10 Fakta Tim Duncan, Mantan Atlet Renang yang Jadi Legenda NBA

Inspirasi panggilan Timmy di IDN Media

Tim Duncan bisa saja menjadi seorang atlet renang profesional seandainya Badai Hugo pada 1989 tidak menghancurkan Virgin Island. Namun, pada beberapa kesempatan, kenyataan memang kerap berbeda dari harapan. Badai Hugo membelokkan cerita hidup Timmy—sapaan Tim Duncan—dari rencana yang telah ia rancang.

Tim Duncan kini terkenal sebagai legenda bola basket, bukan hanya di Amerika Serikat, melainkan juga di dunia. Namanya terpatri di Naismith Memorial Basketball Hall of Fame sebagai salah satu Hall of Famer. Tidak semua orang bisa mendapat kehormatan untuk masuk ke museum bersejarah.

1. Bercita-cita menjadi atlet renang

https://www.youtube.com/embed/xBKC8445rq0

Timmy lahir dengan nama lengkap Timothy Theodore Duncan pada 25 April 1976 di St Croix, Virgin Island, Amerika Serikat. Ayahnya seorang pengrajin batu, sementara ibunya seorang bidan.

Timmy dikelilingi saudara-saudara yang hebat. Dua saudara perempuannya merupakan atlet renang, salah satunya bahkan tampil di Olimpiade 1988 Seoul. Sementara, saudara laki-lakinya, Scott, merupakan tokoh terkenal di dunia perfilman.

Keluarga Duncan tipikal keluarga pekerja keras. Mereka cukup kompetitif. Scott pernah mengakui hal itu dalam salah satu wawancara bersama Spurs.com.

“Kami tumbuh dewasa dengan moto ‘selesaikan’,” ujar Scott. “Saya rasa seperti itu. Kami menikmati hidup setiap hari dengan bekerja keras dan mencintai apa yang kami lakukan. Itu sebabnya Anda melihat tipe pesaing seperti Tim.”  

Timmy sendiri merupakan siswa cerdas di sekolah. Dia bermimpi menjadi seorang atlet renang berkelas Olimpiade seperti saudara perempuannya.

Timmy juga beruntung mendapat dukungan penuh dari keluarganya, terutama kedua orangtuanya, sehingga ia bisa tumbuh menjadi seorang atlet renang bertalenta. Dia mampu menguasai berbagai kompetisi gaya bebas di kolam renang 50, 100, dan 400 meter. Timmy bahkan percaya diri untuk menargetkan masuk skuad Olimpiade 1992.

2. Badai Hugo memupus harapan Tim Duncan

10 Fakta Tim Duncan, Mantan Atlet Renang yang Jadi Legenda NBATim Duncan berseragam Wake Forest di Divisi I NCAA. (ncaa.com)

Badai Hugo menerpa timur laut Karibia dan tenggara Amerika Serikat pada 1989. Badai itu ikut meluluhlantakkan Virgin Island. Fasilitas-fasilitas di pulau itu hancur, termasuk kolam renang berstandar Olimpiade.

Timmy kehilangan tempat berlatih. Namun, api semangatnya untuk berenang tidak begitu saja padam. Timmy kemudian memaksa dirinya untuk berenang di laut.

Alih-alih mengobarkan api semangatnya, berenang di laut justru membuatnya ciut. Ketakutannya akan hiu membuat antusiasmenya terhadap renang perlahan redup. Dari sanalah, ceritanya bermula.

3. Kehilangan sosok ibu sejak usia remaja

10 Fakta Tim Duncan, Mantan Atlet Renang yang Jadi Legenda NBATim Duncan membela Demon Deacons, tim bola basket Wake Forest University, di NCAA pada 1993—1997. (twitter.com/demondeacons)

Kehilangan seseorang yang dicintai bukanlah hal mudah, begitu pun bagi Tim Duncan. Mentalnya hancur ketika ibunya meninggal karena kanker payudara sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-14.

Meski begitu, Timmy tidak pernah lupa pesan ibunya. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, sang ibu sempat berpesan kepada anak-anaknya agar mereka bisa menyelesaikan pendidikan setinggi-tingginya.

Timmy dan saudara-saudaranya berjanji untuk menepati pesan terakhir itu. Dia mengenyam pendidikan dengan serius sampai lulus kuliah dari Wake Forest University. Timmy bahkan menolak keluar kampus untuk melanjutkan karier ke NBA sebelum lulus kuliah seperti dilakukan pemain muda pada umumnya.

Belakangan, tren itu makin terlihat. Pemain-pemain muda menjadikan universitas sebagai batu loncatan saja. Mereka hanya perlu menghabiskan waktu di kampus untuk bisa memenuhi standar mengikuti NBA Draft.

Regulasi NBA kebetulan memaksa pemain muda untuk melewati waktu setahun sejak lulus SMA untuk berkompetisi di tempat lain, seperti NCAA, NBA G League, atau liga bola basket lainnya. Setelah itu, barulah mereka punya hak untuk mengikuti NBA Draft.

4. Mengenal bola basket dari kakak ipar

10 Fakta Tim Duncan, Mantan Atlet Renang yang Jadi Legenda NBATim Duncan merupakan sosok pemimpin San Antonio Spurs sejak David Robinson pensiun pada 2003. (nba.com)

Sejak antusiasmenya terhadap renang meredup, Tim Duncan tidak pernah lagi berkompetisi. Namun, kakak iparnya menginspirasinya untuk mencoba olahraga lain. Saat itulah, dia berkenalan dengan bola basket. Apalagi, Timmy punya postur tubuh yang dianggap ideal untuk menjadi seorang pemain bola basket.

Sayangnya, bakat Timmy di bola basket tidak seperti bakatnya di renang. Adaptasi awalnya cukup sulit. Meski berpostur ideal, dia tampak kikuk di lapangan bola basket.

“Duncan sangat besar. Sangat besar dan tinggi, tetapi begitu kikuk saat itu,” terang Nancy Pomroy, yang saat itu menjabat direktur atletik St Croix Day School, seperti dikutip Kevin Kernan dalam bukunya Tim Duncan: Slam Duncan (2012).

Untungnya, Timmy tidak menyerah begitu saja. Dia berusaha keras untuk beradaptasi dengan olahraga barunya. Berkat itu, Timmy menjelma pemain penting saat membela tim bola basket St. Dunstan’s Episcopal High School. Dia mampu mengoleksi rata-rata 25 poin per pertandingan pada tahun terakhirnya di sekolah.

5. Tampil Bersama Wake Forest di NCAA

https://www.youtube.com/embed/0sNZohhIcKU

Penampilan Timmy di sekolah menarik perhatian pencari bakat. Beberapa universitas menawarinya beasiswa. Namun, pertemuannya dengan Dave Odom, yang saat itu membina Demon Deacons, tim bola basket Wake Forest University, membawa nasibnya ke sana. Timmy mengabaikan tawaran lain dan menerima pinangan Odom untuk membela Demon Deacons.

Odom awalnya hendak menyimpan Timmy. Dia berencana membinanya terlebih dahulu agar siap terjun ke kompetisi antarmahasiswa. Namun, Demon Deacons sendiri kehilangan beberapa pemain penting ketika Timmy masuk ke Wake Forest. Odom pun mengurungkan rencananya dan memainkan Timmy sejak tahun pertama.

Timmy kembali mengalami kesulitan saat beradaptasi dengan kompetisi yang lebih tinggi. Namun, seperti yang sudah-sudah, dia terus bekerja keras hingga mampu menjadi salah satu yang terbaik. Dengan penampilannya yang sangat fundamental, Timmy mengombinasikan kemampuan mencetak poin dan mempertahankan areanya untuk mendominasi pertarungan antarpemain besar di NCAA. Dia bahkan mengembangkan permainannya sampai ke perimeter sehingga opsi menembaknya bervariasi.

Selain bermain bola basket bersama Demon Deacons, Timmy terus memegang janjinya kepada ibunya. Dia rajin masuk kelas dan termasuk mahasiswa yang cerdas. Timmy serius dengan pendidikannya. Dia pun lulus dalam waktu 4 tahun.

Baca Juga: 5 Sosok yang Debut Jadi Kepala Pelatih di NBA 2021/2022

6. Terjun ke NBA membela San Antonio Spurs

10 Fakta Tim Duncan, Mantan Atlet Renang yang Jadi Legenda NBATim Duncan terpilih di urutan pertama putaran pertama oleh San Antonio Spurs di NBA Draft 1997. (nba.com)

Selepas lulus kuliah pada 1997, Tim Duncan mendeklarasikan diri mengikuti NBA Draft. Dia menjadi prospek menarik saat itu. Beberapa klub NBA mengincarnya. Namun, San Antonio Spurs mendahului klub lainnya dengan hak pilih nomor satu. Mereka memenangi undian untuk memilih pada urutan pertama. Spurs menggunakan kesempatan itu dengan mengambil Tim Duncan.

Dengan kehadiran Timmy, Spurs bisa kembali memupuk asa. Apalagi, mereka baru saja melalui musim yang buruk ketika para pemain bintang cedera pada 1996/1997. David Robinson, bintang utama Spurs saat itu, lebih banyak menghabiskan waktu di luar lapangan daripada bertanding.

Timmy sendiri bersyukur sempat bertemu Robinson dalam satu tim. Pada 1997/1998, keduanya menjadi menara kembar Spurs. Mereka adalah momok mengerikan di bawah ring klub asal San Antonio tersebut. Lawan-lawannya dibuat kesulitan mencetak poin.

Berkat penampilan menawannya pada tahun pertama di NBA, Timmy diganjar penghargaan Rookie of the Year 1998. Kerja kerasnya membuahkan hasil positif sekaligus menjadi awal kebesarannya. Sebab, sejak saat itu, dia tidak bisa berhenti menorehkan prestasi, termasuk juara NBA 1999. Saat itu, dia juga terpilih sebagai NBA Finals Most Valuable Player (MVP).

7. Menjadi legenda San Antonio Spurs

10 Fakta Tim Duncan, Mantan Atlet Renang yang Jadi Legenda NBAManu Ginobili, Tim Duncan, dan Tony Parker menjadi trio legendaris San Antonio Spurs era 2000-an. (nba.com)

Gelar juara NBA 1999 bukan gelar juara satu-satunya. Selama 19 tahun di NBA, Tim Duncan berhasil merebut lima Trofi Larry O’Brien bersama San Antonio Spurs. Empat di antaranya terjadi saat milenium baru, tepatnya pada 2003, 2005, 2007, dan 2014.

Pada era 2000-an itu, Timmy tidak sendirian. Dia mendapat bantuan dari dua rekannya, Tony Parker dan Manu Ginobili. Tony merupakan seorang flamboyan dari Prancis, sementara Manu merupakan salah satu sixthman terbaik dari Argentina.

Timmy, Tony, dan Manu kemudian menjadi trio yang dominan. Kerja sama mereka selalu berhasil mengantarkan Spurs ke babak playoff. Klub asal San Antonio itu setidaknya mampu lolos ke babak gugur selama lebih dari 2 dekade sejak 1998.

Pada 2014, San Antonio Spurs kembali masuk final. Timmy dkk. mesti menghadapi Miami Heat yang diperkuat megabintang LeBron James, Dwyane Wade, dan Chris Bosh. Heat digadang-gadang sebagai calon juara. Namun, berkat bantuan Kawhi Leonard, pemain muda Spurs saat itu, Timmy bisa merasakan gelar juara lagi. Spurs mengalahkan Heat dengan kedudukan 4-1. Leonard keluar sebagai Finals MVP.

8. Sosok sederhana di dalam dan di luar lapangan 

https://www.youtube.com/embed/O6CLchZzX7k

Gelar juara pada 2014 menjadi gelar juara terakhir Tim Duncan. Dua tahun setelah itu, dia memutuskan pensiun. Timmy menggantung sepatunya dengan meninggalkan warisan. Selain gelar juara, dia pernah menjadi NBA MVP 3 kali, masuk NBA All-Star 15 kali, dan menyabet NBA All-Star Game MVP 1 kali.

Prestasinya sebenarnya lebih dari itu. Namun, menyebutkan semuanya hanya menghabiskan waktu. Lemari prestasi penuh dengan penghargaan.

Meski bergelimang prestasi, Timmy terkenal sebagai pribadi yang sederhana. Dia memang kompetitif, tetapi mampu merangkul rekan-rekannya untuk maju bersama. Timmy bukan tipe pemain yang serakah. Dia selalu ingin berbagi.

Timmy juga dianggap sebagai pemimpin yang natural. Sejak David Robinson pensiun pada 2003, dia mampu menerima tongkat estafet untuk memimpin Spurs dengan baik. Gregg Popovich, pelatih Spurs sejak 1996, mengakui hal itu. Dia sampai menyebut sosok Timmy sebagai sosok tidak tergantikan.

“Anda tidak melihat Timmy memukuli dadanya seolah-olah dia adalah manusia pertama yang melakukan tombokan, seperti yang dilakukan banyak orang akhir-akhir ini,” kata Popovich seperti dikutip Bleacher Report. “Dia tidak menunjuk ke langit. Dia tidak bertingkah menghadap kamera. Dia fokus bermain.”

Timmy bahkan dijuluki "The Big Fundamental" karena permainannya yang simpel, tetapi efektif. Orang awam tidak akan mengira kalau dia adalah salah satu yang terbaik sepanjang masa.

Timmy tidak hanya sederhana di lapangan, tetapi juga di luar lapangan. Gaya busananya tidak seperti seorang bintang. Dia senang mengenakan pakaian yang menurutnya nyaman. Timmy bisa mengenakan kemeja kebesaran atau sekadar kaus polos di depan publik.

Penggemar NBA di kalangan milenial boleh jadi mengingat salah satu momen Timmy ketika berfoto bersama Komisioner NBA David Stern. Dia berpose memegang Trofi Maurice Podoloff dengan mengenakan kaus merah, celana pendek, dan sandal.

9. Memutuskan pensiun pada 2016 

10 Fakta Tim Duncan, Mantan Atlet Renang yang Jadi Legenda NBATim Duncan, center-forward, pernah membela San Antonio Spurs di NBA. (nba.com)

Tim Duncan memutuskan pensiun pada 2016. Dia berkarier selama 19 tahun di NBA. Usianya saat itu sudah 39 tahun, bukan usia yang muda bagi pemain bola basket.

Berdasarkan data Spotrac, Timmy menghasilkan sekitar 242.024.800 dolar Amerika Serikat (Rp3,4 triliun) dari gajinya selama berkarier di NBA. Dia pensiun dengan status pemain dengan bayaran terbesar keempat di liga bola basket tersohor sedunia itu. Tiga lainnya adalah Kevin Garnett, Kobe Bryant, dan Shaquille O’Neal.

Timmy juga pensiun dengan catatan mentereng. Dia mampu tampil dalam 1.392 pertandingan di NBA dengan rata-rata 19 poin, 10,8 rebound, 3 assist, 0,7 steal, dan 2,2 blok. Persentase tembakannya mencapai 50,6 persen dengan effective field goal 50,7 persen dan true shooting percentage 55,1 persen.

Kepergian Timmy tentu menyisakan lubang di skuad San Antonio Spurs. Sejak itu, mereka bahkan tidak pernah juara lagi. “Tanpa Duncan, tidak ada juara,” celetuk Gregg Popovich kepada media seperti dikutip News 4 San Antonio.

Performa Spurs belakangan makin turun, apalagi setelah Tony Parker dan Manu Ginobili pensiun. Belum lagi Kawhi Leonard pergi dari San Antonio. Spurs gagal menembus playoff sejak 2020. Mereka sulit bersaing di Wilayah Barat yang dihuni klub-klub mengerikan.

Meski begitu, Spurs tidak putus asa. Mereka terus berusaha membangun ulang skuadnya. Popovich juga memanggil Timmy untuk menemaninya di bangku pelatih. Dia menunjuknya sebagai asisten pelatih pada 2019.

Waktu Popovich sepertinya tidak lama lagi. Dia berada di ujung kariernya sebagai pelatih. Popovich tentu harus segera mencari penggantinya sebelum mundur. Timmy bisa jadi penggantinya. Namun, hingga saat ini, belum ada kabar mengenai itu. Apalagi, Timmy sudah mengundurkan diri dari posisi asisten pelatih musim lalu. Popovich mempromosikan Mitch Johnson untuk menambal lubang yang ditinggalkan Timmy di staf kepelatihan.

10. Masuk ke jajaran Hall of Fame 

https://www.youtube.com/embed/IJIIweV88Jw

Setiap pemain hebat punya kesempatan untuk masuk ke jajaran Hall of Fame. Tim Duncan tentu punya kualifikasi untuk terpilih. Pada 2020, hal itu benar-benar terjadi. Nama Timmy masuk ke jajaran Hall of Fame.

Dalam pidatonya, Timmy berterima kasih kepada semua pihak, khususnya Gregg Popovich. Dia merasa pelatihnya itu telah banyak membantunya selama berkarier di NBA. Timmy tidak ingin terlewat menyebut namanya dari balik mimbar.

Nama Timmy sendiri tetap akan besar meski Spurs gagal menembus playoff 2 tahun terakhir ini. Kisah hidupnya juga bisa terus menginspirasi banyak orang, bahkan di luar kalangan pencinta bola basket.

Jika mengingat perjalanan Timmy—dari seorang bocah yang bermimpi menjadi atlet renang berkelas Olimpiade menjadi seperti sekarang—rasanya memang luar biasa. Badai Hugo boleh saja membelokkan nasibnya, tetapi Timmy tetap sampai ke Olimpiade juga. Dia sempat membela tim nasional bola basket Amerika Serikat pada Olimpiade 2004 Athena.

Baca Juga: Kemenangan Beruntun Sixers di NBA Terhenti

G.N. Putra Photo Verified Writer G.N. Putra

Senang dengan olahraga dan budaya populer. Pernah menulis untuk beberapa media.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya