Menginspirasi, 7 Pemenang Nobel Ini Ternyata Pernah Putus Sekolah Lho

Kebanyakan dari mereka adalah penulis

Jika ada satu hadiah yang dapat diterima oleh seseorang dan bisa menjadi pencapaian yang paling dihormati dalam hidup mereka, maka itu adalah Nobel. Ketika berbicara tentang para pemenang Nobel, kita juga sering memikirkan orang yang paling terhormat di bidangnya masing-masing.

Dalam arti lain, para pemenang Nobel haruslah individu yang memiliki pendidikan tinggi. Namun, beberapa penerima hadiah ini justru tidak pernah mengenyam pendidikan sampai ke tingkat tertinggi, bahkan putus sekolah sedari dini.

Menginspirasi, berikut 7 pemenang Nobel yang pernah putus sekolah.

1. Joseph Brodsky

Menginspirasi, 7 Pemenang Nobel Ini Ternyata Pernah Putus Sekolah Lhovk.com

Terlahir dengan nama Iosif Aleksandrovich Brodskiy, Joseph Brodsky lahir pada 24 Mei 1940 di kota Leningrad (sekarang Saint Petersburg). Lahir di tengah-tengah Perang Dunia II membuat masa kecil Brodsky penuh akan bahaya. Untungnya, ia dapat lolos dari Pengepungan Leningrad yang saat itu dilakukan oleh tentara Nazi.

Namun pada usia 15 tahun Brodsky harus putus sekolah dan mengambil berbagai pekerjaan sambilan. Selama masa inilah dia mulai belajar bahasa Polandia dan Inggris, lalu mulai menulis puisi.

Dilansir dari laman Poets.org, Brosky juga pernah menghabiskan waktu untuk belajar di bawah penyair Rusia, Anna Akhmatova, sebelum diasingkan dari Uni Soviet pada tahun 1972. Brodsky kemudian pindah ke Amerika Serikat, tempat ia menulis sembilan volume puisinya.

Setelahnya, ia menjadi profesor di Universitas Columbia serta Mount Holyoke. Pada tahun 1987, ia menerima Nobel dalam bidang sastra. Dia kemudian ikut mendirikan Proyek Puisi & Literasi Amerika bersama Andrew Carroll. Pada 28 Januari 1996, Brodsky mengalami serangan jantung dan meninggal dunia di usia 55 tahun.

2. Arthur Henderson

Menginspirasi, 7 Pemenang Nobel Ini Ternyata Pernah Putus Sekolah Lhoindependent.co.uk

Arthur Henderson lahir pada 13 September 1863 di Glasgow, Skotlandia. Ketika ayahnya meninggal, keluarganya jatuh miskin sehingga membuatnya putus sekolah. Setelah ibunya menikah lagi, Henderson baru bisa bersekolah lagi selama tiga tahun sebelum akhirnya putus sekolah sekali lagi.

Setelah putus sekolah, dia sering mengumpulkan pengetahuan dari pengecoran tempatnya bekerja serta dari surat kabar harian. Pada usia 18 tahun, Henderson bergabung dengan Asosiasi Pekerja Ironfounding dan terpilih sebagai sekretaris cabang Newcastle dalam waktu singkat. Karier politiknya di Inggris pun mulai melejit pada tahun 1892.

Mengutip dari laman Nobel Prize, Henderson mendirikan Partai Buruh pada tahun 1906 dan menjadi sekretarisnya selama 23 tahun. Ia menjadi sekretaris asing untuk organisasi itu pada tahun 1929 dan akhirnya memenangkan Nobel Perdamaian pada tahun 1934.

Baca Juga: 5 Fakta dan Sejarah tentang Penghargaan Nobel yang Harus Kamu Ketahui

3. George Bernard Shaw

Menginspirasi, 7 Pemenang Nobel Ini Ternyata Pernah Putus Sekolah Lhonybooks.com

George Bernard Shaw lahir pada 26 Juli 1856 di kota Dublin. Sedari kecil ia menerima pendidikan dini dari pamannya yang religius sebelum pergi ke berbagai sekolah lokal. Namun karena tidak suka pelatihan terorganisir, Shaw meninggalkan sekolah dan mulai bekerja pada usia 15 tahun.

Pada tahun 1876, ia pindah ke London dan mengejar karier di bidang penulisan. Selama satu dekade, ia berjuang untuk menjual salah satu karyanya sambil harus menghidupi ibu dan saudara perempuannya. Melansir dari laman The Famous People, Shaw kemudian menjadi tertarik pada sosialisme dan bergabung dengan Masyarakat Fabian.

Karya awalnya berfokus pada masalah sosial dan mendapatkan popularitas karena bantuan Masyarakat Fabian. Shaw akhirnya dianugerahi Nobel dalam bidang sastra pada tahun 1925. Tiga belas tahun kemudian, ia menerima Academy Award untuk kategori Skenario Adaptasi Terbaik lewat film yang mengadaptasi bukunya, Pygmalion.

4. Jose Saramago

Menginspirasi, 7 Pemenang Nobel Ini Ternyata Pernah Putus Sekolah Lhoidcommunism.com

Jose Saramago lahir pada tahun 1922 di sebuah kota kecil di Portugal. Terlepas dari keunggulan akademisnya, Saramago harus putus sekolah karena alasan keuangan. Dia pun mulai bekerja sebagai penerjemah dan jurnalis untuk Diario de Noticias.

Ia pertama kali mendapat pujian sastra di usia pertengahan lima puluhan dengan penerbitan novelnya, Baltasar dan Blimunda. Dilansir dari Gradesaver.com, pada tahun tahun 1969 Saramago bergabung dengan Partai Komunis dan secara terbuka mengakui kalau dirinya adalah seorang ateis.

Saramago tidak pernah percaya pada kata benda yang tepat, jadi karyanya menonjol dan memiliki ciri khas tersendiri karena sebagian besar karakternya tidak memiliki nama. Ia dianugerahi Penghargaan Nobel untuk Sastra pada tahun 1988.

5. Albert Camus

Menginspirasi, 7 Pemenang Nobel Ini Ternyata Pernah Putus Sekolah Lhonewyorker.com

Albert Camus lahir pada 7 November 1913 di Aljazair. Kurang dari setahun setelah kelahirannya, ayah Camus terbunuh dalam Perang Dunia I. Keluarganya pun pindah untuk tinggal bersama nenek dari pihak ibu dan pamannya yang lumpuh di sebuah apartemen dua kamar.

Saat remaja, dia memenangkan beasiswa ke sekolah menengah yang bergengsi tetapi harus putus sekolah karena mengidap TBC. Namun setelahnya, dia dapat masuk ke dalam Universitas Aljir untuk belajar filsafat. Ia pun menjadi jurnalis di Prancis dan mendapatkan reputasi sebagai tokoh sastra terkemuka. 

Seperti yang telah diketahui, karya-karya Camus mencerminkan kematian dari manusia yang rapuh serta keindahan alam yang abadi. Dilansir dari Britannica, Camus menerima Penghargaan Nobel untuk bidang sastra pada usia 44 tahun di 1957. Sayangnya, dia meninggal dalam kecelakaan mobil kurang dari tiga tahun kemudian.

6. William Faulkner

Menginspirasi, 7 Pemenang Nobel Ini Ternyata Pernah Putus Sekolah Lhowsimag.com

William Faulkner lahir pada 25 September 1897 di Mississippi, Amerika Serikat. Sejak kecil ia mendapatkan pola asuh dari "Orang Selatan" sejati, di mana orang tuanya berasal dari keluarga kelas menengah. Walau pintar, Faulkner sering ogah-ogahan saat belajar di sekolah.

Faulkner pun putus sekolah karena tidak pernah naik kelas. Setelah putus sekolah, ia mengabdikan dirinya untuk membaca dan belajar di bawah naungan temannya.

Pada tahun 1918, Faulkner bergabung dengan militer Inggris tetapi kembali ke kampung halamannya beberapa bulan kemudian. Dia pun mendaftar di beberapa program universitas sambil menerbitkan puisi di buletin kampus. Dia kemudian menerbitkan banyak novel dan mengabdikan dirinya untuk menulis.

Faulkner adalah salah satu penulis terhebat di abad ke-20. Karyanya mengeksplorasi isu-isu rasisme yang dianggap keras oleh beberapa kritikus. Dilansir dari laman Nobel Prize, ia dianugerahi Penghargaan Nobel untuk Sastra pada tahun 1949.

7. Albert Einstein

Menginspirasi, 7 Pemenang Nobel Ini Ternyata Pernah Putus Sekolah Lhoamnh.org

Albert Einstein lahir pada tanggal 14 Maret 1879 di Jerman. Dia adalah seorang siswa biasa tetapi menunjukkan minat besar dalam bidang sains dan matematika. Ketika berusia 15 tahun, Einstein memutuskan untuk berhenti sekolah.

Untuk menebus "waktu belajarnya" yang hilang, ia sering menghadiri sekolah umum di Swiss untuk mendapatkan "A-level" sebelum pergi belajar di Zurich. Setelah pindah ke Bern, Einstein mendapat pekerjaan di sebuah Kantor Paten sambil mengerjakan fisika teoretis di waktu luangnya. 

Seiring berjalannya waktu, Einstein menerbitkan banyak makalah ilmiah penting, termasuk beberapa makalah tentang teori relativitas khusus dan teori relativitas umum. Karena pretasinya, dia pun dianugerahi Penghargaan Nobel Fisika pada tahun 1921.

Saat Perang Dunia II berkecamuk, Einstein pindah ke Amerika Serikat karena menghadapi masalah politik di Jerman Nazi. Dia menghabiskan tahun-tahun terakhirnya sebagai penyendiri di kota Princeton dan meninggal pada tahun 1955.

Nah, itu tadi 7 pemenang Nobel yang pernah putus sekolah. Ternyata, putus sekolah tidak menghalangi mereka untuk tetap berkarya. Maka dari itu, jangan jadikan sekolah sebagai tempat belajar saja, tetapi jadikan sekolah sebagai tempat untuk berproses dan mencari pengalaman baru.

Baca Juga: Bikin Kagum, 5 Tokoh Ini Berhasil Meraih Nobel di Usia Muda

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya