Limbah Rokok Elektrik, Ancaman atau Potensi? 

Bagaimana kata para ahli?

Limbah elektronik adalah perangkat elektronik atau listrik yang sudah tidak terpakai. Peralatan elektronik bekas yang dimaksudkan untuk digunakan kembali, digunakan ulang, atau dijual kembali juga termasuk limbah elektronik. 

Penggunaan rokok elektrik yang makin populer menjadi kontribusi terhadap bertambahnya limbah elektrik di Indonesia. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah limbah rokok elektrik menjadi ancaman atau bisa menjadi potensi. 

Dalam rangka peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2022, topik menarik ini dibahas dalam acara diskusi online oleh Center for Youth and Population Research (CYPR) yang bertajuk "Limbah Rokok Elektrik: Ancaman atau Potensi?" pada Kamis (02/06/2022).

Acara ini menghadirkan beberapa narasumber. Di antaranya adalah Dedek Prayudi, B.A., M.Sc, selaku Direktur Eksekutif CYPR. 

1. Konsumsi rokok menjadi persoalan utama

Limbah Rokok Elektrik, Ancaman atau Potensi? ilustrasi rokok (unsplash.com/Andres Siimon)

Dedek memaparkan bahwa konsumsi rokok di keluarga dengan ekonomi rendah menjadi kebutuhan dasar dan sejajar dengan makanan. Ia juga menyebutkan bahwa proporsi rokok terbesar di Indonesia dipegang oleh kelompok sosial ekonomi terbawah.

Kelompok ini didominasi oleh mereka yang tidak pernah sekolah, tidak lulus SD, dan lulusan SD. Angka konsumsi rokok yang tinggi ini menjadi cikal bakal banyaknya penggunaan rokok elektrik yang kian meningkat. 

"Pengeluaran untuk rokok itu besarnya sama dengan sepertiga dari pengeluaran pakan secara keseluruhan atau dua setengah kali pengeluaran untuk kebutuhan listrik," Ucap Dedek. 

2. Adanya kenaikan jumlah limbah elektronik yang signifikan

Limbah Rokok Elektrik, Ancaman atau Potensi? ilustrasi kenaikan jumlah limbah elektrik di Asia oleh Dr. Dino Rimantho (IDN Times/Rifki Wuda Sudirman)

Narasumber lain, Dr. Dino Rimantho, S.T., M.T, selaku Dosen Teknik Industri di Universitas Pancasila mengatakan bahwa angka limbah elektronik mengalami peningkatan yang signifikan. Di Asia, satu orang bisa menyumbang 4,2 kilogram (kg) limbah elektronik setiap tahunnya. 

Kenaikan ini dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup. Faktor ini juga berlaku pada penggunaan rokok elektrik yang makin populer. 

"Ada faktor gaya hidup yang ingin berpindah dari rokok konvensional tembakau ke rokok alternatif" ujar Dr. Dino. 

3. Apakah rokok elektrik lebih baik daripada rokok konvensional?

Limbah Rokok Elektrik, Ancaman atau Potensi? ilustrasi rokok elektrik (unsplash.com/Vaporesso)

Dari sebuah riset, Dedek menjelaskan bahwa rokok elektrik tetap bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Akan tetapi, rokok elektrik memiliki kadar senyawa kimia berbahaya yang lebih sedikit hingga 90 persen dibandingkan dengan rokok biasa.

Hal ini bisa terjadi karena proses pemanasan rokok elektrik tidak menggunakan metode pembakaran. Selain itu, perbedaan signifikan lainnya adalah rokok elektrik tidak mengandung tar. 

"Pada produk tembakau yang dipanaskan atau PTA tidak terdapat tar. Tar ini adalah kandungan yang paling meningkatkan risiko bagi kesehatan," kata Dedek.

Baca Juga: 6 Praktik Kanibalisme dalam Sejarah Manusia, Menyeramkan!

4. Perlu adanya regulasi yang jelas

Limbah Rokok Elektrik, Ancaman atau Potensi? ilustrasi regulasi oleh CYPR (IDN Times/Rifki Wuda Sudirman)

Terkait penggunaan rokok elektrik, Dedek menyatakan bahwa tarik-menarik argumen antara kesehatan dan ekonomi sering kali menyebabkan kekosongan regulasi untuk Produk Tembakau Alternatif (PTA).

Ia mengatakan bahwa diperlukan kepastian hukum yang jelas untuk menurunkan angka prevalensi merokok di Indonesia, sekaligus menciptakan solusi yang ramah lingkungan. 

Walaupun penggunaan rokok elektrik menimbulkan limbah elektronik, Dedek mengatakan bahwa limbah elektronik memiliki potensi untuk didaur ulang. Hal ini juga diperkuat dengan program riset terbaru dari Kementerian Perindustrian. 

"Kita paham bahwa riset R&D berbiaya mahal, sehingga perlu adanya kepastian hukum, kerangka regulasi yang mendukung pertumbuhan industri serta skema insentif dan disentif agar pertumbuhan terus bergerak ke arah positif,” urai Dedek.

5. Ancaman atau potensi?

Limbah Rokok Elektrik, Ancaman atau Potensi? ilustrasi rokok elektrik (unsplash.com/Romain Blu)

Dari diskusi yang telah dilakukan, para narasumber sepakat bahwa penggunaan rokok elektrik bisa menjadi potensi. Hal ini karena produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih sedikit bagi kesehatan maupun lingkungan. 

Untuk dampak pada lingkungan, Dedek menjelaskan sudah ada produsen rokok elektronik yang menerapkan skema 3R, yaitu Reuse, Recycle, dan Reduce. Keunggulan rokok elektronik ini bisa menjadi potensi untuk mengurangi prevalensi merokok di Indonesia. 

Potensi ini tentunya membutuhkan regulasi dan peraturan yang jelas terkait dengan ekosistem rokok elektrik. 

"Produsen-produsen juga sudah memulai pengembangan bahan baku mod yang disposable yang di mana bahan tersebut ramah lingkungan." kata Dedek. 

Itulah isu seputar limbah elektronik, termasuk rokok elektrik. Penggunaan rokok elektrik tentunya harus disertai dengan kesadaran risiko kesehatan dan lingkungan. Tetap waspada akan dampak yang ditimbulkan dan jangan menggunakannya dalam jumlah berlebihan. 

Baca Juga: Menyeramkan, 5 Hewan 'Zombi' yang Ada di Dunia Nyata

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya