Suka-Duka Siswa Sekolah Atlet Ragunan, Uang Sakunya Suka Dirapel!

Tempat atlet digembleng hingga menjadi bintang olahraga

Jakarta, IDN Times - Asian Games dan Asian Para Games 2018 sudah berakhir. Namun demamnya masih terasa hingga kini. Dalam dua hajatan olahraga terbesar di Asia tersebut, Indonesia menorehkan prestasi hebat dengan meraih banyak medali emas.

Di ajang Asian Games 2018, Indonesia mengoleksi 31 medali emas, 24 medali perak, dan 43 medali perunggu dari 40 cabang olahraga yang dipertandingkan. Ini menjadi prestasi tertinggi yang pernah diraih Indonesia di ajang Asian Games.

Sementara di ajang Asian Para Games, Indonesia merebut 37 medali emas, 47 perak, dan 51 perunggu. Ini pun menjadi catatan terbaik yang pernah ditorehkan Indonesia di ajang Para Games. 

Namun, tentu saja, capain luar biasa tersebut tak datang dalam sehari. Para alet peraih medali tersebut telah berlatih bertahun-tahun sebelum akhirnya merebut medali. Nah, untuk melihat bagaimana para alet atlet digembleng, yuk kita tengok Sekolah Alet di Ragunan, Jakarta Selatan! 

1. Sekolah atlet terdiri dari SMP dan SMA

Suka-Duka Siswa Sekolah Atlet Ragunan, Uang Sakunya Suka Dirapel!IDN Times/Fitang Budhi

Tentu para atlet yang berprestasi tersebut tidak lahir begitu saja untuk menjadi juara, melainkan berdasarkan latihan, kerja keras, dan dukungan semua pihak. Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan merupakan salah satu tempat yang banyak melahirkan atlet hebat.

Sekolah ini didirikan pada tanggal 17 Januari 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin. Ia terinspirasi setelah melakukan kunjungan kerja ke Meksiko dan melihat adanya pemusatan belajar para atlet agar mereka tetap mendapat pendidikan formal dan tetap bisa berprestasi di setiap cabang olahraga yang mereka tekuni.

“Akhirnya dibentuk SMP dan SMA Ragunan ini untuk memfasilitasi atlet usia pelajar, dan pelajarnya ini tidak hanya dari Jakarta tapi dari Sabang sampai Marauke,” ujar PLT Kepala Sekolah SKO Ragunan, Sularno kepada IDN Times beberapa waktu yang lalu.

Baca Juga: Ini 5 Hal yang Bisa Dipetik dari Perjuangan Atlet Asian Para Games

2. Rekrutmen dilakukan Kemenpora dan Dinas Olahraga DKI Jakarta

Suka-Duka Siswa Sekolah Atlet Ragunan, Uang Sakunya Suka Dirapel!IDN Times/Fitang Budhi

Untuk bisa menjadi siswa di SKO Ragunan gak mudah, lho. Sebab calon siswa dituntut memiliki prestasi yang tinggi. Selain itu mereka lebih banyak dipilih. Sehingga bisa dibilang mereka adalah siswa-siswi pilihan.

Mereka, misalnya, harus melewati beberapa tahap seleksi, di antaranya kemampuan dalam bidang olahraga masing-masing, harus melewati tes kesehatan, tes psikologi. Sedangkan untuk siswa yang dikirim langsung dari Kemenpora adalah siswa yang berprestasi dalam cabang olahraga minimal setingkat provinsi.

“(SKO) Ragunan ada 2 pengirim (atlet) yang satu Menpora yang mencari atlet dari Sabang sampe Marauke dan Dinas Olahraga DKI Jakarta. Seleksinya ada 3 tahap yaitu skill, kesehatan psikologi. Klo dari Kemenpora minimal atlet tersebut adalah juara di tingkat Provinsi,” jelasnya.

3. Meskipun jadi atlet, namun porsi belajar tetap diutamakan

Suka-Duka Siswa Sekolah Atlet Ragunan, Uang Sakunya Suka Dirapel!IDN Times/Fitang Budhi

Guru Kimia yang telah mengajar selama 18 tahun di SKO Ragunan ini mengatakan, porsi belajar dan latihan para atlet di sekolah tersebut adalah 45:55 di mana pendidikan formal yang sesuai dengan kurikulum terbaru juga tidak dikesampingkan oleh mereka sebagai para pengajar.

“Namun, porsi belajar mereka berkurang kalau ada event karena akan banyak persiapan. Siswa kalau ada rekomendasi dari pelatih untuk mewakili daerahnya selalu kita izinkan, jadi kita gak pernah nolak dispensasi dari para pelatih untuk izin dari belajar di kelas,” pungkasnya.

4. Para siswa mendapat uang saku dari pemerintah

Suka-Duka Siswa Sekolah Atlet Ragunan, Uang Sakunya Suka Dirapel!IDN Times/Fitang Budhi

Lebih jauh Sularno menjelaskan, pola belajar dan latihan para siswa telah diatur sedemikian rupa agar berimbang dan tidak membuat bosan.

“Jadi mereka bangun pagi latihan dulu, jamnya gak sama, tergantung cabang olahraganya tapi paling pagi dimulai dari jam 05.00-07.30 WIB. Mulai belajar di kelas itu dari jam 08.30 sampai jam 12.00 WIB. Setelah itu mereka latihan lagi jam 14.00-17.00 WIB,” terangnya.

Sularno mengatakan jumlah siswa di sekolah ini ada 525 orang. Mereka menekuni 21 cabang olaharaga. Sekolah ini juga memberlakukan sistem degradasi. "Jadi kalau mereka gak berkembang dalam prestasi olahraganya, gak pernah dapet juara, itu didegradasi,” jelasnya.

SKO Ragunan juga mengirim siswa mereka bertanding di ajang Asian Games 2018 kemarin lho. Salah satunya yang paling banyak dikenal adalah sang juara dunia atletik junior di Finlandia pada 11 Juli 2018 lalu yaitu Lalu Muhammad Zohri.

“Ada yang diambil untuk Asian Games 2018 siswa kita, yaitu Muhammad Alfiansyah cabang judo DKI kelas XII IPA, dari cabang senam ada Mutia Nur Cahya kelas XI IPA I, Idan Fauzan Richan loncat galah kelas XII IPA, Lalu Muhammad Zohri kelas XII IPS,” ungkapnya.

5. Suka dan duka jadi jadi siswa di SKO Ragunan

Suka-Duka Siswa Sekolah Atlet Ragunan, Uang Sakunya Suka Dirapel!IDN Times/Fitang Budhi

Fahri Suryansyah (17), siswa kelas XII IPS 3, mengatakan dirinya sangat menikmati sekolah di sini karena sangat mendukung prestasinya dalam bidang olahraga lontar martil.

“Lebih enak karena waktu (belajar) dikurangi karena pagi latihan bangun subuh langsung selesai. Setelah itu persiapan buat sekolah. Istirahat 2 jam, latihan lagi sampai magrib. Sekolahnya Senin sampai jumat aja,” kata Fahri.

Siswa yang telah merebut berbagai macam medali, antara lain Asean Youth di Filipina pada 2017 silam ini mengatakan sudah mulai bersekolah di SKO Ragunan sejak kelas VIII atau 2014 silam. Target remaja bertubuh bongsor ini memecahkan rekor di Kejurnas pada tahun 2019.

Cerita lain juga datang dari Ilman Hanif (15). Siswa kelas XI IPA ini merupakan atlet Judo hasil binaan Kemenpora. Ia mengatakan hal yang kurang menyenangkan menjadi siswa di SKO Ragunan adalah kurangnya waktu bermain bersama teman-teman karena harus fokus belajar dan berlatih.

“Senangnya di sini kita gak bebani orangtua, dapet uang saku kalau gak enaknya uang saku suka telat di rapel 3 bulan,” ujarnya.

Oya, para siswa di SKO Ragunan ini tidak dipungut biaya apapun, loh. Justru mereka mendapat uang saku setiap bulan. Siswa yang dipilih dari Kemenpora mendapat uang saku Rp 1 juta per bulan, sedangkan siswa pilihan dari PPOP (Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar) DKI Jakarta sebesar Rp 1,5 juta. 

6. Meminta perhatian lebih dari pemerintah

Suka-Duka Siswa Sekolah Atlet Ragunan, Uang Sakunya Suka Dirapel!IDN Times/Fitang Budhi

Pelatih Kepala Cabang Olahraga Panahan SKO Ragunan, Ditto Rembran, mengatakan sekolah atlet pertama di Indonesia ini telah menghasilkan banyak sekali bintang olahraga di tanah air. Sayangnya perhatian pemerintah kepada para atlet kurang serius.

Ia mencontohkan bantalan untuk sasaran anak panah yang jarang sekali mendapat suplai dari pemerintah. Padahal, kata dia, bantalan tersebut pasti akan rusak karena dipakai terus oleh para atlet.

“Bahkan busur mereka (siswa) beli sendiri, harganya bisa Rp 30 jutaan, malah ada yang belinya kredit karena gak punya uang,” terangnya.

Baca Juga: Menpora Akan "Adu" Atlet Asian Games dengan Asian Para Games

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya