6 Fakta Menarik tentang Rasa Marah, Tidak Selalu Terlihat Agresif

Rasa marah bisa diekspresikan secara sehat

Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki berbagai emosi dalam dirinya, baik itu positif atau negatif. Salah satu emosi yang sering muncul adalah rasa marah. Biasanya, seseorang akan merasa marah jika mendapatkan stimulasi tertentu yang dianggap mengancam pertahanannya.

Namun, sebenarnya rasa marah ini bisa dialihkan menjadi sesuatu yang positif jika dikelola dengan benar. Memang butuh waktu dan latihan yang sering untuk mengendalikan kemarahan, tetapi hal itu bisa dilakukan.

Berikut fakta-fakta menarik tentang rasa marah yang ternyata tidak selalu negatif.

1. Marah diatur oleh bagian otak bernama amygdala

6 Fakta Menarik tentang Rasa Marah, Tidak Selalu Terlihat Agresifilustrasi seseorang yang merasa marah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

The Guardian dan Very Well Mind melansir, memori tentang berbagai emosi disimpan dalam struktur otak yang disebut dengan amygdala yang mengatur respons fight or flight atau insting pertahanan alami.

Saat terdapat stimulus berupa rasa marah, kelenjar adrenal melepas hormon stres seperti adrenalin dan testosteron ke seluruh tubuh. Keduanya akan memicu tubuh bersiap melakukan agresivitas fisik.

2. Rasa marah dipicu oleh berbagai faktor

6 Fakta Menarik tentang Rasa Marah, Tidak Selalu Terlihat Agresifilustrasi seorang anak yang sedang marah (pexels.com/RODNAE Productions)

Kemarahan yang timbul di satu situasi ternyata bisa jadi berasal dari akumulasi kejadian sebelumnya. Very Well Mind melansir, seseorang yang mengalami stres kronis, kecemasan, isolasi, atau mengalami kejadian trauma di masa lalu bisa cepat marah hanya karena hal sepele.

Oleh sebab itu, mengendalikan rasa marah dengan cara mencari tahu dengan pasti penyebab rasa marah dan menyelesaikan masalah tersebut dengan tuntas akan membuat diri menjadi lebih tenang dan terkendali.

Baca Juga: 5 Bahaya Psikologis Cheat Day, Jadi Cemas dan Merasa Bersalah

3. Kemarahan tidak selalu diungkapkan dengan agresivitas fisik

6 Fakta Menarik tentang Rasa Marah, Tidak Selalu Terlihat Agresifilustrasi seseorang yang sedang kesal (pexels.com/Craig Adderley)

Uniknya, output dari rasa marah ini tidak selalu dalam bentuk agresivitas fisik. Dilansir The Guardian, terdapat bagian otak yang disebut prefrontal cortex, bagian otak kedua, yang bertanggung jawab dalam pembuatan keputusan dan alasan.

Prefrontal cortex ini bisa membantu mengendalikan agresivitas fisik. Hasilnya, kemarahan tidak melulu diekspresikan dengan memukul atau meninju seseorang, tetapi bisa diganti dengan hal yang lebih bisa diterima secara sosial, misalnya mengumpat.

4. Perempuan dan laki-laki memiliki tingkat frekuensi kemarahan yang sama

6 Fakta Menarik tentang Rasa Marah, Tidak Selalu Terlihat Agresifilustrasi pasangan yang sedang bertengkar (pexels.com/Yan Krukov)

Jika ditanya siapa yang lebih sering marah, perempuan atau laki-laki, jawabannya adalah keduanya. The Guardian melansir, berdasarkan studi yang dilakukan oleh ilmuwan dari Southwest Missouri State University terhadap 200 perempuan dan laki-laki, diketahui bahwa frekuensi marah dan meluapkan kemarahan pada kedua jenis kelamin adalah sama.

Namun, ada sedikit perbedaan yaitu bahwa perempuan lebih mampu mengendalikan respons impulsif yang datang secara tiba-tiba saat marah dibandingkan dengan laki-laki. Oleh karena itu, laki-laki terlihat lebih sering marah.

5. Rasa marah bisa diekspresikan secara sehat

6 Fakta Menarik tentang Rasa Marah, Tidak Selalu Terlihat Agresifilustrasi seseorang yang sedang merenung (pexels.com/Alena Darmel)

Dilansir Very Well Mind, rasa marah berpotensi menjadi suatu emosi positif apabila digunakan untuk memecahkan masalah dan menyadari konflik. Seseorang harus belajar menyadari bahwa dirinya sedang marah dan harus mencari tahu faktor pemicu perasaan tersebut saat kondisi sudah membaik.

Supaya marah tidak menjadi beban yang tidak terselesaikan, emosi ini harus disalurkan dengan benar. Penyaluran emosi kemarahan yang sehat bisa dilakukan dengan cara menuliskan pemikiran, mencari tahu faktor pemicu kemarahan, membatasi diri dengan wajar, hingga konsultasi dengan terapis.

6. Meluapkan kemarahan kepada orang lain bukan pilihan bijak

6 Fakta Menarik tentang Rasa Marah, Tidak Selalu Terlihat Agresifilustrasi seseorang yang sedang sedih (pexels.com/Ivan Samkov)

Meluapkan kemarahan kepada seseorang justru akan membuat kita semakin merasa marah dan orang lain merasa tersakiti dan memicu orang tersebut juga memunculkan rasa marah terhadap kita.

Oleh sebab itu, hal terbaik yang bisa dilakukan saat marah adalah sebisa mungkin menenangkan diri terlebih dahulu. Jika sudah tenang, barulah mengurai apa yang sebenarnya menjadi pemicu marah yang utama.

Marah merupakan salah satu emosi yang wajar dikeluarkan oleh seseorang pada kondisi tertentu. Namun, meskipun normal, emosi ini harus bisa disadari dan dikendalikan karena ketika rasa marah tidak terkendali, seseorang cenderung akan melakukan kekerasan fisik. Oleh sebab itu, belajar untuk mengelola kemarahan harus bisa dilakukan agar tidak menyesal.

Baca Juga: 7 Eksperimen Penelitian Psikologis dengan Hasil Tragis, Miris!

Ratna Kurnia Ramadhani Photo Verified Writer Ratna Kurnia Ramadhani

Manusya mriga satwa sewaka.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya