5 Fakta Ariane 5, Roket Kelas Berat dari Eropa yang Mampu Bawa Satelit

Sanggup mengorbitkan satelit yang berbobot hingga 20 ton

Salah satu kunci utama dalam pengembangan eksplorasi luar angkasa adalah penemuan roket. Roket memiliki peran vital, apa lagi roket yang memiliki kemampuan tangguh. Roket itu akan berfungsi untuk membawa satelit atau wahana antariksa lainnya untuk diterbangkan ke luar angkasa.

Salah satu roket yang dikembangkan untuk tujuan eksplorasi luar angkasa tersebut adalah Ariane 5. Ini adalah seri roket Ariane yang dikembangkan dan dibangun oleh badan antariksa European Space Agency (ESA).

Ariane 5 memiliki kelebihan utama sebagai roket peluncur yang dapat membawa beban berat. Karena itu Ariane 5 biasanya disebut juga roket peluncur kelas berat. Total berat satelit atau wahana antariksa yang mampu dibawa roket tersebut mencapai 20 ton. Berikut ini adalah lima fakta roket Ariane 5 milik ESA.

1. Dimensi dan kemampuan Ariane 5

5 Fakta Ariane 5, Roket Kelas Berat dari Eropa yang Mampu Bawa Satelitilustrasi roket Ariane 5 (Twitter.com/ESA)

Pengembangan roket Ariane 5 telah dilakukan puluhan tahun lalu. Secara resmi, roket ini mulai bertugas pada tahun 1987. Dia menjadi penerus bagi roket sebelumnya, yakni Ariane 4.

Tinggi roket Ariane 5 antara 47 meter sampai dengan 53 meter. Jika dibandingkan dengan Gedung Sarinah di Jakarta, roket ini lebih pendek. Sebab, Gedung Sarinah memiliki tinggi 74 meter.

Diameter roket tersebut adalah 5,4 meter, sedangkan beratnya antara 720 ton sampai 800 ton. Dengan bentuk yang sebesar itu, Ariane 5 mampu membawa beban yang berkisar antara 6 ton sampai dengan 20 ton.

Perbedaan beban muatan itu dibagi berdasarkan tujuannya. Dikutip dari Arianespace, jika satelit memiliki tujuan dikirim ke orbit rendah bumi (LEO), Ariane 5 sanggup membawa sampai 20 ton. Jika satelit dikirim ke orbit geostasioner (GTO) yang lebih tinggi, beban yang mampu dibawa Ariane mencapai 10 ton.

2. Varian roket Ariane 5

5 Fakta Ariane 5, Roket Kelas Berat dari Eropa yang Mampu Bawa Satelitilustrasi roket Ariane 5 (Instagram.com/centrespatialguyanais)

Roket peluncur Ariane 5 memiliki lima varian. Mereka adalah Ariane 5 G, Ariane 5 G+, Ariane 5 G5, Ariane 5 ECA dan Ariane 5 ES. Varian Ariane 5 G5 adalah roket yang paling pendek dengan tinggi 47 meter, sedangkan Ariane 5 ES adalah yang paling tinggi dengan ukuran 53 meter.

Menurut laporan Space, saat ini hanya ada dua varian Ariane 5 yang beroperasi yakni Ariane 5 ECA dan Ariane 5 ES. Ariane 5 G pensiun pada tahun 2003, Ariane 5 G+ pensiun pada tahun 2004, sementara Ariane 5 G5 melakukan pelayanan antara tahun 2005 hingga 2009. Semua keluarga roket ini telah melakukan peluncuran lebih dari 200 satelit ke luar angkasa sejak tahun 1980-an.

Dikutip dari ESA, mesin utama untuk meluncurkan roket adalah Vulcain dengan beberapa variannya. Tinggi mesin ini 3 meter dengan diameter 1,76 meter dan berat 1.686 kilogram. Bahan bakarnya adalah hidrogen cair dan oksigen cair.

Baca Juga: NASA Uji Coba Roket SLS, Misi ke Bulan Segera Diluncurkan

3. Markas utama peluncuran roket tidak di Eropa

5 Fakta Ariane 5, Roket Kelas Berat dari Eropa yang Mampu Bawa Satelitilustrasi roket Ariane (Instagram.com/centrespatialguyanais)

Meskipun Ariane 5 adalah roket peluncur luar angkasa milik Eropa, markas utama peluncurannya tidak berada di benua tersebut. Peluncuran roket Ariane 5 dilakukan di The Spaceport in French Guiana atau juga disebut Guiana Space Center, tepatnya di Kourou.

Lokasi itu terletak di Amerika Selatan, diapit oleh dua negara yakni Brasil dan Suriname. Pusat peluncuran telah beroperasi sejak tahun 1968. Itu adalah salah satu wilayah yang dimiliki oleh Prancis. Lokasi itu dipilih karena letak geografisnya yang unik.

Dikutip dari Afar, lokasi Guiana atau Guyana Prancis dekat dengan garis khatulistiwa. Faktor lain adalah sebagian besar daerah tersebut tidak berpenghuni, jadi kalau terjadi kecelakaan hanya sedikit bahaya ditimbulkan pada penduduk setempat.

Awalnya, pusat peluncuran ini digunakan untuk meluncurkan roket Europa-II. Akan tetapi, kemudian roket Ariane juga bermarkas di tempat tersebut sejak 1989. 

4. Kegagalan peluncuran Ariane 5

https://www.youtube.com/embed/gp_D8r-2hwk

Roket Ariane dan semua keluarganya serta variannya, memang telah diakui sebagai salah satu roket peluncur luar angkasa yang memiliki banyak keberhasilan. Namun bukan berarti dari semua ratusan peluncurannya tidak mengalami kesalahan.

Khususnya untuk roket Ariane 5, ada beberapa kesalahan yang membuatnya tidak dapat mengantarkan satelit ke tujuannya di orbit Bumi. Kesalahan yang paling fatal terjadi pada bulan Juni 1996.

Dikutip dari Bugsnag, ketika Ariane 5 diluncurkan, 37 detik kemudian roket tersebut terbalik 90 derajat ke arah yang salah. Kurang dari 2 detik kemudian, gaya aerodinamisnya membuat booster robek pada ketinggian 4 kilometer.

Insiden tersebut kemudian memicu mekanisme penghancuran diri sehingga roket tersebut bersama satelitnya langsung meledak dilalap bola api hidrogen cair raksasa. Biaya peluncuran tersebut saat itu sekitar 370 juta dolar atau Rp5,3 triliun. Kegagalan itu menyebabkan penundaan penelitian ilmiah tentang cara kerja magnetosfer bumi selama 4 tahun. Penyebabnya adalah kesalahan sistem perangkat lunak.

5. Berapa biaya untuk menerbangkan satelit dengan roket Ariane 5?

5 Fakta Ariane 5, Roket Kelas Berat dari Eropa yang Mampu Bawa Satelitilustrasi roket (Pexels.com/SapceX)

Teknologi roket luar angkasa adalah teknologi yang mahal. Ini merupakan teknologi yang dianggap tercanggih saat ini. Oleh karena itu, biaya peluncuran roket juga terbilang sangat mahal.

Untuk pengiriman satelit menggunakan roket Ariane 5, menurut Seradata, pelanggan diperkirakan membayar sekitar 175 juta dolar atau sekitar Rp2,5 triliun. Namun dengan kemunculan SpaceX milik Elon Musk, pemilik roket peluncur mulai kebingungan.

Roket Falcon 9 milik Space X memilki biaya yang jauh lebih murah. Harga yang dipatok SpaceX adalah sekitar 67 juta dolar atau Rp962,5 miliar. Untuk roket Falcon Heavy dengan satelit super berat, SpaceX mematok harga 97 juta dolar atau Rp1,3 triliun.

Pada tahun 2019, Arianespace memutuskan untuk mengurangi harga peluncurannya hingga 40 persen demi persaingan ketat dengan SpaceX. Jadi diperkirakan pelanggan akan membayar sekitar 100-105 juta dolar atau Rp1,4 triliun hingga Rp1-5 triliun.

Meski sudah dipangkas, biaya peluncuran dengan Ariane 5 sepertinya tetap lebih mahal dibanding Falcon 9 milik SpaceX. Ini karena roket milik perusahaan Elon Musk itu adalah roket yang dapat digunakan kembali dan bukan roket sekali jalan seperti Ariane 5.

Bagaimana, apakah kamu berminat meluncurkan satelitmu sendiri atau justru terinspirasi untuk membuat roket peluncur yang bisa mendatangkan banyak uang seperti Elon Musk?

Baca Juga: Selain NASA, Ini 5 Lembaga Antariksa Negara lain yang Tak Kalah Hebat

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya