Masih Diuji Coba, Lift Luar Angkasa Ditarget Bakal Meluncur pada 2050

#SainSeru Wah, makin mudah untuk menuju luar angkasa nih!

Mengapa harus bersusah payah meluncurkan roket ke orbit Bumi, kalau kita dapat secara mudah mencapainya menggunakan lift? 

Pertanyaan ini adalah titik fokus dalam sebuah novel fiksi ilmiah yang ditulis oleh Arthur C. Clarke pada tahun 1979 dengan judul “The Fountains of Paradise”. Sejak saat itu, konsep tentang lift luar angkasa ini telah menjadi rujukan, baik dalam kisah fiksi ilmiah, maupun konsep eksplorasi antariksa di masa depan.

Pada dasarnya, sebuah lift luar angkasa akan terdiri dari seutas kabel yang ditarik dari permukaan Bumi (Earth Port), memanjang sekitar 35.000 km ke orbit geosynchronous, sebuah titik akhir yang akan bergerak selaras dengan rotasi Bumi dan tetap berada di atas titik Earth Port sepanjang waktu.

Dibandingkan roket, lift luar angkasa akan membuat perjalanan ke luar angkasa menjadi lebih mudah dan murah, untuk memuat kargo logistik dan mengantarkan orang.

Tapi, memang harus dibuat terlebih dahulu. Dan, untuk dapat terwujud harus diuji coba.

1. Uji coba pertama kali dalam sejarah

Masih Diuji Coba, Lift Luar Angkasa Ditarget Bakal Meluncur pada 2050Obayashi Corporation

Dilansir dari popularmechanics.com, para peneliti di Universitas Shizuoka bekerja sama dengan Badan Antariksa Jepang (JAXA), akan memulai uji coba pertama lift luar angkasa dalam versi miniatur.

Uji coba sederhana dalam skala kecil ini merupakan sebuah langkah awal untuk mewujudkan lift yang akan secara mudah mengantarkan kita ke luar angkasa. Miniatur lift luar angkasa merupakan sebuah kotak kecil dengan panjang 6 cm, lebar 3 cm, dan tinggi 3 cm tinggi. 

Kotak ini akan bergerak di seutas kabel sepanjang 10 meter yang ditambatkan pada dua buah CubeSat (satelit mini) yang mengorbit di atas Bumi. Pergerakan kotak akan dimonitor menggunakan kamera di dalam satelit.

Perusahaan konstruksi asal Jepang, Obayashi, yang bekerja sama dengan Universitas Shizuoka, telah menetapkan tujuan untuk dapat membuat lift luar angkasa pada tahun 2050 selama bertahun-tahun. Ketika perusahaan tersebut mengumumkan rencananya pada tahun 2014, dikatakan bahwa “tingkat teknologi saat ini belum cukup untuk mewujudkan konsep tersebut, tetapi rencana yang disusun realistis.”

Rencana tersebut melibatkan pembuatan kabel lilitan dari bahan karbon nanotube sepanjang 96.000 kilometer, sebuah ‘Earth Port’ berdiameter 400 meter di permukaan, dan sebuah counter-weight (beban pengimbang lift) seberat 12.500 ton di luar angkasa. 

Karbon nanotube memiliki daya tarik yang lebih kuat daripada baja, dan akan dengan mudah menahan beban kabin lift, meskipun belum pernah dibuat atau diuji pada skala sebesar itu.

2. Keuntungan finansial lift luar angkasa

Masih Diuji Coba, Lift Luar Angkasa Ditarget Bakal Meluncur pada 2050extremetech.com

Lift luar angkasa akan secara permanen mengubah cara manusia untuk meninggalkan planet Bumi. Akan jauh lebih mudah dan murah, jika mengantarkan muatan kargo ke orbit di atas Bumi, menggunakan lift luar angkasa daripada menggunakan roket. Perjalanan antariksa pun akan menjadi lebih umum.

Meskipun kesulitan untuk membangun lift semacam itu sangat besar, potensi keuntungan finansial juga sama besarnya. Studi awal berdasarkan hipotesis telah memperkirakan bahwa lift luar angkasa hanya akan membutuhkan biaya pemindahan kargo ke luar angkasa sebesar 100 U.S. dolar setiap 1 pon.

Dibandingkan biaya peluncuran saat ini yang mencapai antara 10.000-40.000 U.S. dolar untuk setiap 1 pon. Selisih biaya sebesar itu akan memiliki potensi untuk secara radikal menurunkan biaya perjalanan ke luar angkasa.

3. Tantangan untuk mewujudkan lift luar angkasa

Masih Diuji Coba, Lift Luar Angkasa Ditarget Bakal Meluncur pada 2050bbc.com

Alasan teknis tersulit adalah tentang bagaimana kekuatan seutas kabel dari permukaan Bumi yang ditarik ke atas titik orbit di luar angkasa, harus lebih ringan dan lebih kuat daripada seluruh material yang ada saat ini karena tekanan ekstrem yang akan dihadapi.

Karbon nanotube, material yang dianggap paling layak untuk kabel lift luar angkasa, ternyata tidak cukup stabil apabila digunakan dalam waktu yang sangat lama. Ikatan heksagonal yang membuat karbon nanotube begitu kuat, akan tercerai-berai jika direntangkan sejauh itu. Hingga saat ini, para ilmuwan hanya memproduksi karbon nanotube dengan panjang beberapa cm dan lebar satu nanometer.

Karbon nanotube telah dikembangkan selama dua dekade, karena berpotensi untuk menggantikan silikon dalam chip komputer. Meskipun perusahaan komputer di seluruh dunia hanya meneliti sifat-sifat listrik nanotube, bukannya sifat-sifat mekanik seperti yang diharapkan untuk kabel lift luar angkasa.

Namun, semua perhatian yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan besar akan membantu menyelesaikan permasalahan produksi massal karbon nanotube.

4. Bagaimana pun, proyek besar ini membutuhkan waktu untuk bisa terwujud

Lift luar angkasa bergantung sepenuhnya pada pengembangan karbon nanotube, meskipun penelitian saat ini hanya memprioritaskan penggunaannya untuk telepon seluler. Tapi, selalu ada kesempatan bagi ‘kuda hitam’ untuk menyalip perkembangan teknologi karbon nanotube sebagai material impian mewujudkan konstruksi lift luar angkasa.

Memang membutuhkan waktu yang lama, setidaknya hingga tahun 2050. Kalau sudah berhasil dibuat, siapa yang berani naik?

Baca Juga: 15 Penemuan Terbesar Spitzer selama 15 Tahun Misi di Luar Angkasa

Ruang Angkasa Luas Photo Verified Writer Ruang Angkasa Luas

Informasi astronomi untuk menambah pengetahuan kita tentang Alam Semesta dan upaya eksplorasi ruang angkasa luas sebagai rumah kedua manusia di masa depan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya