Evolusi Pembalut Wanita dari Dulu hingga Sekarang, Banyak Berubah lho!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menstruasi memang bukanlah hal yang mudah untuk diatasi. Perut kram, badan terasa lelah, pusing, belum lagi rasa tak nyaman yang disebabkannya. Walaupun begitu, kita sebagai wanita modern patut bersyukur karena memiliki berbagai pilihan produk sanitasi untuk haid.
Sementara itu, wanita zaman yang hidup di zaman dulu melalui masa-masa yang lebih sulit karena belum ada produk sanitasi yang tepat. Namun berkat merekalah kita bisa merasakan kenyamanan menggunakan pembalut seperti saat ini.
Ingin tahu alat atau pembalut seperti apa yang digunakan saat haid di zaman dulu? Yuk, simak evolusinya berikut ini!
1. Zaman sebelum masehi: Serba alami
Sejak zaman dahulu, wanita telah mengerti prinsip penyerapan darah menstruasi. Wanita yang hidup di peradaban Mesir Kuno menggunakan tumbuhan papyrus yang digulung sebagai tampon.
Sedangkan masyarakat Jepang menggunakan kertas berserat kayu untuk menyerap darah. Berbeda lagi dengan metode suku Indian. Mereka membuat pembalut dari lumut dan kulit kerbau. Lihat, semuanya bersifat alami, kan?
2. Tahun 1800-an: Celemek sanitasi
Selama bertahun-tahun, wanita membuat berbagai inovasi untuk mengatasi menstruasi. Hingga pada tahun 1800-an, muncul sebuah inovasi unik berupa celemek sanitasi atau sanitary apron.
Iya, alat untuk mencegah “bocor” saat sedang menstruasi ini mirip dengan celemek untuk memasak. Hanya saja, bagian yang berada di depan dipakai di belakang.
Menurut penjelasan dari Women’s Health Mag, terdapat lapisan karet di bagian bawah pantat. Ini untuk mencegah darah mengalir keluar saat sedang duduk. Sayangnya, celemek sanitasi ini tidak nyaman, berat, dan rawan menimbulkan bau.
3. Tahun 1896: Lister’s towel
Pada akhir 1800-an, tepatnya tahun 1896, muncul produk sanitasi wanita bernama Lister’s towel. Ia berupa kain dengan daya serap tinggi yang mirip seperti pembalut sekarang ini.
Pada awalnya Lister’s towel ditujukan untuk wanita yang baru saja melahirkan untuk mengatasi darah nifas. Namun masyarakat pun sadar bahwa kain tersebut juga bisa berguna untuk mengatasi haid.
Sayang sekali, penjualan Lister’s towel gagal. Tak ada wanita yang mau membelinya. Kenapa? Ini karena menstruasi dianggap sebagai hal yang tabu, sehingga membeli produk-produk seperti itu terlihat memalukan.
4. Akhir 1800-an: Sabuk menstruasi
Pernahkah kamu mendengar tentang sabuk menstruasi atau menstrual belt? Alat ini berfungsi agar kain yang dipakai sebagai pembalut tidak bergerak-gerak. Kamu hanya perlu mengaitkan kain ke sabuk menggunakan peniti.
Ada pula produk yang bernama Ladies Elastic Doily Belt yang terbuat dari satin dan karet. Sabuk menstruasi yang satu ini terlihat lebih rumit.
Ia dilengkapi dengan tali pengait di bagian atas dan bawah untuk dikaitkan ke pinggang dan paha. Di bagian tengahnya terdapat pembalut kain yang juga terhubung dengan tali.
5. Tahun 1920: Pembalut pertama dari Kotex
Pengetahuan tentang darah dan cara mengatasinya semakin meningkat ketika Perang Dunia I. Para perawat menyadari bahwa terdapat bahan yang lebih mudah menyerap cairan dibandingkan kain biasa. Ialah selulosa, serat yang terbuat dari campuran katun dan akrilik.
Editor’s picks
Berawal dari situlah Kotex memproduksi pembalut pertamanya. Produk tersebut juga sekali pakai seperti pembalut yang kita kenal saat ini. Namun produk ini tidak memiliki perekat sehingga kamu harus menggunakan sabuk menstruasi untuk memakainya.
Tak seperti Lister’s towel, produk yang satu ini sangat laris di pasaran. Kotex memiliki strategi pemasaran yang baik.
Mereka mendorong para pemilik toko untuk menyediakan kotak uang sehingga wanita yang ingin membelinya tak perlu berinteraksi dengan penjual. Tujuannya adalah untuk mengurangi rasa malu.
Baca Juga: 10 Kasus Kecanduan Paling Aneh di Dunia, dari Minum Darah hingga Oplas
6. Tahun 1933: Tampax
Tampax adalah produk tampon pertama yang dikomersialisasikan. Penemunya adalah seorang pebisnis wanita bernama Gertrude Tendrich. Jika sebelumnya, tampon terbuat dari tumbuhan yang belum diolah, Tampax menggunakan serat katun dan kapas.
Pada saat itu, produk yang satu ini hanya ditujukan untuk wanita yang sudah menikah karena masyarakat menganggap tampon bisa merusak keperawanan. Setelah itu, muncullah berbagai produk tampon lain dengan beragam inovasi.
7. Tahun 1960-an: Pembalut tanpa sabuk
Pada tahun 1960-an, muncullah inovasi lain yang mengubah hidup wanita. Stayfree menghadirkan pembalut antiribet yang tidak menggunakan sabuk dan peniti.
Wanita pun bisa menggunakannya dengan cara menempelkan bagian dengan perekat ke celana dalamnya. Sangat praktis, mudah, dan tidak merepotkan.
8. Tahun 1980 hingga 1990-an: Berbagai inovasi untuk tampon dan pembalut
Dengan ditemukannya pembalut tanpa sabuk, dunia sanitasi wanita pun berubah secara drastis. Banyak perusahaan yang akhirnya mengikuti jejak Stayfree. Mereka menambahkan berbagai inovasi untuk pembalut dan tampon.
Namun tidak semua inovasi tersebut baik. Contohnya, ada perusahaan yang menambahkan wangi-wangian ke dalam pembalut dengan tujuan mengurangi bau darah. Padahal ini justru meningkatkan risiko iritasi.
Ada pula tampon yang terbuat dari polyester dengan tujuan bisa menyerap darah dengan lebih banyak. Namun, dilansir dari Blood and Milk, tampon itu justru memicu infeksi bakteri pada daerah vagina.
9. Tahun 2000-an: Menstrual cup
Pada tahun 2000-an, muncullah produk sanitasi lain, yaitu menstrual cup. Alat yang satu ini terbuat dari silikon dan lateks dan berbentuk seperti corong. Alat ini muncul dengan tujuan mengurangi sampah pembalut dan tampon di dunia.
Walaupun lebih hemat dan ramah lingkungan, masih banyak wanita yang ragu memakainya. Sebab, wanita harus memasukkan cup tersebut ke dalam vagina. Ketakutan akan hilangnya keperawanan dan merasa tak nyaman adalah dua alasan utamanya.
10. Tahun 2000-an hingga sekarang: Normalisasi menstruasi dan produk sanitasi yang semakin berkualitas
Tahun 2000-an adalah masa di mana produk untuk menstruasi semakin populer dan berkualitas. Pembalut, tampon, hingga menstrual cup kini dijual secara luas, baik di toko swalayan hingga di toko kecil. Kualitasnya pun kian ditingkatkan.
Masyarakat sebenarnya masih menganggap siklus bulanan wanita itu hal yang tabu. Bahkan hingga saat ini. Namun seiring dengan adanya edukasi seks dan peningkatan pengetahuan, menstruasi pun mulai dianggap wajar, seperti yang seharusnya.
Ternyata butuh waktu bertahun-tahun, ya, untuk menemukan formula yang pas dalam mengatasi menstruasi. Kalau kamu sendiri, lebih suka menggunakan pembalut, tampon, menstrual cup, atau yang lainnya?
Baca Juga: 7 Bahan Aneh Pengharum Ketiak Sebelum Ada Deodoran, Rela Mencobanya?