5 Fakta Unik Tradisi Kumari, 'Sang Dewi Hidup' dari Nepal

Hanya gadis perawan dan belum pubertas yang menjadi Kumari 

Di Nepal terdapat sebuah bentuk kepercayaan yang unik. Dimana, seorang anak gadis muda akan dianggap sebagai dewi "hidup" dan menjadi sosok inkarnasi Dewi Taleju serta manisfestasi Dewi Durga. Secara etimologis, Kumari diambil dari bahasa Tamil yang berarti gadis praremaja atau gadis yang belum mengalami menstruasi.

Kumari memiliki peran yang sangat penting di Nepal mengingat kepercayaan agama Buddha dan Hindu di Nepal sangat kental. Contohnya saja, sebelum membuat kebijakan besar, perdana menteri Nepal akan berkunjung ke kuil Kumari untuk meminta berkat kepada Sang Dewi agar kebijakan yang dibuatnya dapat bermanfaat bagi warga Nepal.

Namun, budaya Kumari sering dikecam oleh masyarakat internasional karena dianggap sebagai eksploitasi anak di bawah umur dan memberikan dampak psikologis bagi anak tersebut. 

1. Syarat menjadi Kumari

5 Fakta Unik Tradisi Kumari, 'Sang Dewi Hidup' dari NepalPara gadis calon Kumari yang berkumpul untuk melakukan Kanya Puja (rgyan.com)

Proses untuk menemukan Sang "Dewi Hidup" merupakan proses yang sangat rumit dengan kriteria yang sangat luas. Proses pemilihan Kumari akan dilakukan dan diawasi oleh 5 senior Buddha Bajracharya, imam kepala kerajaan, imam Taleju dan astrolog kerajaan. Beberapa karakteristik dasar yang menjadi syarat Kumari adalah memiliki kesehatan yang baik, tidak memiliki luka dan bekas luka di tubuh, tidak cacat, belum mengalami menstruasi, dan tidak ada gigi yang hilang.

Jika telah memenuhi syarat tersebut, para gadis calon Kumari akan melewati pemeriksaan lebih lanjut dan harus memenuhi 32 kesempurnaan tubuh atau yang dikenal dengan sebutan Battis Lakshan. Dikutip dari Himalayan Asuka, beberapa point dalam Battis Lakshan adalah  :

  • Tubuh seperti pohon beringin
  • Bulu mata seperti sapi
  • Leher seperti cangkang keong
  • Dada seperti singa
  • Suara lembut dan jernih seperti bebek
  • Horoskop yang sama dengan Raja Nepal
  • Tanda ketenangan dan keberanian
  • Rambut hitam lurus dan bermata gelap
  • Tangan dan kaki yang halus dan lembut
  • Paha seperti rusa
  • Lidah kecil dan lembab
  • Organ seksual yang kecil dan tersembunyi

Selain itu, gadis-gadis tersebut tidak boleh takut dengan darah dan manusia bertopeng. Setiap gadis akan melihat beberapa kerbau yang disembelih dan pria bertopeng yang menari di atas darah. Jika gadis tersebut menunjukkan tanda-tanda ketakutan, maka ia dianggap tidak layak atas kekuatan Dewi Taleju dan gagal menjadi Kumari. Selain itu, gadis yang terpilih juga harus berhasil menebak mana benda milik Kumari sebelumnya diantara berbagai benda serupa. 

2. Kehidupan setelah dipilih menjadi Kumari

5 Fakta Unik Tradisi Kumari, 'Sang Dewi Hidup' dari NepalSeorang Kumari sedang memberkati pengunjung kuil (theworld.org/Sonia Narang)

Setelah terpilih menjadi seorang Kumari, gadis tersebut harus mengikuti berbagai macam peraturan yang sangat ketat. Kumari akan tinggal di dalam istana Kumari dan hanya meninggalkan istananya untuk tujuan seremonial. Keluarga Kumari juga tidak boleh terlalu sering untuk mengunjungi putri mereka. Selain itu, mereka juga harus memperlakukan Kumari secara formal. Sedangkan untuk teman bermain Kumari adalah keluarga penjaga istana Kumari. 

Cara berpakaian dan berdandan Kumari juga harus berdasarkan peraturan kuil, seperti selalu menggunakan pakaian berwarna merah, rambut di jambul, dan di bagian dahi dilukis berbentuk mata api. Seorang Kumari tidak boleh menyetuh tanah, sehingga untuk mobilitas seoang Kumari harus digendong atau duduk di tandu emas. 

Terdapat jam/massa khusus untuk publik dapat berkunjung ke istana Kumari. Jika pengunjung kuil beruntung, mereka dapat melihat Kumari yang sedang duduk di atas tahta besi berlapis emas di kamarnya. Oleh karena itu, setiap massa kunjungan semua tindakanan Kumari akan ditafsirkan sebagai ramalan kehidupan pengunjung. Dikutip dari Himalaya Asuka, beberapa tindakan seorang Kumari yang dapat diartikan maknanya adalah:

  • Menangis atau tertawa keras berarti akan mendapat penyakit serius atau kematian
  • Menggosok mata berarti kematian yang akan segera terjadi.
  • Tubuh yang bergemetar berarti akan dipenjara
  • Memilih persembahan makanan berarti akan mengalami kesulitan finansial

3. Sang "Dewi Hidup" kembali menjadi manusia

5 Fakta Unik Tradisi Kumari, 'Sang Dewi Hidup' dari NepalPara wanita yang pernah menjadi Kumari (The Himalayan Times/THT)

Seorang Kumari dianggap telah kehilangan kekuatan Dewi Taleju jika setetes darah telah keluar dari tubuhnya. Oleh karena itu, saat seorang Kumari telah memasuki masa remaja dan mulai menstruasi pertama, maka pencarian Kumari baru akan dimulai. 

Dalam beberapa kasus, gelar Kumari dapat hilang jika ia menderita luka yang menyebabkan darah keluar dari tubuhnya. Hal ini terjadi karena adanya kepercayaan jika setetes darah telah keluar dari tubuh Kumari, maka ia akan manjadi manusia kembali dan kehilangan kekuatan Dewi Taleju yang dianugerahkan padanya.

Baca Juga: 7 Peninggalan Hasil Budaya Zaman Megalitikum, Bentuknya Unik

4. Kehidupan setelah menjadi manusia normal

5 Fakta Unik Tradisi Kumari, 'Sang Dewi Hidup' dari NepalMantan Kumari sedang pergi ke sekolah diantar keluarganya (hindustantimes.com)

Menjadi satu-satunya dewi yang hidup di dunia tidaklah mudah. Kumari dipilih sejak usia muda dan harus hidup dengan berbagai aturan yang sangat rumit. Semua aktivitas Kumari diawasi dan diatur oleh kuil, mulai dari cara berpakaian, cara hidup, hingga cara berjalan. Selain itu, rumah Kumari (Kumari Ghar) merupakan bangunan istana tua tanpa fasilitas modern. Selain itu seorang Kumari tidak mendapatkan pendidikan formal (sekolah) dan menggunakan fasilitas internet. Anggota keluarga Kumari juga harus meghabiskan hari-hari mereka di dalam ruangan berdinding yang penerangannya sangat buruk, yaitu dengan lilin dan lampu sederhana. 

5. Sempat dikecam oleh aktivis anak internasional

5 Fakta Unik Tradisi Kumari, 'Sang Dewi Hidup' dari NepalKumari sedang mengerjakan tugas sekolah (theworld.org/Sonia Narang)

Dalam beberapa tahun terakhir, kritik terhadap tradisi Kumari mulai muncul dan menjadi salah satu topik yang cukup sering dibahas di dunia internasional. Seorang mantan Kumari, bernama Rashmila Shakya dalam memoarnya menggambarkan bahwa kurangnya pendidikan akan dunia luar, membuatnya mengalami kesulitan untuk beradaptasi ke kehidupan normal. 

Sejak saat itu, banyak kritikus yang mendukung berhentinya tradisi tersebut karena dianggap sebagai sebuah praktik mengeksploitasi anak.

The Kumari is forced to give up her childhood to be a goddess intstead. Her right are being violated  - Sapana Pradhan Malla, pengacara HAM di Nepal

Sebagai respon terhadap memoar Rashmila, pemerintah Nepal membuat sebuah kebijakan baru, yaitu mewajiban adanya pendidikan formal di dalam rumah Kumari dan menetapakan tunjangan bulanan untuk pendidikan bagi mantan Kumari. 

Baca Juga: 6 Tradisi Unik yang Ada di Indramayu, Menambah Wawasan Budaya

Yuliani Wong Photo Writer Yuliani Wong

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya