Kenapa Seseorang Bisa Dinilai Ramah atau Jutek dari Wajahnya?

Walaupun ada yang bilang "jangan judge dari cover-nya"

Para peneliti telah mengidentifikasi banyak cara kita menilai orang berdasarkan penampilannya, bahkan ketika penilaian tersebut gak berdasarkan kenyataan. Todorov's lab menguji respon terhadap wajah yang terkomputerisasi untuk memodelkan penilaian sifat dari sisi kemenarikan, mampu dipercaya, kompetensi dan masih banyak lainnya. Todorov mengingatkan bahwa bisa saja yang kita lihat itu gak akurat.

Manusia memiliki banyak prasangka, termasuk efek halo — di mana seseorang memiliki satu sifat baik yang terlihat maka kita menyimpulkan bahwa secara keseluruhan dia adalah orang baik — juga stereotipe — di mana kita menghubungkan perilaku dengan penampilan. Walau begitu para peneliti mengatakan bahwa prasangka-prasangka tersebut layak dipahami lebih dalam, untuk melawannya bukan membenarkan prasangkanya.

Beberapa penemuan penting dari eksperimen Todorov tercantum sebagaimana disebutkan berikut.

Kita berasumsi bahwa orang yang semakin tampak menarik memiliki banyak sifat baik lainnya: kita berprasangka mereka lebih kompeten, cerdas, bisa dipercaya dan kebaikan lainnya.

cairohub.com

Sumber diambil dari: research overview di Todorov, Alexander et al. 2015, “Social Attributions from Faces: Determinants, Consequences, Accuracy, and Functional Significance” in “Annual Review of Psychology 2015,” 15.4

Kita sering menghubungkan penampilan baby-face dengan kelemahan fisik, kenaifan, kepasrahan, kejujuran, keramahan dan kehangatan. Penampilan baby-face secara relatif memiliki mata lebih besar, muka lebih bulat dan rasio tengkorang lebih besar hingga ke dagu.

iflscience.com

Sumber diambil dari: research overview di Zebrowitz, Leslie 2011, “Ecological and Social Approaches to Face Perception” di“Oxford Handbook of Face Perception,” 40

Ya, perempuan cenderung memiliki kualitas baby-face lebih dari laki-laki.

dailymail.co.uk

Sumber diambil dari: research overview di Zebrowitz 2011,” 38

Wajah netral seringkali mewakili ekspresi emosional. Wajah yang pemarah dinilai kurang disukai dan kurang dipercaya; namun lebih dinilai kuat, terbuka dan tegas. Sementara wajah bahagia adalah kebalikannya.

smithsonianmag.com

Sumber diambil dari: research overview di Zebrowitz 2011, 36

Lab Todorov’s memodelkan prasangka tersebut dengan meminta beberapa mahasiswa Amerika untuk mengevaluasi wajah yang terkomputerisasi. Tanpa memandang ras, seluruh wajah diubah menjadi warna cerah agar ekspresinya jelas, karena fokus penelitian ini ada di ekspresi.

iflscience.com

Sumber diambil dari: Todorov Lab

Kompetensi yang terlihat tampak lebih jelas dengan urutan dari kiri ke kanan. Prasangka yang berhubungan juga terkait dengan warna kulit yang lebih gelap — dalam kasus ini adalah persoalan gender, bukan ras — serta kemenarikan.

iflscience.com

Sumber diambil dari: Todorov Lab

Sifat dominan yang terlihat nampak makin jelas dari kiri ke kanan. Prasangka ini berhubungan dengan kulit yang makin gelap dan fitur maskulin pada wajah.

iflscience.com

Sumber diambil dari: Todorov Lab

Sifat ekstrovert dan aktif secara sosial makin terlihat dari kiri ke kanan. Prasangka ini berhubungan dengan lebar wajah dan wajah netralnya yang mendekati ekspresi senyum.

iflscience.com

Sumber diambil: Todorov Lab

Baca Juga: Kenapa sih Memotong Bawang Bikin Kamu Menangis? Ini Jawabannya!

Sifat mudah disukai makin meningkat dari kiri ke kanan. Prasangka ini berhubungan dengan kemenarikan wajah secara keseluruhan dan kemenarikan saat tersenyum.

iflscience.com

Sumber diambil dari: Todorov Lab

Sifat pengancam makin nampak meningkat dari kiri ke kanan. Prasangka ini melibatkan fitur maskulin pada wajah dan ekspresi netral yang cenderung mendekati marah.

iflscience.com

Sumber diambil dari: Todorov Lab

Sifat mudah dipercaya makin terlihat meningkat dari kiri ke kanan. Prasangka ini berhubungan dengan fitur feminin dan wajah netral yang mendekati tersenyum.

iflscience.com

Sumber diambil dari: Todorov Lab

Kamu dapat melihat bagaimana wajah satu orang dapat dimanipulasi secara digital, untuk membuatnya lebih ataupun kurang ekstrovert, dipercaya, ramah, pemarah dan lainnya dari gambar berikut, berdasarkan penelitian yang dilakukan Mirella Walker dan Thomas Vetter di University of Basel.

iflscience.com

Sumber diambil dari: Walker, Mirella and Thomas Vetter 2016, “Faced with exclusion: Perceived facial warmth and competence influence moral judgments of social exclusion” di “Journal of Personality and Social Psychology”

Prasangka lain yang berhubungan dengan wajah: Wajah yang makin "pasaran" atau sering kamu lihat dinilai memiliki sifat lebih bisa dipercaya. Prasangka ini berhubungan dengan rasisme dan xenophobia.

npr.org

Sumber diambil dari: research overview di Todorov 2015, 15.9

Orang juga beraksi lebih positif ke orang lain yang memiliki wajah serupa dengannya. Ini diujikan pada beberapa orang untuk mengetahui tingkat mudah dipercaya dari wajah gabungan yang memiliki berbagai persentase fitur wajah mereka.

youtube.com

Sumber diambil dari: research overview di Todorov 2015, 15.9

Masalahnya, orang juga menilai tingkat kriminalitas dan rasa bersalah dari wajah, sebagaimana yang sudah ditunjukkan oleh Todorov dan Walker. Prasangka kenampakan kriminal makin meningkat dengan urutan dari kiri ke kanan di dua baris atas. Sementara tingkat kenampakan rasa bersalah makin meningkat dari kiri ke kanan, pada dua baris yang bawah.

iflscience.com

Sumber diambil dari: Funk, Friederike, Mirella Walker dan Alexander Todorv 2016, "Modeling perceptions of criminality and remorse from faces using a data-driving computational approach" di "Cognition and Emotion"

Penelitian juga menemukan bahwa prasangka terhadap wajah menentukan siapa yang akan kita pilih dalam pengambilan suara, siapa yang kita kencani, rekrut, pecat, adili, hukum, usir dan masih banyak lagi.

wadjdifaridtbp.wordpress.com

Sumber diambil dari: research overview di Todorov 2015, 15.11

Walaupun wajah dapat memberikan beberapa petunjuk terhadap sifat seseorang, Todorov beranggapan bahwa orang cenderung membenarkan prasangka mereka dan langsung bertindak, sebelum mengenal orang tersebut lebih dalam.

Kecenderungan menghubungkan antara morfologi wajah dengan kelakuan seseorang juga bisa menimbulkan prasangka sosial — di mana orang diharuskan bertindak tertentu karena kita mengharapkan dia melakukannya. Misalnya: seseorang dipaksa memimpin rapat hanya karena secara penampilan terlihat paling tegas atau seseorang diminta membersihkan benda kotor hanya karena ia terlihat sebagai wajah yang bisa ditindas.

iflscience.com

Prasangka wajah yang seperti itu justru memperkuat stereotipe. Prasangka wajah sebaiknya hanya digunakan sebagai kewaspadaanmu berperilaku terhadap orang tersebut dan kamu simpan dalam hati, bukan untuk memperlakukan mereka langsung sesuai prasangkamu.

Baca Juga: Hanya Ada 1% Orang yang Tergolong Pengenal Super di Dunia. Ikut Tesnya di Sini!

Topik:

  • Tania

Berita Terkini Lainnya