Kisah Atlet Peraih Medali Olimpiade, Tak Mampu Biayai Pengobatan Anak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kisah pilu kembali melanda mantan atlet yang pernah mengharumkan nama bangsa. Mantan Atlet angkat besi peraih medali perunggu Olimpiade Sydney 2000, Winarni kini sedang berharap putranya yang berusia 2,5 tahun bernama Achmad Fariz Taufik sembuh dari sakit usus berkembang yang dideritanya sejak lahir.
1. Dokter bingung beri makanan
Melansir dari Antara, Winarni mengaku telah membawa sang anak ke dokter. Namun, dokter bingung karena takut tindakannya memberi risiko bagi Fariz.
"Dokter bingung bagaimana cara memberi makan pada Fariz. Tindakan yang diambil akan memberi risiko," katanya.
Baca Juga: Hidup Memprihatinkan, Menpora Kunjungi Mantan Atlet Tuna Netra
2. Sang anak tak bisa menelan makanan dan minuman
Winarni menyadari Fariz punya kelainan bernama Astresia Esofagus itu ketika sang anak memuntahkan susu ketika baru dilahirkan di Lampung. Akibatnya, Fariz tak boleh menelan makanan dan minuman.
"Fariz gak boleh menelan makanan dan minuman. Dia hanya boleh menjilat tapi tak boleh menelan," kata juara dunia angkat besi 1997 kelas 50 kg itu.
Editor’s picks
3. Fariz tak punya jalur makanan dari tenggorokan ke perut
Winarni menjelaskan bahwa sang anak juga sempat mendapat perawatan medis di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, akibat kebocoran jantung.
Dari hasi rontgen diketahui bahwa Fariz tak punya jalur makanan dari tenggorokan ke perut. Sang anak pernah dua kali operasi untuk pelubangan tenggorokan agar cairan tak masuk ke paru-paru dan membuat jalan makanan ke perutnya saat usinya baru dua hari.
"Setelah di-rontgen di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Fariz diketahui gak punya jalur makanan dari tenggoroikan ke perut. Saya juga harus memompa jantung anak saya selama seminggu terus-menurus karena perawat tak ingin bersiko terlalu kencang memompa jantungnya bisa pecah," jelasnya.
4. Sempat dapat bantuan sejumlah pihak namun belum cukup
Winarni mengaku pernah dibantu Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan PT Pos Indonesia selaku tempat bekerja dirinya dan sang suami. Namun, biaya tersebut belum menutup total biaya yang mencapai Rp500 juta itu.
"Kemenpora pernah memberi santunan mantan atlet sebesar Rp40 juta, namun saya berharap Kemenpora dapat membatu biaya operasi anak saya sekaligus pengobatan harian," katanya.
Kisah tersebut menggugah penulis Maman Suherman untuk melakukan penggalanagan dana di situs kitabisa dengan target donasi Rp300 juta. Hingga tulisan ini dibuat, total donasi yang terkumpul sudah lebih dari Rp264 juta.
Baca Juga: Asian Games 2018: Korut Disanksi, Begini Siasat Atlet Korea Bersatu