Nasa Kembangkan Technosignatures untuk Meneliti Peradaban Asing

Apakah kita sendirian di Alam Semesta?

Tahun ini, timbul minat baru dari Kongres Amerika Serikat, yang memerintahkan NASA untuk mulai mendukung pencarian secara ilmiah terhadap technosignatures, sebagai bagian dari pencarian kehidupan di luar Bumi.

Untuk memenuhi mandat yang diberikan Kongres, Badan Antariksa Amerika Serikat ini telah menjadi tuan rumah acara NASA Technosignatures Workshop di Houston pada bulan September 2018. Tujuannya untuk menilai keadaan faktual di lapangan saat ini, jalan yang paling menjanjikan dalam penelitian di bidang technosignatures, dan juga dapat menjadi investasi untuk memajukan sains.

Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi bagaimana NASA dapat mendukung upaya ini melalui kemitraan dengan organisasi swasta dan filantropis.

Lonjakan pengetahuan tentang planet yang mengorbit bintang selain Matahari, atau eksoplanet, dan hasil penelitian selama puluhan tahun tentang tanda-tanda kehidupan (biosignatures), telah mendorong NASA untuk turut mengambil peran.

Mereka dengan cara yang ketat secara ilmiah, untuk menjawab pertanyaan klasik, apakah manusia sendirian di Alam Semesta? Selain mencari bukti kehidupan mikroba, NASA kini mengeksplorasi cara-cara baru untuk mencari bentuk kehidupan yang cukup maju dan mampu menciptakan teknologi.

1. Apa itu technosignatures?

Nasa Kembangkan Technosignatures untuk Meneliti Peradaban Asingiflscience.com

Technosignatures adalah tanda atau sinyal, yang jika terdeteksi, akan memungkinkan kita untuk menyimpulkan keberadaan bentuk kehidupan cerdas berteknologi maju di tempat lain di Alam Semesta. Technosignature yang paling dikenal adalah sinyal radio, meskipun masih ada berbagai sinyal yang belum sepenuhnya dieksplorasi.

Istilah technosignatures memiliki makna yang lebih luas daripada sekadar upaya yang telah dilakukan melalui “search for extraterrestrial intelligence” atau SETI, yang secara umum terbatas pada mendeteksi sinyal-sinyal komunikasi peradaban asing.

Technosignatures seperti emisi radio atau laser, tanda-tanda struktur kontruksi berskala besar atau polusi udara yang memenuhi atmosfer bisa menyiratkan bentuk kehidupan asing yang cerdas.

Dalam beberapa dekade terakhir, sektor swasta dan filantropis telah melakukan penelitian ini. Mereka telah menggunakan metode seperti mencari pola dalam gelombang radio frekuensi rendah menggunakan teleskop radio.

Pendeteksian techosigantures melalui gelombang radio cenderung mengacu pada sinyal narrow-band atau pita saluran sempit, yang hanya tersebar di sebagian kecil panjang gelombang radio dari spektrum elektromagnetik, tidak lebih dari beberapa hertz lebarnya.

Sebagai perbandingan, noise atau derau yang berasal dari galaksi, quasar, pulsar dan entitas kosmik lainnya, biasanya meluas di pita spektrum yang lebar. Oleh karena itu derau dari narrow-band bisa menjadi tanda sebuah transistor yang dibuat oleh sebuah peradaban asing yang telah maju.

2. Mengapa NASA sekarang mulai mencari technosignatures?

Nasa Kembangkan Technosignatures untuk Meneliti Peradaban Asingiflscience.com

Upaya untuk mendeteksi kehidupan berteknologi maju telah dilakukan sejak awal abad ke-20, sebelum era antariksa, yang pertama kali dilakukan dengan cara memprediksi kemungkinan komunikasi antarplanet. Karya teoritis yang mempostulasikan kemungkinan komunikasi menggunakan sinyal gelombang radio dan gelombang mikro di galaksi kita, mengantarkan percobaan “mendengarkan” kosmos pertama pada tahun 1960-an.


 

SETI Institute mungkin adalah organisasi nirlaba paling terkenal yang mendedikasikan diri untuk memantau radiasi elektromagnetik sebagai tanda technosignatures. Sebagian besar upaya SETI difokuskan untuk menganalisis gelombang radio dengan harapan menemukan sinyal yang merupakan produk dari kecerdasan asing, walaupun belum membuahkan hasil.


 

Sejauh ini, upaya yang dilakukan hanya berhasil mendeteksi satu sinyal pada tahun 1977, dan tidak secara definitif dijelaskan sebagai fenomena alam karena asal sinyal masih belum jelas. Sinyal misterius tersebut, yang juga dikenal sebagai “Wow!signal” adalah deteksi gelombang radio narrow-band selama 72 detik.

Sinyal ini berasal dari wilayah langit tanpa bintang dan planet, serta tidak pernah terdeteksi lagi, meskipun telah dilakukan lebih dari 50 pengamatan di wilayah yang sama beberapa dekade berikutnya.


 

Sedangkan program SETI yang dilakukan NASA berakhir pada tahun 1993, karena Kongres mengalami defisit anggaran dan berkurangnya dukungan politik, sehingga membatalkan pendanaan untuk upaya survei gelombang mikro resolusi tinggi di ruang angkasa.

Sejak itu, upaya NASA telah diarahkan untuk memajukan pemahaman mendasar kita tentang kehidupan itu sendiri, asal-usulnya dan habitabilitas objek-objek kosmik lain di Tata Surya dan galaksi Bima Sakti.


 

Minat baru terhadap technosignatures kembali meluap, setelah Kongres terpacu oleh penemuan bahwa galaksi kita melimpah dengan planet. Termasuk penemuan sebuah bintang oleh teleskop antariksa Kepler milik NASA pada tahun 2015 tentang fluktuasi tak beraturan dalam hal kecerahan, yang kemudian dikenal sebagai Bintang Tabby, telah menyebabkan spekulasi sebuah megastruktur yang dibangun oleh peradaban asing.


 

Meskipun kemudian para ilmuwan telah menyimpulkan bahwa awan debu di sekitar bintang Tabby ini adalah penyebab dari fluktuasi kecerahan. Namun bintang Tabby telah menunjukkan potensi pencarian anomali melalui serangkaian data yang dikumpulkan dari misi antariksa, karena tanda-tanda kehidupan berteknologi maju juga awalnya dapat terdeteksi sebagai anomali.

3. Bagaimana cara NASA menemukan technosignatures?

Nasa Kembangkan Technosignatures untuk Meneliti Peradaban AsingYoutube.com/John Michael Godier

Sejak awal peradaban, umat manusia selalu menanyakan apakah kita sendirian di Alam Semesta. Meskipun Alam Semesta adalah tempat yang luas, dengan planet-planet yang tak terhitung jumlahnya, namun kita tetap tidak memiliki bukti nyata keberadaan kehidupan di luar Bumi.

Rasa frustrasi dan ketidakmampuan kita untuk mendeteksi kehidupan di luar Bumi secara sempurna dirangkum dalam paradoks Fermi, jika kondisi yang dapat mendukung keberlangsungan kehidupan begitu umum di seluruh kosmos, lalu di manakah mereka?


 

Perdebatan tentang probabilitas menemukan sinyal dari bentuk peradaban maju juga sangat bervariasi. Pada tahun 1961, seorang astronom bernama Frank Drake membuat rumus yang memperkirakan potensi jumlah peradaban cerdas di sebuah galaksi, yang disebut persamaan Drake, dan memperoleh angka 10.000. Sebagian besar variabel dalam persamaan Drake adalah perkiraan kasar dan penuh dengan ketidakpastian.


 

Meski sejauh ini belum membuahkan hasil, pencarian kehidupan di luar Bumi mungkin telah berada pada sebuah titik balik. NASA telah menyatakan komitmennya untuk mengambil peran, dan akan terus mengevaluasi upaya penelitian yang menjanjikan saat ini dalam hal technosignatures dan menyelidiki di mana investasi dapat dilakukan untuk memajukan sains.


 

NASA akan terus memperkuat penjelajahan Tata Surya dan melampauinya untuk membantu menjawab pertanyaan klasik, apakah kita sendirian di Alam Semesta. Dari mempelajari kandungan air di Mars, menyelidiki “dunia-dunia lautan” yang menjanjikan seperti Europa, bulan Jupiter, atau Enceladus, bulan Saturnus, kita dapat mencari biosignatures di atmosfer eksoplanet lainnya, misi sains NASA mengiringi tujuan utama untuk menemukan tanda-tanda kehidupan di luar Bumi secara ilmiah.


 

Dan, mungkin saja tanda-tanda kehidupan yang ditemukan, akan lebih maju secara teknologi daripada kita. Sangat menarik!

Baca Juga: 3 Eksperimen NASA yang Menjadikan Transportasi Udara Massal Lebih Baik

Ruang Angkasa Luas Photo Verified Writer Ruang Angkasa Luas

Informasi astronomi untuk menambah pengetahuan kita tentang Alam Semesta dan upaya eksplorasi ruang angkasa luas sebagai rumah kedua manusia di masa depan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya