Sangat Ketat dan Tertutup, Ini Rasanya Menjalani Hidup di Korea Utara

Aturan yang ketat hingga hukuman yang mengerikan 

Ya, seperti yang sudah kita tahu, Korea Utara adalah tempat yang aneh dan membingungkan. Namun sebenarnya seberapa aneh kehidupan di sana? Kehidupan di Korea Utara diketahui berjalan dengan sangat represif, memprihatinkan, dan sering kali mengganggu, dari kamp kerja paksa, propaganda, hingga batasan penggunaan internet.

Kehidupan di Korea Utara bisa dibilang ketat dan mungkin cukup menyiksa bagi kita yang memandangnya dari perspektif orang di luar negara tersebut. Kira-kira seperti apa rasanya hidup di sana?

1. Propaganda yang tak tertandingi

Sangat Ketat dan Tertutup, Ini Rasanya Menjalani Hidup di Korea Utarapotret propaganda Korea Utara (commons.wikimedia.org/Mark Fahey)

Di Korea Utara, propaganda ekstremnya dipengaruhi oleh mendiang Kim Jong Il, mantan Pemimpin Terhormat dan ayah dari Pemimpin Tertinggi, Kim Jong Un. Kim Jong Il adalah seorang pencinta film dan pembuat film. Film dianggap sebagai "alat paling ampuh untuk mendidik massa".

Memang, propaganda melalui film di Korea Utara terbukti berhasil dalam upaya cuci otak. Ke mana pun warganya pergi, pasti ada poster yang berjajar di jalanan dan mural yang menutupi setiap ruang di dinding yang tersedia.

Fungsi utama propaganda ada dua. Pertama, bertujuan untuk menginspirasi nasionalisme, tetapi tidak dengan mengorbankan cinta dan kesetiaan kepada Pemimpin Tertinggi. Kedua, bertujuan untuk menanamkan kebencian terhadap musuh Korea Utara.

2. Warga Korea Utara diajarkan untuk membenci Amerika

Sangat Ketat dan Tertutup, Ini Rasanya Menjalani Hidup di Korea UtaraPropaganda Korea Utara untuk membenci Amerika. (commons.wikimedia.org/USMC Archives)

Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un ingin warga Korea Utara memandang Amerika—dan Jepang—sebagai musuh. Mesin cuci otaknya menghasilkan propaganda anti-Amerika yang cukup mengganggu.

Dikutip laman Associated Press, pada Maret 2017, Korea Utara merilis video propaganda yang menggambarkan serangan militer terhadap kapal induk Amerika. Hal ini sebagai tanggapan atas keterlibatan militer Amerika Serikat dengan negara tetangga, Korea Selatan. 

Negara ini pernah merilis video yang menggambarkan serangan nuklir di Gedung Putih, dan lembaga pendidikan Korea Utara mengindoktrinasi anak-anak untuk membenci AS sejak taman kanak-kanak. Mereka menggunakan foto yang menggambarkan anak-anak Korea Utara menyerang karikatur tentara Amerika, dan poster propaganda anti-Amerika di sekolah dasar.

Sentimen anti-Amerika tentu bukan satu-satunya propaganda dan pendidikan di Korea Utara karena Korea Utara juga tidak terlalu menyukai Jepang. Namun, tingkat kebencian terhadap AS sangat ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari di Korea Utara.

3. Semua yang dipahami adalah kebohongan 

Sangat Ketat dan Tertutup, Ini Rasanya Menjalani Hidup di Korea UtaraDmitry Medvedev bertemu dengan Ketua Komite Pertahanan Nasional Republik Rakyat Demokratik Korea Kim Jong II pada 24 Agustus 2011. (commons.wikimedia.org/Russian Presidential Executive Office/kremlin.ur)

Menurut Tim Urban yang menulis untuk Huffington Post setelah mengunjungi Korea Utara mengatakan, "Pemerintah berbohong kepada dunia luar. Pemerintah berbohong kepada rakyat. Pers berbohong kepada rakyat. Rakyat berbohong satu sama lain. Tur pemandu berbohong kepada turis. Ini intens."

Menurut berbagai laporan media di Korea Utara, mantan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Il disebut lahir di bawah pelangi dan bintang, belajar berjalan pada usia 3 minggu, belajar berbicara pada usia 8 minggu. Ia juga menulis 1.500 buku dan 6 opera serta dianggap sebagai yang terbesar dalam sejarah musik. Lalu yang paling unik adalah ia disebut mampu mengubah cuaca hanya dengan pikirannya saja.

4. Hukuman yang tidak masuk akal dan ekstrem 

Sangat Ketat dan Tertutup, Ini Rasanya Menjalani Hidup di Korea Utarailustrasi penjara (unsplash.com/Oxana Melis)

Mungkin hal yang paling mengkhawatirkan tentang kehidupan di Korea Utara adalah, hampir tidak ada perlawanan terhadap aturan pemerintah totaliter, karena hukumannya tidak adil dan brutal. Bahkan merekam kehidupan sehari-hari atau menonton film asing bisa membuat seseorang dipenjara, atau lebih buruk lagi.

Mengutip kabar Human Rights Watch, pemerintah Korea Utara diketahui telah menghukum mereka yang menyimpan informasi tidak sah dari luar negeri, termasuk berita, film, dan foto. Bahkan ada eksekusi di depan umum agar masyarakat patuh dan takut.

Selanjutnya, Komisi Penyelidikan PBB tentang Hak Asasi Manusia di Republik Demokratis Rakyat Korea (COI), yang dibentuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia (HRC), mengeluarkan laporan pada tahun 2014 yang mendokumentasikan pemusnahan, pembunuhan, perbudakan, penyiksaan, pemenjaraan, pemerkosaan, aborsi paksa, dan kekerasan seksual lainnya di Korea Utara.

Baca Juga: 5 Fakta Kesultanan Zanzibar dan Perang Tersingkat di Dunia

5. Di Korea Utara, ada kamp kerja paksa yang mengerikan 

Sangat Ketat dan Tertutup, Ini Rasanya Menjalani Hidup di Korea Utarailustrasi pekerja saat memperbaiki jalanan di Korea Utara (commons.wikimedia.org/Mike Connolly)

Korea Utara merupakan rumah bagi kamp kerja paksa, tempat ini berlaku untuk warga negara ataupun turis yang melanggar aturan. Salah satunya adalah kasus mahasiswa Amerika bernama Otto Warmbier yang menerima hukuman seperti itu karena mengambil poster saat berlibur di Pyongyang—yang dianggap oleh negara Korea Utara sebagai "persekongkolan diam-diam dari pemerintah AS dan manipulasinya."

Melansir kabar The Guardian, Suzanne Scholte, ketua koalisi kebebasan Korea Utara, menyatakan bahwa kondisi di kamp kerja paksa cukup mengerikan. Mereka bekerja selama 14, 15 atau 16 jam setiap hari, dengan hanya diberi segenggam jagung untuk dimakan.

Penyiksaan adalah hal biasa, tidak ada bantuan medis dan sanitasinya juga buruk. Mereka mengenakan seragam usang bekas tahanan dan tidur berdesakan di sebuah ruangan. Kamp penjara Korea Utara telah ada lebih lama dari gulag Soviet milik Joseph Stalin dan kamp konsentrasi Nazi.

Tentu saja, Korea Utara menyangkal keberadaan kamp-kamp kerja paksa ini. Namun, pada kenyataannya, penjara-penjara ini menjadi cara lain untuk meneror penduduknya agar menjadi pasif dan tunduk.

6. Anak-anak di Korea Utara tumbuh melalui indoktrinasi 

Sangat Ketat dan Tertutup, Ini Rasanya Menjalani Hidup di Korea UtaraAnak-anak di Korea Utara saat sedang belajar di kelas. (commons.wikimedia.org/DPRK/Mauricio Moreno)

Korea Utara memiliki sekitar 5,3 juta anak di bawah usia 14 tahun yang tinggal di perbatasan negara. Semua yang diajarkan kepada mereka masuk dalam ideologi negara, mereka bahkan bercita-cita menjadi tentara dan membela negara dan komandan mereka, Kim Jong Un, karena Imperialis Amerika dan Jepang dianggap mengancam negara mereka. 

Banyak anak yang tidak cukup beruntung untuk tinggal di Pyongyang, menghabiskan tahun-tahun awal mereka melakukan kerja paksa di pertanian, atau dikirim ke kamp kerja paksa. Korea Utara tahu bahwa anak-anak adalah masa depan negara, itu sebabnya, mengindoktrinasi mereka adalah cara yang sangat represif.

7. Tidak boleh terhubung dengan pengetahuan dari dunia luar

Sangat Ketat dan Tertutup, Ini Rasanya Menjalani Hidup di Korea UtaraWarga Korea Utara memberi hormat ke mural yang menunjukkan mendiang pemimpin Korea Utara Kim Il Sung, sebelum menyapu area sekitar mural ini pada Selasa, 1 Desember 2015, di Pyongyang, Korea Utara. (dok. AP Photo/Wong Maye-E)

Salah satu cara efektif Korea Utara mengontrol dan menundukkan penduduknya adalah dengan membatasi akses ke setiap dan semua informasi yang tidak datang langsung dari Korea Utara. Semua media dan publikasi domestik di Korea Utara dikontrol secara ketat oleh negara, dan media asing yang diizinkan masuk ke dalam negara juga dikontrol dengan ketat. Internet dan panggilan telepon internasional dipantau dengan ketat.

Akses tidak sah ke radio, surat kabar, atau siaran TV non-negara akan dihukum berat. Warga Korea Utara akan dihukum jika mereka ditemukan memiliki media seluler, seperti ponsel China, kartu SD, atau USB yang berisi video asing, berita, film, atau drama TV.

Sebenarnya, tidak ada Internet, kecuali intranet yang dikontrol ketat dan sangat disaring atau dipantau oleh Pusat Komputer Korea. Menurut Canadian Journalists for Free Expression (CJFE), pembatasan juga diterapkan pada akademisi dan seni di dalam negara, pendidikan ideologis lebih diutamakan daripada pendidikan akademis, dan semua kurikulum, drama, film, dan opera berpusat pada peningkatan reputasi Keluarga Kim.

8. Tidak ada cara untuk melarikan diri

Sangat Ketat dan Tertutup, Ini Rasanya Menjalani Hidup di Korea UtaraPenjagaan ketat di perbatasan Korea Utara-Selatan. (commons.m.wikimedia.org/Michael Day)

Tentu saja, tidak semua orang di Korea Utara menerima semua aturan yang membelenggu ini, beberapa ingin membelot. Namun, para pembelot akan mendapat hukuman berat, tidak hanya bagi diri mereka sendiri, tetapi untuk generasi keluarga mereka.

Dikutip laman The Guardian, Park Sang-hak, seorang pembelot dan aktivis, berhenti dari pekerjaannya pada tahun 2003 setelah mengetahui bahwa tunangannya telah dipukuli hingga babak belur karena melarikan diri ketika mengetahui kedua pamannya telah disiksa sampai tewas dan sepupu remajanya menjadi pengemis jalanan.

Anak-anak pembelot dipaksa masuk ke kamp kerja paksa, atau lebih buruk lagi. Dalam banyak kasus, anggota keluarga yang menentang kerja paksa akan dieksekusi.

Sangat memilukan, ya, jika sebagai warga negara tidak memiliki hak kebebasan. Bahkan, disiksa atau dibunuh menjadi fakta yang tak bisa dihindari jika salah dalam mengambil sikap.

Baca Juga: 6 Fakta Kim Jong Un, Pemimpin Korea Utara yang Misterius

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya