Kenapa Kita Suka Gosip? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Ternyata semua orang bergosip, lho!

"Eh, kamu tahu enggak sih... Si A orangnya jorok banget!"

Pernahkah kamu bergosip seperti itu? Teman, saudara, bahkan selebritas pun menjadi sasaran pembicaraan, baik secara positif maupun secara negatif. Hal ini pastinya sudah menjadi kebiasaan. Sampai-sampai, kita tidak mempertanyakan alasan mengapa kita bergosip.

Sehubungan dengan itu, artikel ini akan membahas sejumlah alasan kita bergosip, diikuti kelebihan dan kekurangan aktivitas tersebut. Penasaran? Langsung saja, yuk, simak artikel ini!

1. Gosip membantu kehidupan nenek moyang kita

Kenapa Kita Suka Gosip? Ini Penjelasan Ilmiahnyailustrasi bergosip (unsplash.com/Ben White)

Para ilmuwan sosial menemukan bahwa setiap orang terprogram untuk memperhatikan gosip dan berpartisipasi di dalamnya. Mengutip CNN, kecenderungan kita untuk membicarakan orang lain merupakan adaptasi dari evolusi.

Profesor psikolog di Kampus Knox, Frank McAndrew menjelaskan bahwa orang-orang pada zaman prasejarah yang tertarik dengan kehidupan orang lain lebih sukses dibandingkan dengan yang tidak. Sebab, manusia gua harus mengetahui apa yang terjadi dengan orang-orang di sekitar mereka jika ingin berkembang. Mereka yang tidak tertarik untuk membicarakan orang lain justru dirugikan karena mereka tidak dapat menarik dan mempertahankan pasangan serta aliansi, sebagaimana dicatat NBC News.

2. Merupakan sesuatu yang alami

Kenapa Kita Suka Gosip? Ini Penjelasan Ilmiahnyailustrasi bergosip (unsplash.com/Johaer)

Gosip kerap kali dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Bahkan, kamus Bahasa Indonesia pun mendefinisikan hal tersebut sebagai 'cerita negatif tentang seseorang'. Di sisi lain, para peneliti cenderung mengartikan gosip sebagai 'pembicaraan tentang orang yang tidak hadir di tempat'. 

Berlandaskan definisi ini, Megan Robbins selalu asisten profesor psikolog di Universitas California, menerangkan bahwa pembicaraan ini bersifat alami. Pada dasarnya, pembicaraan tentang orang lain menjadi bagian integral dari percakapan, pembagian informasi, dan penciptaan komunitas, dikutip Time. 

Lewat penelitiannya yang dimuat dalam jurnal Social Psychological and Personality Science, Megan dan rekannya menemukan bahwa 467 partisipan menghabiskan waktu rata-rata 52 menit sehari untuk bergosip. Menariknya, tiga perempat dari gosip itu bersifat netral, 15% bersifat negatif, dan 9% bersifat positif. Kesimpulannya, gosip tidak 100% negatif.  

3. Ada alasan mengapa kita bergosip tentang selebritas

Kenapa Kita Suka Gosip? Ini Penjelasan Ilmiahnyailustrasi bergosip (unsplash.com/rajat sarki)

Terkadang kita bergosip tentang teman sendiri, terkadang juga kita membicarakan saudara kita. Lantas, mengapa kita bergosip tentang selebritas yang bahkan tidak mengenali kita? Untuk menjawab pertanyaan ini, Frank McAndrew kembali mengambil contoh manusia gua.

Pada zaman itu, kalau mereka mengetahui banyak informasi tentang orang lain, dapat dikatakan bahwa orang tersebut penting secara sosial bagi mereka. Nah, hal ini juga relevan pada zaman sekarang, dibuktikan dengan keberadaan internet dan media sosial. Dengan demikian, kita mengetahui banyak informasi seputar selebritas dan merasa bahwa mereka menjadi bagian penting dalam kehidupan kita, padahal mereka saja tidak menyadari eksistensi kita.

Menurut CNN, pengetahuan tentang selebritas seolah-olah menjadi kemampuan sosial. Gosip ini dapat membantu kamu berbincang dengan orang lain supaya keadaan tidak menjadi canggung. Dengan modal pengetahuan selebritas pun, kamu dapat mengetahui tentang hal-hal yang dipedulikan orang lain.

Baca Juga: Sering Ngomong 'Um'? Ini Fakta Sains dan Cara Mengatasinya

4. Apa yang terjadi di otak kita saat bergosip?

Kenapa Kita Suka Gosip? Ini Penjelasan Ilmiahnyailustrasi otak (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Dalam studi yang dimuat di jurnal Social Neuroscience, peneliti melihat pencitraan otak laki-laki dan perempuan saat mereka mendengar gosip yang positif dan negatif. Saat mendengar gosip, pencitraan menunjukkan lebih banyak aktivitas di korteks prefrontal otak mereka.

Dicatat Science Direct, korteks prefrontal memiliki peran sentral dalam fungsi kontrol kognitif. Aktivitas otak saat mendengar gosip berkaitan dengan keinginan kita untuk dilihat secara positif oleh orang lain.

Time menjelaskan bahwa nukleus kaudatus (pusat imbalan otak) partisipan studi menjadi aktif sebagai respons terhadap gosip negatif tentang selebritas. Yup, mereka terhibur oleh gosip tersebut. Di sisi lain, mereka kesal ketika mendengar gosip negatif tentang diri sendiri dan senang ketika mendengar gosip positif.

5. Gosip memiliki kelebihan dan kekurangan

Kenapa Kita Suka Gosip? Ini Penjelasan Ilmiahnyailustrasi bergosip (unsplash.com/Helena Lopes)

Pastinya, gosip memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Melansir Psychology Todayterdapat beragam manfaat yang dapat diperoleh dari bergosip. Para ahli dan peneliti menemukan bahwa bergosip dapat menghilangkan stres, mendukung kerja sama, mendorong perbaikan diri, membuat orang sadar akan kenyataan, dan membantu orang mencari akar permasalahan.

Di sisi lain, bergosip juga memiliki sisi negatifnya sendiri, terutama bagi mereka yang menjadi target gosip. Dicatat GoodTherapy, korban gosip berpotensi merasa malu. Tidak hanya itu, gosip memiliki dampak negatif jangka panjang pada kepercayaan diri dan harga diri seseorang.

Sedihnya, dampak ini bisa berujung pada berkembangnya depresi, kecemasan, pikiran untuk bunuh diri, dan gangguan makan. Korban gosip menjadi tidak fokus di sekolah atau tempat kerja. Tentunya, gosip juga bisa merusak hubungan.

6. Kalau ingin bergosip, lakukanlah dengan penuh tanggung jawab

Kenapa Kita Suka Gosip? Ini Penjelasan Ilmiahnyailustrasi bergosip (unsplash.com/saeed karimi)

Moral of the story is, kalau mau bergosip, lakukanlah dengan tanggung jawab. Menurut NBC News, ada tiga poin penting yang harus diperhatikan jika ingin bergosip, yaitu

  1. Berpikir dua kali sebelum melakukannya: Sebelum bergosip, kamu harus berpikir terlebih dahulu, apakah tindakan bergosip akan merugikan pihak lain atau tidak.
  2. Jangan bergosip untuk keuntungan pribadi: Biasanya, jenis gosip seperti ini tidak menguntungkan siapa pun. Artinya, gosip negatif tentang seseorang bukanlah sesuatu yang bijak. It's a big no!
  3. Jangan mendistorsi informasi: Simpelnya, katakan apa adanya, bukan ada apanya. Jangan melebih-lebihkan informasi yang disampaikan. Biasanya, tindakan melebih-lebihkan ini dilakukan pelaku gosip agar ceritanya terdengar lebih baik, atau bahkan untuk menjustifikasi mengapa mereka berbicara tentang seseorang.

Itulah penjelasan mengapa orang suka bergosip, diikuti dengan respons otak kita saat mendengar gosip dan dampak gosip, baik yang positif maupun yang negatif. Kalau kamu sering bergosip, jangan lupa untuk bergosip dengan penuh tanggung jawab, ya!

Baca Juga: 5 Kebiasaan Buruk Pagi Hari Banyak Orang, Berbasis Ilmiah

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya