Melenceng dari Kaidah Ilmiah, Ini 6 Pseudosaintis dan Teori Anehnya 

Dari Orgone sampai Teori Es Kosmik  

Sepanjang sejarah, ada banyak sekali penjelasan tentang fenomena alam yang sudah terbukti secara ilmiah. Namun dalam beberapa dekade terakhir, banyak teori baru yang justru melenceng dari metode saintifik. Para ilmuwan yang menciptakannya disebut sebagai pseudosaintis dan teorinya sendiri disebut sebagai pseudosains.

Beberapa dari teori tersebut memang terdengar tidak masuk akal, tetapi tidak sedikit juga yang berhasil menarik perhatian publik dan tokoh-tokoh penting (Teori Ancient Aliens, misalnya). Berikut 6 pseudosaintis terkenal dan teori anehnya.

1. Wilhelm Reich (Orgone)

Melenceng dari Kaidah Ilmiah, Ini 6 Pseudosaintis dan Teori Anehnya itotd.com

Lahir pada tahun 1897, Wilhelm Reich adalah seorang psikiater yang terpikat pada karya-karya Sigmund Freud. Dia sempat bekerja dengan Freud dan kemudian memulai praktiknya sendiri pada tahun 1922. Pada tahun 1940, dia pindah ke Amerika Serikat dan mengembangkan teorinya sendiri.

Menurut Reich, ia telah membuktikan keberadaan senyawa yang ia gambarkan sebagai bentuk energi dalam tubuh. Menurutnya, secara ilmiah, energi ini adalah manifestasi fisik dari libido yang menumpuk di dalam tubuh dan dapat dikeluarkan melalui orgasme. Dia pun menyebut energi ini "orgone."

Orgone sendiri terkait erat dengan seksualitas, karena Reich — yang mengikuti Freud — melihat seksualitas sebagai energi utama kehidupan. Setelahnya, Reich dan para muridnya melakukan sejumlah besar penelitian dan eksperimen pada sifat-sifat orgone. 

Namun pada masa Perang Dunia II, Reich dan murid-muridnya dipandang sebagai pengikut "sekte seks dan anarki," sebagian besar karena orgone dikaitkan dengan judul bukunya yang berjudul The Function of the Orgasm yang dianggap berhaluan kiri (komunis).

Sampai hari ini, masih ada organisasi (seperti American College of Orgonomy) yang secara resmi mempelajari teori Reich dan menawarkan Terapi Orgone sebagai pilihan untuk mengobati beberapa gangguan mental seperti stres pasca-trauma, skizofrenia, anoreksia, dan gangguan obsesif-kompulsif.

2. Frédéric Petit (Bulan kedua)

Melenceng dari Kaidah Ilmiah, Ini 6 Pseudosaintis dan Teori Anehnya busy.org

Menurut astronom Frédéric Petit, Bumi memiliki bulan kedua. Bekerja pada tahun 1846 dari sebuah observatorium di Toulouse, Prancis, Petit mengklaim kalau kehadiran bulan kedua akan menjelaskan semua penyimpangan astronomi yang telah diamati oleh astronom lainnya. 

Sebagaimana dilansir dari artikel The Earth's Second Moon, 1846-present, Petit mengklaim kalau bulan kedua ini hanya memiliki waktu orbit selama 2 jam, 44 menit, dan 59 detik. Pada titik terjauhnya dari Bumi, bulan kedua ini akan berjarak sekitar 3.570 kilometer jauhnya.

Pada awalnya, tidak ada yang menganggap teori ini serius, tetapi Petit terus merilis temuan barunya selama 15 tahun setelah penemuan awalnya. Teori Petit mungkin benar-benar tidak diperhatikan oleh komunitas ilmiah, sampai teori ini diadaptasi oleh penulis Jules Verne dalam karyanya, From the Earth to the Moon.

Referensinya mungkin singkat, tetapi Verne sempat berkomentar tentang bulan kedua ini dan menyebut Petit sebagai orang yang menemukannya. Alih-alih memudar layaknya teori pseudosains lainnya, para astronom amatir justru mulai mencari bukti-bukti bulan kedua di langit, yang menyebabkan banyak penemuan lain tentang benda-benda langit di orbit Bumi. 

Baca Juga: 5 Alasan Logis yang Membuat Pseudosains Gugur dengan Sendirinya

3. Ignatz Von Peczely (Iridologi) 

Melenceng dari Kaidah Ilmiah, Ini 6 Pseudosaintis dan Teori Anehnya telegraph.co.uk

Sudah lama diketahui kalau mata dianggap sebagai jendela jiwa manusia. Selama berabad-abad, para ahli medis telah mempelajari mata pasien untuk menilai kesehatan mereka. Sementara mata dapat mencerminkan kesehatan kita, dokter asal Hungaria, Ignatz von Peczely, membawa ide ini ke tingkat yang lebih jauh.

Pada saat kelulusannya pada tahun 1867, von Peczely telah mempelajari berbagai mata pasien yang tak terhitung jumlahnya. Sejak saat itu, ia pun membuat bagan tentang bagian iris yang terkait dengan bagian tubuh lainnya. Menurut von Peczely, setiap penyakit dan kelainan dalam tubuh dapat didiagnosis dengan mencari perubahan di dalam warna iris. 

Teori ini disebut iridologi, yang merujuk pada kata augendiagnostik ("diagnosis mata"). Sampai saat ini, masih banyak orang yang memakai teori ini untuk mendeteksi penyakit dan cacat genetik melalui mata, walau komunitas ilmiah hanya menganggap iridologi sebagai sebuah pengobatan alternatif dan pseudosains belaka.

4. Robert Whiteside (Personologi) 

Melenceng dari Kaidah Ilmiah, Ini 6 Pseudosaintis dan Teori Anehnya thesmokinggun.com

Menurut sebuah buku yang ditulis oleh pendiri International Center for Personology, personologi pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an oleh seorang hakim asal Los Angeles, Edward Vincent Jones. Setelah melihat terdakwa demi terdakwa, Jones pun mulai mengkorelasikan penampilan wajah mereka di pengadilan dengan kejahatan yang telah mereka lakukan.

Setelah Jones meletakkan dasar untuk pseudosains ini, penelitian lebih lanjut dilakukan oleh editor surat kabar bernama Robert Whiteside. Menurut temuan Whiteside, wajah seseorang bisa menjadi indikator yang jelas tentang kepribadian mereka. Lebih lanjut, ia menganggap kalau keduanya terhubung karena sama-sama ditentukan secara genetis.

Seperti tercatat di dalam buku Skeptic's Dictionary, salah satu teori awal kriminologi mengusulkan bahwa kecenderungan seseorang terhadap gaya hidup kriminal terpampang cukup jelas lewat bentuk fisiknya. Singkatnya, personologi mirip dengan teori tersebut. 

Sampai hari ini, masih ada lembaga yang mengajarkan bagaimana cara membaca struktur wajah dan tubuh, lalu mengklaim bahwa hal itu dapat meningkatkan keterampilan layanan kepada pelanggan, hubungan interpersonal, dan keterampilan mengajar.

5. Hanns Hörbiger (Teori Es Kosmik) 

Melenceng dari Kaidah Ilmiah, Ini 6 Pseudosaintis dan Teori Anehnya geschichtewiki.wien.gv.at

Pada tahun 1920-an, Hanns Hörbiger membuat sebuah teori yang mengguncang komunitas ilmiah. Popularitasnya melonjak tajam karena teori ini cukup mudah dimengerti oleh orang awam. Menurut Horbiger, semua hal yang ada di alam semesta ini terbuat dari es. Hörbiger kemudian menggembar-gemborkan teorinya sebagai teori yang revolusioner.

Penjelasannya untuk teorinya juga cukup ambisius. Pada tahun 1894, dikatakan kalau Hörbiger mendapatkan sebuah penglihatan, di mana ia diberi tahu kalau es adalah dasar dari segalanya. Ia pun membangun teorinya yang disebut Welteislehre (Cosmic Ice Theory) berdasarkan "intuisi kreatif" dan "eksperimen buatan". 

Daripada mulai menyebarkannya lewat komunitas ilmiah, Hörbiger memperkenalkan teori-teorinya kepada publik terlebih dahulu, berharap agar khalayak umum dapat memengaruhi komunitas ilmiah untuk mendukung teori ini. Anehnya, trik ini hampir berhasil.

Melansir dari artikel Cosmic Ice Theory—Science, Fiction and the Public, 1894–1945, teorinya langsung "panas" dan menjadi sumber untuk penulisan novel, buku, dan program radio. Bahkan, teori ini sempat diadopsi oleh Partai Nasional-Sosialis Jerman (Nazi). 

Pada masa Perang Dunia II, Heinrich Himmler melakukan penelitian lapangan untuk membenarkan teori Hörbiger, meskipun sebagian besar ilmuwan Jerman menyangkal teori itu. Setelah perang berakhir, dukungan Himmler terhadap proyek ini berhenti, sehingga teori Hörbiger hanya dianggap sebagai sebuah pseudosains dan bahan propaganda belaka.

6. Albert Abrams (Radionik) 

Melenceng dari Kaidah Ilmiah, Ini 6 Pseudosaintis dan Teori Anehnya time.com

Pada awal 1900-an, seorang dokter bernama Albert Abrams mengklaim telah menemukan rahasia untuk mendiagnosis dan menyembuhkan hampir semua penyakit pada tubuh manusia. Dia mengklaim kalau jawabannya ada pada getaran yang datang dari setiap sel. 

Getaran-getaran ini, yang ia sebut Reaksi Listrik Abrams, dapat dibaca dengan memeriksa sesuatu yang berhubungan dengan pasien dan kemudian disesuaikan melalui penggunaan salah satu dari sekian banyak perangkatnya.

Praktik itu disebut radionik (radionics) dan mereka yang mempraktikkannya menyatakan kalau mereka dapat mendiagnosis pasien dengan melihat sampel tubuh — darah, air liur, potongan kuku — atau bahkan dengan memeriksa efeknya pada tubuh pasien. 

Karena metodenya yang tidak jelas, banyak yang menyebut praktik ini sebagai sebuah penipuan. Tidak lama setelahnya, Scientific American, bersama dengan Food and Drug Administration (FDA), langsung menyelidiki dugaan ini dan menganggap teori ini sebagai pseudosains belaka.

Hebatnya, meski sudah dianggap sebagai pseudosains, masih ada organisasi yang mempraktikkan radionik, yang mereka gambarkan sebagai sebuah ilmu intuitif yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit atau gangguan dengan bidang energi seseorang.

Nah, itu tadi 6 pseudosaintis terkenal dan teori anehnya. Sebuah teori ilmiah memang harus dapat dibuktikan dengan metode saintifik yang dapat terus diuji dengan waktu. Jika tidak, maka teori tersebut hanya akan berakhir sebagai teori pinggiran seperti pseudosains, yang kebenarannya dapat kita pertanyakan.

Baca Juga: Selain Teori Darwin, Inilah 11 Teori Evolusi Manusia di Masa Depan

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya