5 Bukti Olahraga di Amerika Serikat Lebih Sosialis Dibanding Eropa

Menerapkan sistem kompetisi terbuka 

Amerika Serikat adalah negara yang menganut sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ini memungkinkan dan mendorong orang untuk melakukan privatisasi yang pada akhirnya bermuara pada kegiatan akumulasi modal/sumber daya dan kekayaan. 

Ideologi ini bisa dilihat dengan kasat mata lewat budaya konsumerisme yang tinggi hingga minimnya intervensi pemerintah pada harga yang berlaku di pasar. Menariknya, hal ini justru tak tampak pada klub-klub olahraga asal Amerika Serikat. Beda dengan Eropa yang sistem kompetisinya subur karena komersialisasi dan mendukung terjadinya kesenjangan finansial, Amerika Serikat justru mengampanyekan kesetaraan dan keterbukaan akses. 

Berikut beberapa hal yang membuktikan bahwa sistem olahraga Amerika Serikat lebih sosialis dibanding Eropa.

1. Tidak ada relegasi dan promosi

5 Bukti Olahraga di Amerika Serikat Lebih Sosialis Dibanding Eropapara pemain New York City FC merayakan kemenangan (instagram.com/nycfc)

Melansir Derek Thompson dari The Atlantic, turnamen atau liga tahunan di Amerika Serikat tidak menerapkan sistem relegasi dan promosi. Ini berlaku di hampir semua cabang olahraga termasuk National Football League (NFL), National Basketball Association (NBA), dan Major League Soccer (MLS). 

Semua tim bermain dalam satu kasta yang sama. Ini dimungkinkan karena jumlah tim yang tidak sepadat di Eropa. NFL (setelah merger dengan AFL) hanya terdiri dari 32 tim, 30 tim di NBA, dan MLS hanya punya 28 tim. Bila ada divisi atau pembagian, semuanya dibuat berdasarkan wilayah saja.

Absennya promosi dan relegasi ini memastikan tidak ada kesenjangan mencolok antara tim yang sering menang dan tidak dari segi ekonomi. Bedakan dengan liga Eropa yang memperkaya klub besar lewat hadiah dan okupansi penonton dan sebaliknya menjerumuskan tim kecil ke dalam krisis finansial lewat relegasi.

Data yang dihimpun Bloomberg dari tahun 2000--2021 membuktikan bahwa keragaman tim yang berhasil memenangkan kejuaraan atau turnamen di Amerika Serikat lebih tinggi dibanding negara-negara Eropa seperti Italia, Inggris, Jerman, dan Spanyol. Artinya sistem kompetisi mereka lebih terbuka dan setara, tidak banyak tim yang mendominasi.

2. Mayoritas atletnya diambil dari sekolah dan universitas, bukan akademi

5 Bukti Olahraga di Amerika Serikat Lebih Sosialis Dibanding Eropapara atlet tim football Los Angeles Rams di sesi latihan (instagram.com/rams)

Hal lain yang menarik dari sistem olahraga Amerika adalah caranya menjaring bakat. Untuk bisa menjadi atlet profesional di Eropa, seseorang biasanya harus mendaftarkan diri sebagai murid akademi olahraga yang terpisah dari sekolah formal biasa. Umumnya, akademi ini terafiliasi dengan klub olahraga profesional dan tentunya mengharuskan mereka untuk membayar biaya pendidikan. 

Di Amerika Serikat, untuk menjadi atlet, seseorang bisa memulainya dari bangku sekolah saja, termasuk sekolah negeri yang tidak memungut biaya alias gratis untuk semua orang. Dari sini, mereka akan diarahkan untuk melanjutkan karier olahraga mereka di perguruan tinggi. Barulah di perguruan tinggi ini mereka mulai direkrut tim-tim profesional, bahkan tim nasional.

Artinya, semua orang memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk bisa menjadi atlet profesional terlepas dari kondisi finansial mereka. Pendidikannya bisa diakses secara gratis dan banyak beasiswa perguran tinggi yang ditawarkan untuk murid SMA yang berbakat di bidang olahraga.

Meski begitu, tak bisa dimungkiri bahwa Amerika Serikat juga membebaskan kemunculan sekolah-sekolah swasta berbayar di negaranya. Melansir tulisan Frank Bodani di Associated Press, sekolah-sekolah swasta memiliki fasilitas yang lebih baik dan akses yang lebih luas. Hal ini bisa menjadi ancaman untuk kesetaraan dan keadilan akses untuk calon atlet dari kalangan kelas menengah ke bawah yang hanya mampu bersekolah di institusi negeri.

Baca Juga: FFP Bakal Dihapus, UEFA Bakal Berlakukan Salary Cap

3. Memberlakukan salary cap atau batasan gaji tertinggi dan terendah untuk pemain 

5 Bukti Olahraga di Amerika Serikat Lebih Sosialis Dibanding Eropasuasana pertandingan NBA (instagram.com/chicagobulls)

Amerika Serikat adalah negara pertama di dunia yang memberlakukan sistem salary cap atau batas maksimal dan minimal gaji yang bisa diterima atlet profesional. Merujuk Dietl dkk. dalam riset mereka yang berjudul 'Organizational Differences between U.S. Major Leagues and European Leagues: Implications for Salary Caps', NBA adalah liga profesional pertama yang memberlakukan kebijakan tersebut, tepatnya pada musim 1984/1985.

Regulasi ini kemudian menyebar ke berbagai cabang olahraga lain, termasuk hoki, baseball, dan sepak bola. Sementara itu, UEFA sebagai asosiasi sepak bola tertinggi di Eropa baru mengadopsi  kebijakan finansial serupa pada 2022. Melansir France24, regulasi ini akan menggantikan Financial Fair Play (FFP) yang sudah pernah dibuat pada 2010. 

Alasan keterlambatan pemberlakuan salary cap di Eropa adalah tingkat diversitas yang tinggi dari segi kondisi finansial tiap negara. Namun, pada akhirnya kesenjangan antarklub sudah telanjur terpupuk subur.

4. Semua tim dapat penghasilan yang sama dari hak siar 

5 Bukti Olahraga di Amerika Serikat Lebih Sosialis Dibanding Eropapara pemain tim sepak bola Columbus Crew (instagram.com/columbuscrew)

Penghasilan dari hak siar adalah salah satu sumber pendapatan terbesar dalam kompetisi olahraga. Di Amerika Serikat revenue dari hak siar dibagi rata untuk tiap tim, tak peduli seberapa buruk atau bagus performa mereka. Dengan begitu, diharapkan tidak ada diskrepansi pendapatan yang mencolok. 

Ini tidak terjadi di negara-negara Eropa, seperti Inggris dan Spanyol, misalnya. Merujuk The Guardian, hingga musim 2015/2016, urusan hak siar pertandingan di LaLiga adalah wewenang klub masing-masing. Hal ini tentu menguntungkan klub-klub besar, macam Real Madrid dan Barcelona. Kebijakan ini akhirnya diubah dan LaLiga mengekor regulasi hak siar Premier League dan Serie A.

Meski hak siar untuk ketiga liga sepak bola terpopuler tersebut dikelola oleh satu badan sentral, hasilnya tidak seratus persen dibagikan rata pada tiap tim. Seperti yang dipublikasikan situs resmi Premier League, hanya 50 persen pendapatan hak siar yang dibagi rata ke semua klub. Sebanyak 25 persen lainnya diberikan sesuai dengan posisi mereka di klasemen akhir dan 25 persen sisanya dialokasikan untuk mengganti biaya fasilitas penyiaran.

Serie A dan LaLiga kurang lebih juga menerapkan mekanisme pembagian yang sama, yaitu dengan menyertakan prestasi sebagai salah satu penentu jumlah pendapatan yang didapat sebuah tim tiap musimnya.

5. Persaingan lebih terasa di level pemain, bukan antarklub

5 Bukti Olahraga di Amerika Serikat Lebih Sosialis Dibanding Eropapertandingan basket antara Golden State Warriors dan LA Lakers (instagram.com/warriors)

Thompson menyoroti bahwa persaingan dalam sistem olahraga di Amerika Serikat bukanlah antarklub, tetapi lebih terasa antarpemain atau atlet. Pemain dituntut memberikan performa terbaik agar bisa mentas dari Amateur Athletic Association (AAA) dan bermain di liga profesional. Sebelum ada komersialisasi, aspek inilah yang menjadi esensi dalam sebuah kompetisi olahraga.

Persaingan di level pemain yang awalnya fokus pada performa perlahan terdampak pula oleh pasar bebas. Seperti yang disoroti Kevin Clark tulisannya yang berjudul 'Welcome to College Football’s Free Market' di The Ringer, performa dan popularitas pemain secara alamiah bekerja bak magnet bagi perusahaan-perusahaan komersial untuk melancarkan strategi-strategi pemasaran.

Selama ini Amerika Serikat melarang atlet yang terafiliasi dengan universitas untuk melakukan monetisasi terhadap nama dan citranya. Namun, kebijakan tersebut dicabut oleh The National Collegiate Athletic Association (NCAA). Dengan perubahan ini, bukan tidak mungkin ke depannya olahraga Amerika Serikat akan diwarnai kompetisi sponsorship.

Kebijakan tersebut masih jadi perdebatan di Amerika Serikat. Di sisi lain, ia bisa mengancam moral dan sportivitas atlet-atlet kampus yang masih merintis karier. Namun, di sisi lain memberikan kesempatan bagi mereka untuk bisa membiayai hidup dan pendidikannya.

 

Regulasi yang condong sosialis dalam sistem olahraga Amerika Serikat ini tidak selamanya dilihat sebagai satu hal yang positif. Meski terbukti memberikan kesempatan yang luas untuk semua kalangan serta mengurangi risiko komersialisasi berlebihan, ia membuat turnamen olahraga di Amerika terasa kurang kompetitif.

Baca Juga: 5 Pemain NBA Terbaik dari NBA Draft 2015, Ada Devin Booker!

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Atqo

Berita Terkini Lainnya