Sering Dianggap Salah, 7 Miskonsepsi Sejarah Ini Sebenarnya Benar Lho

Benarkah Spartan membunuh bayinya yang cacat?

Manusia memang sangat menyukai kesalahpahaman, mengingat internet sendiri yang dipenuhi dengan artikel tentang berbagai miskonsepsi, terutama yang bersangkutan dengan sejarah atau konspirasi.

Terkadang, kita memiliki gagasan yang salah tentang sejarah, walau terkadang "kesalahpahaman sejarah" ini tidak dibuat-buat seperti yang kita pikirkan. Sering dianggap salah, berikut 7 miskonsepsi sejarah yang sebenarnya benar.

1. Nero bermain-main saat kota Roma sedang terbakar

Sering Dianggap Salah, 7 Miskonsepsi Sejarah Ini Sebenarnya Benar Lhoancient-origins.net

Jika kalian mencari di search engine tentang "miskonsepsi sejarah zaman Romawi Kuno," mungkin kalian akan menemukan beberapa artikel yang mengatakan kalau Nero tidak bermain biola saat kota Roma sedang terbakar. "Biola belum ditemukan," kata sebagian besar artikel ini. "Bagaimana mungkin Nero memainkan biola jika benda itu sendiri belum ada?"

Jika kalian menganggap argumen tersebut cukup kuat, mungkin kalian tidak mengerti apa itu bahasa kiasan. Jelas, Nero tidak benar-benar bermain biola, tetapi ia mungkin sedang "bermain-main" atau bersantai saat kota Roma sedang dibakar.

Beberapa sejarawan Romawi mungkin menceritakan kisah Kebakaran Besar Roma dengan cara yang berbeda, tetapi tidak satu pun dari mereka yang menggambarkan Nero sebagai pahlawan dalam peristiwa tersebut.

Misalnya saja Cassius Dio dan Suetonius, yang mengatakan kalau Nero adalah orang yang memulai kebakaran tersebut, dan tidak membantu orang-orang Roma yang berusaha untuk memadamkannya.

Dilansir dari laman History, hanya ada satu sejarawan yang menyebutkan kalau Nero ikut membantu warga Roma, yaitu Tacitus. Bahkan Tacitus sendiri mengatakan kalau ada banyak versi cerita yang berbeda, dan bahwa setiap versi memiliki "sponsor."

Kita memang tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan Nero ketika Roma terbakar. Namun kita semua tahu kalau semua orang membencinya karena kejadian tersebut, jadi kemungkinan besar dia memang tidak menanganinya dengan baik.

2. Kata-kata terakhir Julius Caesar adalah "kamu juga, Brutus?"

Sering Dianggap Salah, 7 Miskonsepsi Sejarah Ini Sebenarnya Benar Lhocommons.wikimedia.org

Seperti yang telah disebutkan oleh beberapa sejarawan, Julius Caesar tidak benar-benar berkata "Et tu, Brute?" ("kamu juga, Brutus?") ketika dibunuh. Ini tidak lebih dari kutipan buatan Shakespeare yang ditulis 1.600 tahun setelah kematian Caesar. Tentu saja, beberapa sumber juga telah membahas kesalahpahaman yang (tidak) mengejutkan ini.

Menurut sejarawan Romawi, Suetonius, kutipan sebenarnya adalah "Kai su, teknon?" yang berarti "kamu juga, Nak?". Lewat kata "anak," sebenarnya Caesar telah merujuk pada Brutus. Jadi jika diparafrasekan, pada dasarnya kata-kata terakhirnya adalah "kamu juga, Brutus?"

Seperti yang telah diketahui, tidak ada yang dapat memastikan kalau Caesar mengucapkan sesuatu ketika ditikam. Bahkan orang-orang yang menulisnya hanya mengambil kata-kata tersebut dari orang-orang yang melihatnya, dan tidak tahu pasti apakah itu benar atau salah.

Baca Juga: 8 Pelajaran Berharga yang Bisa Kita Petik dari Keruntuhan Romawi Kuno

3. Spartan membunuh bayi yang cacat

Sering Dianggap Salah, 7 Miskonsepsi Sejarah Ini Sebenarnya Benar Lhothoughtco.com

Penulis Yunani, Plutarch, memberi tahu kita kalau bayi Spartan akan dibawa kepada seorang tetua yang akan memutuskan apakah bayi itu akan hidup atau harus ditinggalkan di dalam lubang supaya mati.

Selama berabad-abad kita mempercayai fakta ini, tepatnya sampai sekelompok arkeolog memeriksa lubang itu dan tidak menemukan tulang belulang bayi yang mati di dalamnya. Kita bisa menganggap kalau Plutarch hanya mengada-ada dengan membuat sebuah propaganda agar orang-orang Sparta terlihat buruk.

Namun untuk satu hal, ia menulis tentang pembunuhan bayi oleh Spartan di bawah bagian yang disebut "Keuntungan Pendidikan dan Biaya Pernikahan Spartan." Nyatanya di waktu yang bersamaan, orang-orang Athena juga melakukan hal yang sama persis dengan yang dituduhkan kepada orang Sparta. 

Pada saat yang sama ketika Plutarch mengkritik Spartan karena membunuh bayi, dokter kelahiran Yunani, Soranus, menulis sebuah makalah berjudul "Bagaimana Mengenali Bayi Baru Lahir yang Layak Dibesarkan." Mengutip dari artikel di laman Nature.com, makalah ini sendiri menganjurkan orang tua untuk membiarkan bayi yang tidak diinginkan untuk mati.

Satu hal yang pasti, Plutarch tidak punya alasan untuk mengarang cerita itu, dan jika Spartan memang benar-benar melakukan infanticide, hal yang sama juga dilakukan oleh peradaban lainnya di masa tersebut.

4. Pocahontas (mungkin) telah menyelamatkan John Smith

Sering Dianggap Salah, 7 Miskonsepsi Sejarah Ini Sebenarnya Benar Lhothoughtco.com

Menurut beberapa teori, kisah Pocahontas yang mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk menyelamatkan John Smith mungkin telah dibuat-buat. John Smith, kata teori itu, mengarang cerita untuk "menyisipkan" dirinya pada ketenaran Pocahontas. Profesor J.A. Leo Lemay melihat teori ini secara rinci dan menunjukkan beberapa keganjilan di dalamnya.

Untuk satu hal, John Smith — yang telah mendirikan koloni Inggris pertama di Amerika Utara — tidak terlalu "memaksakan" diri untuk mendapatkan tempat di buku-buku sejarah, karena dia sendiri sudah cukup terhubung dengan Pocahontas. Juga, tidak ada alasan untuk mempercayai teori yang menyebutkan kalau John Smith adalah pembohong.

Seperti yang dilansir dari laman Clemson.edu, tidak ada yang membantah kisah tersebut, tepatnya sampai 250 tahun setelah dia menceritakannya. Oleh karena itu, hampir tidak ada perselisihan tentang hal-hal lain yang ditulis oleh John Smith.

Jadi, entah John Smith secara spontan berbohong tentang seorang gadis Powhatan yang menyelamatkan hidupnya karena suatu alasan tertentu, atau perisitiwa itu memang benar-benar nyata adanya.

5. Firaun selalu dimakamkan bersama para pelayannya

Sering Dianggap Salah, 7 Miskonsepsi Sejarah Ini Sebenarnya Benar Lhothesun.co.uk

Menurut beberapa artikel yang membahas miskonsepsi sejarah, para firaun tidak benar-benar dimakamkan dengan pelayan mereka. Mereka tidak membunuh para pelayannya untuk dibawa ke dunia setelah kematian. Firaun pun meninggal sendirian.

Argumen ini akan menjadi penemuan yang benar-benar mengejutkan dan akan mengubah cara kita melihat sejarah Mesir Kuno, kecuali ada bukti yang dapat memastikan kalau para firaun turut membawa para pelayan mereka ke alam baka.

Nyatanya, para arkeolog telah menemukan tulang belulang 33 orang yang terkubur bersama Firaun Hor-Aha. Dilansir dari laman ancientegyptonline.co.uk, beberapa dari mereka adalah anak-anak, dan mereka tidak mati secara alami — tampaknya dicekik sampai mati. Pengganti Hor-Aha, Djer, bahkan membawa 300 orang untuk dimakamkan bersamanya.

Beberapa artikel juga membuktikan kalau dinasti pertama firaun sudah melakukan ritual ini — dan tentu saja, itu semua benar.

6. Buku "Il principe" karya Niccolò Machiavelli bukanlah sebuah satir

Sering Dianggap Salah, 7 Miskonsepsi Sejarah Ini Sebenarnya Benar Lhonationalinterest.org

Selama bertahun-tahun, "Il principe" (Sang Pangeran) — tulisan Machiavelli — telah membuat banyak orang marah. Menurut mereka, bagaimana bisa ada seseorang yang mendukung cara-cara kejam untuk menjalankan suatu bangsa. Pertanyaan seperti ini terus bermunculan sampai Jean-Jacques Rousseau menemukan jawabannya.

Jadi, bagaimana kalau Machiavelli hanya bersikap sarkastik? Uniknya, beberapa orang mengklaim Sang Pangeran itu adalah sebuah lelucon (entah di mana bagian lucunya). Machiavelli, menurut argumen itu, mendukung berbagai gagasan dan cara untuk menjalankan sebuah republik.

Menurut mereka, jika Machiavelli memberikan saran yang berbeda untuk situasi yang berbeda, maka sudah jelas kalau dia sedang bercanda ketika menulis itu semua. Jika mereka benar, argumen ini akan membuat Sang Pangeran menjadi sebuah karya satire yang sangat unik. 

Untuk satu hal, buku ini akan menjadi karya satire pertama dalam sejarah, dan jelas akan menjadi buku pertama yang menghabiskan 200 tahun publikasi sebelum ada yang tahu kalau itu hanyalah sebuah lelucon.

Banyak artikel yang memakai teori ini sebagai fakta, walau teori ini sendiri masih kontroversial. Machiavelli sendiri menjelaskan secara eksplisit di kalimat pertama Sang Pangeran kalau republik seharusnya dikuasai dengan cara yang berbeda. Setelah kalian membacanya, kalian pun akan bertanya-tanya, "di mana letak lucunya?"

7. Suku Aztec tidak menjadi kanibal karena kekurangan protein

Sering Dianggap Salah, 7 Miskonsepsi Sejarah Ini Sebenarnya Benar Lhoarcgis.com

Untuk waktu yang lama, ada sebuah argumen yang memelintir fakta tentang pengorbanan suku Aztec dan kebiasaan kanibalismenya, yang diungkapkan oleh Michael Harner. Menurutnya, suku Aztec menjadi kanibal kereka mereka kekurangan protein, dan hanya melakukan kanibalisme agar dapat bertahan hidup.

Tentu saja argumen tersebut benar-benar mengubah cara pandang kita saat melihat suku Aztec, walau itu semua adalah fakta yang salah. Dilansir dari laman anthropology.msu.edu, nyatanya suku Aztec memiliki beragam makanan yang tersedia, dan mereka sama sekali tidak menderita kekurangan protein pada saat itu.

Teori Harner pun hancur (walau sebenarnya sudah tidak masuk akal sejak awal). Suku Aztec biasa melakukan kanibalisme di masa panen ketika terdapat banyak makanan. Plus, biasanya hanya orang-orang "elit" yang boleh memakan daging manusia.

Memang terasa menyenangkan untuk membuat teori kanibalsime Aztec tampak sedikit lebih masuk akal, walau nyatanya mereka benar-benar dan hanya melakukan ritual pengorbanan tersebut untuk dewa jahat mereka.

Nah, itu tadi 7 miskonsepsi sejarah yang sering dianggap salah walau sebenarnya benar. Jadi, bagaimana menurut kalian? Masih menganggap kalau semua argumen di atas adalah fakta yang salah?

Baca Juga: Mengenal Sejarah Perayaan Tahun Baru Sejak Zaman Kekaisaran Romawi

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya