung Inggris digulingkan oleh kediktatoran represif. Setidaknya, jika kalian dapat menyebutkan hal baik dari imperialisme, maka itu adalah warisan dari sistem parlementer yang demokratis.

Nah, itu tadi 7 krisis moneter terparah dalam sejarah. Tidak hanya Dunia Ketiga, ternyata negara-negara maju juga bisa mengalami krisis moneter. Bahkan dampak yang mereka terima lebih parah dari yang dialami oleh negara-negara berkembang.

Baca Juga: Layak Dikenang, 10 Keluarga Paling Berpengaruh dalam Sejarah Dunia

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya