7 Fakta di Balik Tragedi Pembantaian Keluarga Kerajaan Nepal 

Menjadi awal mula runtuhnya sistem monarki di Nepal

Pernah mendengar tragedi pembantaian keluarga Kerajaan Nepal? Tragedi ini merupakan salah satu peristiwa paling kelam dan memilukan dalam sejarah Nepal. Tragedi pembantaian ini terjadi pada tanggal 1 Juni 2001 di Istana Narayanhiti, tempat tinggal keluarga Kerajaan Nepal.

Dalam waktu singkat, sepuluh orang anggota keluarga kerajaan tewas termasuk Raja Birendra dan Ratu Aishwarya. Untuk lebih jelasnya, artikel ini akan membahas tujuh fakta di balik tragedi pembantaian keluarga Kerajaan Nepal.

1. Berawal dari cinta yang tidak direstui

7 Fakta di Balik Tragedi Pembantaian Keluarga Kerajaan Nepal Pangeran Dipendra (kiri) dan kekasihnya, Devyani Rana (kanan). (sainokhabar.com)

Hubungan antara putra mahkota Kerajaan Nepal, Pangeran Dipendra dan kekasihnya yang bernama Devyani Rana dimulai dari tahun 1990 saat keduanya bertemu di Inggris. Keduanya pertama kali bertemu saat sedang menempuh pendidikan di Eton, sebuah kota kecil di Inggris.

Devyani Rana adalah putri seorang politisi sekaligus pengusaha yang berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya, Pashupati Shamsher Rana, pernah menjadi menteri di lima kementerian yang berbeda di bawah kekuasaan Raja Birendra.

Baik pihak istana maupun keluarga Devyani awalnya tidak mengetahui hubungan Dipendra dan Devyani. Hubungan mereka baru diketahui beberapa tahun kemudian saat Dipendra berniat ingin menikahi Devyani. Namun, hubungan ini tidak direstui keluarga kerajaan dan ibu Devyani.

2. Sebab tidak direstuinya perjodohan Dipendra dan Devyani Rana

7 Fakta di Balik Tragedi Pembantaian Keluarga Kerajaan Nepal Devyani Rana (dw.com)

Keluarga kerajaan disebut menolak Devyani karena masih memiliki darah India dari garis ibunya, meski Devyani berasal dari keluarga terpandang. Alasan ini merupakan imbas dari hubungan kurang baik antara Nepal dan India saat itu.

Sumber lainnya menyebutkan, ibu Devyani pernah dihubungi nenek dari Dipendra. Ibu Devyani yang saat itu tidak tahu hubungan putrinya dengan Dipendra menyebut keluarga kerajaan Nepal terlalu miskin. Devyani disebut memiliki lebih dari Rs50 juta di bank yang berbeda, sedangkan Dipendra harus bertahan dari tunjangan pemerintah sebesar Rs2,4 juta.

Tanpa disadari, percakapan antara keduanya telah menutup peluang Dipendra dan Devyani untuk menikah. Sejak saat itu, Dipendra berseteru dengan ibunya dalam waktu lama.

Baca Juga: 5 Kerajaan Besar di Timur Tengah Sebelum Islam, Ada yang Tahu?

3. Malam berdarah di Istana Narayanhiti

7 Fakta di Balik Tragedi Pembantaian Keluarga Kerajaan Nepal navjot-singh.com

Perseteruan ini memuncak di tanggal 1 Juni 2001. Saat itu, lebih dari 20 orang kerabat keluarga dan bangsawan kaya berkumpul untuk makan malam di Istana Narayanhiti. Dipendra datang dalam keadaan mabuk dan berperilaku buruk dengan seorang tamu. Raja Birendra menjadi marah dan mengusir putranya itu ke kamarnya di lantai atas.

Setengah jam kemudian, Dipendra turun ke lantai bawah dengan membawa pistol dan senapan serbu M16. Ia pun masuk ke kamar ayahnya dan menembaknya hingga tewas. Dipendra kemudian berlari ke taman dan menembak ibunya, dua adiknya yaitu Pangeran Nirajan dan Putri Shruti, dan beberapa anggota keluarga kerajaan lainnya.

Tidak lama setelah itu, Dipendra kembali ke kamarnya dan menembak kepalanya sendiri. Ia terluka parah hingga tidak sadarkan diri.

4. Dipendra menjadi raja dalam kondisi koma

7 Fakta di Balik Tragedi Pembantaian Keluarga Kerajaan Nepal Pangeran Dipendra (thedailystar.net)

Dipendra terbaring di rumah sakit dalam keadaan koma. Dalam keadaan tidak sadar, Dipendra dinobatkan sebagai Raja Nepal yang baru menggantikan sang ayah yang tewas di tangannya.

Penobatan dilakukan oleh Badan Penasehat Kerajaan (Raj Parishad) yang terdiri dari perdana menteri, ketua pengadilan, dan panglima angkatan bersenjata. Raj Parishad melakukan penobatan setelah mengumumkan kematian Raja Birendra kepada publik.

Namun karena Dipendra secara fisik tidak dapat mengurus urusan negara, Raj Parishad mengangkat Pangeran Gyanendra sebagai pemangku raja. Gyanendra adalah adik dari Raja Birendra.

5. Gyanendra naik takhta dan teori konspirasi di baliknya

7 Fakta di Balik Tragedi Pembantaian Keluarga Kerajaan Nepal Raja Gyanendra (Asianews.it)

Dipendra meninggal dunia setelah tiga hari dirawat di rumah sakit dalam keadaan koma. Gyanendra pun dinobatkan sebagai Raja Nepal untuk menggantikan Dipendra. Namun diangkatnya Gyanendra sebagai raja Nepal menimbulkan teori konspirasi yang dipicu suatu kejanggalan dalam tragedi penembakan di Istana Narayanhiti.

Mantan Duta Besar Nepal untuk India, Chakra Prasad Bastola mengklaim bahwa peristiwa ini adalah rencana bersama dinas rahasia India dan Amerika Serikat. Bahkan Gyanendra disebut sebagai inisiatornya karena ingin menjadi raja Nepal.

Hal ini bukan tanpa alasan, sebab Gyanendra adalah satu-satunya penerima keuntungan dari pembantaian tersebut. Apalagi saat itu Gyanendra tidak berada di istana, sedangkan istri dan putrinya berada di istana namun dalam keadaan selamat..

6. Menjadi awal mula runtuhnya Kerajaan Nepal

7 Fakta di Balik Tragedi Pembantaian Keluarga Kerajaan Nepal Demonstrasi menentang kepemimpinan Raja Gyanendra pada tahun 2006 (nawayug.com)

Langkah Gyanendra sebagai Raja Nepal tidak berjalan mulus. Fenomena ketidakpercayaan publik terhadap kepemimpinan Gyanendra bahkan menjadi awal mula runtuhnya sistem monarki di Nepal.

Sejak memegang kuasa di tahun 2001, gelombang protes terhadap Gyanendra terus meluas. Kelompok gerilyawan Maois menjadi pelopor dalam resolusi tersebut dengan tujuan agar sistem monarki dihapus dan Nepal menjadi negara republik.

Hasilnya, pada sidang yang digelar majelis konstitusi Nepal pada 29 Mei 2008, diputuskan bahwa Nepal beralih dari sistem monarki ke republik. Resolusi itu didukung 560 orang anggota dan hanya ditolak empat orang anggota.

7. Runtuhnya Kerajaan Nepal sudah diprediksi ratusan tahun yang lalu

7 Fakta di Balik Tragedi Pembantaian Keluarga Kerajaan Nepal ilustrasi sejarah Kerajaan Nepal (Steemit.com)

Runtuhnya sistem monarki di Nepal rupanya telah diramal ratusan tahun sebelumnya. Ramalan ini didapatkan ketika Prithvi Narayan Shah sedang menaklukkan kerajaan kecil dalam rangka menyatukan lembah Kathmandu.

Menurut legenda, suatu ketika Prithvi bertemu dengan orang suci di hutan. Prithvi menawarkan dadih (tahu susu) kepada seorang yogi yang bermeditasi, namun dadih tersebut dimuntahkan dan Prithvi diminta untuk meminumnya sebagai bentuk persembahan.

Prithvi merasa jijik dan membuang persembahan itu ke tanah. Saat aliran dadih menetes ke 10 jari kaki raja, orang suci itu marah dan mengutuk kerajaan Nepal. Orang suci itu berkata bahwa dinasti kerajaan yang dibangun Prithvi akan lenyap setelah 10 generasi.

Pada akhirnya, ramalan yang telah disampaikan ratusan tahun lalu itu menjadi kenyataan. Kerajaan Nepal yang telah dibangun akhirnya runtuh saat dipimpin Raja Gyanendra yang merupakan generasi kesebelas dari Dinasti Shah.

Itulah tujuh fakta di balik tragedi pembantaian keluarga Kerajaan Nepal. Bagaimana menurutmu? Sungguh tragis bukan yang mereka alami ini?

Baca Juga: 6 Kerajaan Islam di India yang Kini Tinggal Sejarah, Sudah Tahu?

Zulrafli Aditya Photo Writer Zulrafli Aditya

Writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya