7 Fakta Sejarah tentang Aborsi dan Kontrasepsi yang Harus Kamu Ketahui

Tidak selalu untuk mengendalikan populasi

Kemanusiaan telah memperdebatkan nilai dan moralitas kehidupan manusia selama berabad-abad. Sebuah argumen kontroversial, baik untuk melakukan maupun menentang aborsi, adalah salah satu sub bagian yang menarik dari perdebatan itu.

Aborsi dan kontrasepsi adalah subjek yang rumit, mengingat kalau praktik ini lebih dari pilihan moralitas. Pengetahuan tentang sejarah aborsi di bawah ini mungkin akan menjelaskan perkembangan medis, moral, dan hukum umat manusia dan banyak kebudayaannya.

Mari kita simak ketujuh fakta sejarah tentang aborsi dan kontrasepsi di bawah ini.

1. The Ordeal of Bitter Water

7 Fakta Sejarah tentang Aborsi dan Kontrasepsi yang Harus Kamu Ketahuicatawiki.com

The Ordeal of Bitter Water atau siksaan untuk meminum air "pahit" adalah ritual yang lekat dengan praktik aborsi. Praktik ini hanya dibahas secara rinci dalam ayat 5: 11-31 dari Kitab Bilangan, buku keempat dalam Alkitab Ibrani.

Ayat ini membahas kasus di mana seorang wanita yang dituduh berzina oleh suaminya, yang karena kurangnya bukti, akan ditangani oleh seorang pendeta ketimbang pengadilan. Pada saat itu, para pendeta yang memiliki pengetahuan dan otoritas untuk mengelola "obat" akan membuat sebuah ramuan khusus untuk wanita tersebut.

Pendeta itu akan menyiapkan air "suci" untuk wanita yang dituduh berselingkuh, di mana mereka akan mencampur debu dari lantai ke dalam air itu untuk menambah tingkat "kesucian"-nya. Jelas sekali kalau air ini sangat berbahaya bagi wanita yang akan meminumnya.

Satu-satunya peran wanita di dalam ritual itu hanyalah menyetujui prosedur dan sumpah kejujuran, lalu meminum ramuan yang diberikan. Dia tidak memiliki hak untuk menolak atau mengadili suaminya karena kejahatan yang sama. Aktivitas dan persetujuan seksual wanita tersebut didikte semata-mata oleh pria yang "memilikinya," baik ayah atau suaminya.

Praktik ini ditunjukkan untuk memberikan kutukan pada wanita yang dimaksud, dan akan menyebabkan keguguran jika wanita tersebut benar-benar mengandung seorang anak dari laki-laki lain. Bahkan ada spekulasi kalau sterilisasi permanen adalah tujuan sebenarnya dari praktik ini.

Seperti yang dilansir buku Interpretation: A Bible Commentary for Teaching and Preaching, jika bersalah wanita itu akan mengalami rasa sakit yang sangat amat "pahit," rahimnya akan turun, dan janinnya akan keluar. Jika tidak bersalah, wanita itu akan kebal dari rasa sakit dan dapat mengandung anak.

Dalam konteks ini, Alkitab tidak menyebutkan jenis herbal yang dikenal sebagai abortifacient pada saat itu. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa hasilnya adalah kematian terlepas dari kesalahan yang ia lakukan, entah akibat keracunan atau mati rasa.

2. Penggunaan Silphium pada masa Yunani-Romawi Kuno

7 Fakta Sejarah tentang Aborsi dan Kontrasepsi yang Harus Kamu Ketahuiallthatsinteresting.com

Silphium adalah tanaman yang digunakan pada masa peradaban Romawi, Yunani, dan Mesir Kuno. Dikarenakan penggunaannya yang berlebihan, diperkirakan kalau tanaman ini sudah punah sebelum Abad Pertengahan.

Mereka memasak tangkainya untuk dijadikan makanan, bunganya untuk dijadikan parfum, dan akar serta getahnya untuk obat. Mereka juga memakai getah silphium sebagai alat kontrasepsi.

Pliny the Elder, seorang cendekiawan Romawi, menulis tentang bagaimana silphium dimasukkan ke dalam vagina dengan wol lembut sebagai alat pencegah kehamilan.

Namun seorang dokter di abad ke-2 M, Soranus, menyatakan kalau silphium dapat menggugurkan kandungan. Walaupun demikian, bukan berarti kalau tanaman ini efektif untuk menggugurkan kandungan.

Dikutip dari laman Straightdope.com, dulu orang Yunani menggunakan biji delima sebagai obat kontrasepsi. Sedangkan wortel liar masih digunakan sampai hari ini sebagai alat kontrasepsi, karena dapat melemahkan lapisan rahim dengan menghambat produksi progesteron.

Baca Juga: 5 Fakta dalam Sejarah Tenggelamnya Kapal Titanic, Gak Terduga Lho!

3. Perburuan bidan dan praktik sihir di Abad Pertengahan

7 Fakta Sejarah tentang Aborsi dan Kontrasepsi yang Harus Kamu Ketahuipinterest.com

Di masa lampau, kebanyakan abortifasien diklasifikasikan sebagai emmenagogues, sebuah ramuan yang dikonsumsi untuk menginduksi menstruasi. Diketahui kalau tumbuhan tersebut cenderung memiliki konsentrasi minyak atsiri yang tinggi.

Meskipun demikian, tidak semua emmenagog bisa disebut abortifasien, terutama jika ramuan herbal tersebut tidak cukup kuat untuk memicu aborsi.

Selama empat ratus tahun penindasan mereka, banyak bidan di peradaban Barat menggunakan istilah "emmenagogues" sebagai pengganti aborsi. Mereka melakukan ini untuk menyembunyikan status mereka sebagai bidan agar tidak dipenjara, atau lebih buruknya dituduh sebagai penyihir.

Tumbuhan herbal yang biasa digunakan oleh bidan adalah barrenwort atau epimedium, iris foetidissima, sansevieria trifasciata, trillium merah dan banyak lagi. Laman Marxists.org menulis, pada masa itu para keluarga atau penduduk suatu desa biasa memperoleh saran medis dari bidan yang biasanya tidak memiliki gelar akademis.

Ramuan yang mereka buat tidaklah sempurna. Mereka juga sering kali menggunakan "sihir prediksi" untuk memutuskan kapan harus memberikan herbal kepada seorang wanita, sehingga keracunan karena pada saat itu sangat mungkin terjadi.

4. Seks positif dalam peradaban awal Islam

7 Fakta Sejarah tentang Aborsi dan Kontrasepsi yang Harus Kamu Ketahuiwikipedia.org

Mengingat fakta bahwa Islam adalah agama yang sangat pro-keluarga, percaya kalau anak adalah hadiah dari Allah sendiri, tidak mengherankan jika banyak penulis Islam yang sering membahas tentang seks positif dalam tulisan-tulisan mereka.

Namun yang mengejutkan adalah prevalensi informasi tentang kontrasepsi dalam teks-teks Islam di dataran Arab. Pada saat itu, penulis Muslim dan non-Muslim di sana sama-sama menulis metode kontrasepsi yang jumlahnya lebih banyak dari orang Kristen di dataran Eropa. Metode yang mereka tulis antara lain adalah coitus interruptus dan coitus reservatus.

Pada masa ini, seks benar-benar dilihat sebagai tindakan antara pria dan istri, sehingga semua metode yang dilakukan hanya dianggap sebagai bagian lain dalam konteks ini.

Bahkan dokter di peradaban awal Islam menyebutkan beberapa metode dan bahan untuk menyumbat semen agar tidak memasuki uterus. Berdasarkan dokumen dari arsip Humboldt-Universität zu Berlin, bahan-bahan yang digunakan untuk proses ini adalah kotoran gajah, empedu sapi, kulit delima, dan getah tamarack.

Oleh sebab itu, tulisan-tulisan tentang seks positif ini banyak diterjemahkan dan diekspor ke peradaban Barat. Meskipun metode "magis" seperti jimat dan mantra sihir juga turut disertakan, teks-teks ini masih menjadi tulisan yang paling berpengaruh dan informatif pada masanya, terutama tentang alat kontrasepsi di zaman itu.

5. Praktik aborsi pada masa Kekaisaran Cina

7 Fakta Sejarah tentang Aborsi dan Kontrasepsi yang Harus Kamu Ketahuigbtimes.com

Tiongkok sangat dikenal dengan istilah "keluarga berencana yang rasional", sebuah sistem pengendalian kelahiran yang telah dipraktikkan oleh mereka selama beberapa zaman yang berbeda. Pada masa Kekaisaran Tiongkok, sistem "keluarga berencana" ini termasuk pengadaan alat kontrasepsi, praktik aborsi, dan bahkan sterilisasi. 

Beberapa sejarawan berpendapat kalau saat itu praktik aborsi hanya dilakukan oleh perempuan "elit" untuk memblokir menstruasi. Proses ini akan memberikan seorang perempuan lebih banyak kontrol atas tubuhnya sendiri daripada perempuan lain dari status sosial yang lebih rendah. Pada saat itu, tugas persalinan juga dibebankan ke pembantu dan selir mereka.

Sejarawan mengklaim kalau aborsi yang digunakan pada saat itu sudah mudah diakses dan cukup aman. Mereka juga menyebutkan kalau tidak semua perempuan harus menjadi "korban" dari rahim mereka sendiri dan bisa mengendalikan tingkat kesuburan mereka sendiri.

Dikutip dari jurnal Abortion in Late Imperial China: Routine Birth Control or Crisis
Intervention?, aborsi juga hanya digunakan dalam keadaan darurat, terutama jika kehamilan itu mengancam kesehatan atau status sosial perempuan tersebut. Secara khusus, aborsi adalah cara untuk menyembunyikan perselingkuhan yang dilakukan oleh seorang perempuan. 

Ada juga bukti yang mengatakan kalau beberapa perempuan pada masa Kekaisaran Tiongkok terlalu malu untuk mengunjungi dokter, sehingga memaksakan untuk melakukan aborsi sendiri. Hal ini sering mengakibatkan aborsi parsial dan pendarahan parah karena toksisitas obat yang mereka minum.

6. Kontrasepsi dengan akar kapas ala budak Amerika

7 Fakta Sejarah tentang Aborsi dan Kontrasepsi yang Harus Kamu Ketahuidemocraticunderground.com

Pada tahun 1662 anggota parlemen Virginia meloloskan "partus sequitur ventrem," sebuah badan legislatif yang melegalkan perbudakan terhadap anak-anak perempuan yang lahir dari seorang budak. Hukum serupa juga turut menyebar ke seluruh Amerika Selatan sampai Lincoln menghentikan praktik perbudakan di Amerika Serikat. 

Perlu diketahui jika reproduksi budak memungkinkan perbudakan berkembang, karena akan menambah jumlah budak dan membenarkan gagasan kalau "budak" adalah peran bawaan dari orang kulit hitam. Hal ini memberikan ide kepada pemilik budak untuk "membiakkan" budak, baik dengan satu sama lain atau dengan diri mereka sendiri.

Pada saat itu, serangan seksual dari majikan kepada budak perempuannya adalah hal biasa, bahkan dianjurkan. Meskipun banyak wanita budak yang menikmati kebersamaan dengan anak-anak mereka, banyak yang tidak ingin membawa anaknya ke dunia di mana mereka akan dianiaya. 

Hal ini membuat angka kematian bayi dan ibu tinggi karena kondisi kerja yang keras saat hamil dan postpartum. Dikutip dari buku The American Slave: A Composite Autobiography, biasanya para budak akan menyelundupkan akar kapas untuk dikunyah agar tidak hamil jika hubungan seks benar-benar tidak bisa dihindari. 

Banyak budak wanita yang menghindari upaya pemiliknya untuk memaksakan kehamilan pada mereka, dan hanya memilih untuk memulai keluarga setelah mereka dibebaskan. Gossypol pada akar kapas mungkin sudah cukup beracun untuk mencegah kehamilan, tetapi angka kelahiran yang tinggi menunjukkan bahwa zat itu kurang aman untuk dikonsumsi.

7. Infanticide

7 Fakta Sejarah tentang Aborsi dan Kontrasepsi yang Harus Kamu Ketahuiancient-origins.net

Di banyak tempat dan periode waktu yang telah disebutkan sebelumnya, kontrol populasi tidak selalu terbatas pada mencegah atau mengakhiri kehamilan sebelum kelahiran. Ada infanticide atau pembunuhan bayi yang baru lahir, yang, tentu saja, berbeda dari aborsi dan kontrasepsi dalam metode, moralitas, dan dampaknya. 

Namun hal itu biasa terjadi di masyarakat pra-industri, karena kecil kemungkinannya untuk dikutuk secara moral dan hukum. Infanticide adalah teknik bertahan hidup di saat sebuah keluarga kekurangan makanan. Jika anak itu kemungkinan besar akan mati, mereka akan menganggap pembunuhan bayi sebagai bentuk belas kasihan untuk mereka.

Kelainan bentuk, anak dari hubungan haram, atau tidak terlahir sebagai jenis kelamin yang diinginkan juga menjadi faktor terbesar dalam pengambilan keputusan apakah anak itu akan hidup atau mati.

Menurut New World Encyclopedia, pembunuhan selektif sesuai jenis kelamin adalah hal biasa bagi wanita di Tiongkok, India, Tahiti, dan Afrika Utara, di mana tokoh-tokoh patriarki biasanya membuat keputusan tersebut. 

Pengorbanan dan kecaman religius terhadap pembunuhan bayi juga dapat ditemukan di beberapa agama. Perlu diketahui juga kalau hal itu bukan semata-mata praktik primitif, karena filsuf Yunani Kuno dan Romawi seperti Aristoteles juga merekomendasikan pembunuhan bayi untuk mengendalikan populasi. 

Walau begitu, teks-teks Kristen dan Yahudi sama-sama mengutuk praktik tersebut, bahkan di hari-hari awal kehamilan seorang wanita. Di sisi lain, seorang budak wanita di masa itu terkadang membunuh bayi mereka yang baru lahir agar anak tersebut tidak dijadikan budak oleh majikan mereka.

Nah, itu tadi 7 fakta sejarah tentang aborsi dan kontrasepsi. Perlu diingatkan kembali jika pembahasan semacam ini memerlukan kebijaksanaan untuk mencernanya dan dianjurkan untuk menggali berbagai referensi lebih dalam lagi agar tidak terjadi miskonsepsi di kemudian hari.

Baca Juga: Istimewa, Ini Sejarah di Balik 7 Tiara Mewah Kerajaan Inggris

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya