EKSKLUSIF: Menpora Ungkap Nasib Olahraga Indonesia di Tengah COVID-19

Zainudin Amali sebut Olimpiade dan PON tak ganggu hal lain

Jakarta, IDN Times - Virus corona atau COVID-19 benar-benar membuat berbagai aktivitas terganggu, termasuk di bidang olahraga. Banyak kegiatan yang seharusnya diikuti dan diselenggarakan tertunda akibat wabah itu, hingga membuat jadwal yang semula dibuat jadi berantakan.

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) harus berpikir keras untuk mengatur hajat orang banyak di bidang olahraga ini. Tak hanya di tingkat profesional dan prestasi saja, seluruh jadwal dan anggaran pun terkena dampak dari penundaan jadwal banyak agenda.

Di sisi lain, persiapan atlet pun banyak yang terganggu karena tak bisa melaksanakan latihan. Hal itu yang membuat Kemenpora beserta KONI dan KOI harus pintar-pintar memaksimalkan persiapan sedemikian rupa agar prestasi Indonesia di bindang olahraga tak menurun, khususnya di event internasional.

Lalu bagaimana nasib olahraga Indonesia pada masa pandemik COVID-19 ini, berikut petikan wawancara IDN Times dengan Menpora Zainudin Amali.

Apa kabar Pak Zainudin Amali? Bagaimana Anda menjalankan aktivitas selama pandemik virus corona ini?

EKSKLUSIF: Menpora Ungkap Nasib Olahraga Indonesia di Tengah COVID-19Kunjungan Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali ke Pelatnas PBSI (IDN Times/PBSI)

Iya jadi Alhamdulillah kabar saya baik, memang kegiatan fisik atau istilah blusukan itu saat ini saya hentikan. Biasanya sehari saya bisa hadir di beberapa tempat, bahkan pernah saya satu hari itu ada agenda di tiga provinsi berbeda, yakni di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan malamnya harus di Yogyakarta.

Namun, sekarang hal itu tak bisa dilakukan lantaran COVID-19 ini. Itu tak menyurutkan saya untuk tak bekerja, saya selalu menyapa sahabat pora di bidang olahraga sampai kepemudaan melalui media seperti ini, seperti Instagram live, sampai kegiatan virtual lain, seperti Zoom dan lainnya.

Baca Juga: [BREAKING] Digempur Virus Corona, Olimpiade 2020 Akhirnya Ditunda!

Bagaimana rasanya menjalani ibadah puasa di tengah pandemik virus corona ini?

EKSKLUSIF: Menpora Ungkap Nasib Olahraga Indonesia di Tengah COVID-19Zainudin Amali (IDN Times/Panji Galih Aksoro)

Puasa sekarang agak berbeda dengan puasa sebelum adanya pandemik ini. Yang biasanya ada undangan buka puasa sana sini dan mengundang orang macam-macam, tapi sekarang enggak bisa kita lakukan. Ibadah tarawih, salat dan ibadah ramadan lain dilakukan semuanya di rumah.

Saat ini kita semua harus melakukan dan mematuhi protokol yang berlaku supaya memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19, seperti social distancing, stay at home, dan kita Kemenpora juga melakukan hal itu.

Tapi, walau tengah puasa dan di rumah, saya selalu sampaikan jangan lupa olahraga, karena itu salah satu cara membuat tubuh kita kuat. Jika itu dilakukan badan akan menjadi bugar dan daya tahan tubuh bagus. Selanjutnya itu akan memberikan imun terhadap serbuan semua virus, termasuk virus corona.

Bahkan, nih kita di Kemenpora menganjurkan olahraga kepada semua orang dan dibikinkan lomba bertema stay at home. Lomba tersebut juga menyediakan hadiahnya yang bakal diberikan dalam durasi Mei sampai Agustus ini dengan pengumuman pemenang per dua minggu, sampai nanti ada hadiah puncaknya 17 Agustus. Jadi walau pun PSBB dan Ramadan, kebutuhan untuk olahraga atau bergerak itu jangan berkurang.

Pada masa pandemik COVID-19 ini, bagaimana nasib olahraga Indonesia?

EKSKLUSIF: Menpora Ungkap Nasib Olahraga Indonesia di Tengah COVID-19Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali bersama Rektor Unesa, Nurhasan saat kunjungan fasilitas olahraga milik Unesa Senin (17/2). IDN Times/Tarida Alif

Jadi begini, semua kegiatan olahraga baik yang prestasi sampai non prestasi (masyarakat) itu semua dihentikan, karena semua kegiatan itu, baik olahraga profesional, olahraga masyarakat atau rekreasi, sampai prestasi pasti dilakukan dengan mengumpulkan orang. Hal itu membuat potensi penyebaran COVID-19 itu jadi lebih besar karena berkumpulnya orang-orang.

Jadi aktivitas semacam car free day, orang-orang yang berjalan atau berlari di Gelora Bung Karno ini semuanya berhenti dulu. Sama halnya dengan olahraga profesional, misalnya sepak bola ada Liga 1 dan Liga 2 yang berjalan setahun, kemudian IBL (basket), Proliga (voli) juga berhenti, karena kalau kompetisi itu dilakukan di situ ada yang dilibatkan yakni pemain, pelatih, pengurus pertandingan, panitia, wasit, penjaga keamanan, dan yang paling besar suporter.

Nah tidak bisa dibayangkan, mungkin physical distancing itu tak tercapai karena kan orang masuk untuk menonton ke suatu tempat itu pasti berdesak-desakan. Di sisi lain, kan virus ini kita enggak tahu siapa yang bawa, orang kelihatan sehat tak punya gejala tiba-tiba menularkan kita. Makanya saya rapat dengan KONI, pimpinan cabor, terutama yang olahraga profesional, pengelola liga dan bersepakat untuk mengutamakan kesehatan dan keselamatan atlet dibandingkan hal lain.

Kita akan kembali buka lagi pertandingan dan olahraga masyarakat atau rekreasi, jika pemerintah memutuskan sudah boleh, gugus tugas menyatakan, bahwa PSBB sudah selesai dan masyarakat bisa beraktivitas kembali. Sehingga, kegiatan olahraga, budaya, seni pertunjukan, konser-konser baru kita mulai lagi. Sepanjang, pemerintah belum putuskan itu maka tak akan bisa dilakukan.

Baca Juga: Resmi! IOC Sudah Tentukan Jadwal Baru Olimpiade di Tahun 2021!

Lalu bagimana persiapan atlet-atlet yang mewakili Indonesia di ajang internasional?

EKSKLUSIF: Menpora Ungkap Nasib Olahraga Indonesia di Tengah COVID-19Atlet angkat besi berprestasi Indonesia Eko Yuli. (Dok sportku.com)

Pemusatan latihan juga seharusnya sedang dilakukan ya, baik tingkat nasional maupun daerah, namun akhirnya kita hentikan sementara. Atlet diminta melakukan latihan mandiri dibimbing oleh pelatih masing-masing secara virtual, walaupun kami yakin hasil tak optimal untuk meraih prestasi.

Tapi daripada diam tak melakukan aktivitas apapun, olahraga mandiri baik untuk menjaga kebugaran supaya atlet tetap punya fisik yang terjaga. Jadi begitu masa pandemik selesai, dia cepat recovery. Hal itu yang kita jaga sehingga mudah-mudahan tak ada hal yang akan terjadi pada atlet maupun pelatih karena protokol kesehatan pada masa pandemik ini dijalankan secara bersungguh-sungguh.

Lalu bagaimana cara mengatur waktunya, karena PON Papua ditunda tahun depan padahal agenda olahraga tahun depan sangat padat?

EKSKLUSIF: Menpora Ungkap Nasib Olahraga Indonesia di Tengah COVID-19instagram.com/tokyo_olimpics__2020

Kita memang enggak ada pilihan lain untuk pindah ke 2021 (PON), padahal tahun tersebut sudah ada kegiatan yang terjadwal baik di dalam atau luar negeri. Nah ini kita harus pintar menentukan penjadwalan itu, Kemenpora tak memutuskan semuanya sendiri, saya ajak pihak KONI pusat yang sebelumnya meminta masukan dari daerah, pimpinan cabor yang akan melakukan kegiatan itu untuk sisipkan di waktu yang tersedia.

Sebelumnya, ada agenda di 2021, seperti Piala Dunia U-20 dan FIFA sudah menentukan, kemudian ada SEA Games Vietnam yang juga sudah terjadwal, ajang MotoGP di Mandalika, sampai kegiatan kejuaraan pelajar internasional, Islamic Solidarity Games dan yang lainnya, semua harus disatukan dengan agenda yang tertunda, seperti Olimpiade Tokyo, dan PON untuk di dalam negeri.

Walau itu menumpuk, Alhamdulillah ada waktu memungkinkan untuk memasukkan PON juga pada 2021.

Lalu bagaimana nasib atlet jika pelatnas tak ada (urusan gaji dan anggaran cabor)?

EKSKLUSIF: Menpora Ungkap Nasib Olahraga Indonesia di Tengah COVID-19Pemain Timnas Indonesia senior saat melakukan latihan. IDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Ya, harus kita jalani karena itu konsekuensi dari imbauan PSBB secara yang masuk dalam protokol COVID-19. Ini memang ada konsekuensi pembengkakan anggaran dan pembiayaan. Tapi kita di hadapkan pada dua pilihan mau terus menggelar persiapan tapi ancamannya adalah kesehatan dan keselamatan atlet dan pelatih, atau kita hentikan tetapi kesehatan dan keselamatan pelatih pemain bisa diselamatkan?

Saya berprinsip yang utama kesehatan keselamatan atlet, pelatih, yang lain kita urus sesudah semua selamat dan sehat, sebab kalo ngejar pretasi jika tak sehat dan selamat apa yang didapatkan dari prestasi itu. Jadi lebih baik kita prioritaskan prinsip ini, terlebih itu jadi komitmen negara dan didukung stakeholder olahraga lain.

Lalu, bagaimana persiapan tim menuju Piala Dunia U-20 jika semua sulit dilakukan?

EKSKLUSIF: Menpora Ungkap Nasib Olahraga Indonesia di Tengah COVID-19Pemain Timnas Indonesia senior saat melakukan latihan. IDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Kita jadi tuan rumah PD U-20 2021, ada dua hal yang ingin dicapai, yakni sukses secara prestasi dan sukses penyelenggaraan. Kalau sukses penyelenggaraan, saya kira itu tak selalu sulit, karena kita punya banyak pengalaman menjadi tuan rumah SEA Games, Asian Games yang dipuji banyak negara pada 2018 dan kejuaraan dunia lain, macam bulu tangkis. Jadi saya tak khawatir karena kita banyak pengalaman menggelar ajang multi-event atau single event.

Justru yang harus dipikirkan dan dibenahi betul, yakni sukses prestasi yang berkaitan dengan Timnas kita. Sementara sekarang ini kan mereka tak terkumpul dalam pelatnas karena protokol negara masih belum memungkinkan mengelar pemusatan latihan, di samping itu pemain juga butuh kompetisi, tapi malah terhenti, ditambah tryout ke negara lain tak mendapatkan izin.

Ini problem yang sudah saya sampaikan ke PSSI supaya dipikirkan jangan sampai kita sukses sebagai penyelenggara, tapi tak sukses sebagai tim. Kita tahu semua negara peserta itu pasti bukan negara asal-asalan. Mereka langganan Piala Dunia, seperti Brasil kemudian negara Eropa yang pembinaannya luar biasa dan kompetisi bagus. Mereka datang mengancam.

Ya, minimal kita harus masuk ke level yang tak terlalu jelek juga. Sebab jika di babak penyisihan harus tersingkir saya kira berat untuk itu, oleh sebab itu kita meminta PSSI pintar mencari cara mempersiapkan Timnas Indonesia yang bagus.

Baca Juga: Hubungan PSSI dan PT LIB Merenggang, Menpora: Itu Wajar

Ada kabar jika PSSI dan PT LIB sedang kurang harmonis, apakah langkah dari Kemenpora?

EKSKLUSIF: Menpora Ungkap Nasib Olahraga Indonesia di Tengah COVID-19Pengurus PSSI di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin 16 Desember 2019 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Jadi begini, kami di Kemenpora memosisikan untuk tak mau ikut campur urusan internal cabor, internal federasi. Sejak dari awal dilantik jadi menteri, saya sampaikan kepada kawan-kawan untuk tak masuk urusan internal, bukan hanya PSSI, sebelumnya juga ada dualisme dengan tiga pengurus di salah satu organisasi. Saya bilang selesaikan internal, kalau enggak bisa, datang ke KONI atau KOI untuk mengetahui bagaimana penyelesaiannya. Baru jika sudah enggak bisa datang ke kita.

Prinsipnya kita tak mau ikut campur urusan federasi, apalagi mereka diatur dengan aturan internal, misalnya PSSI yang punya statuta yang mengikat internal federasi, juga statuta FIFA yang ada di internasional sana untuk ditaati.

Apa yang kita lihat dan amati, muncul pemberitaan di media sosial PSSI tak harmonis, tentu kita ingatkan mereka untuk menjaga soliditas. Sebagi organisasi tua berusia 90 tahun, saya yakin bahwa teman-teman pengurus PSSI bisa selesaikan masalah ini.

Saya sampaikan ini karena kita pernah merasakan masalah lebih berat dan lebih besar dari itu, kita pernah dibekukan oleh FIFA, tapi toh kita bisa selesaikan masalah itu. Kedewasaan itu penting. Kemarin saya bicara dengan Ketum PSSI tentang persiapan PD U-20, mudah-mudahan tak ada sesuatu yang terlalu serius.

Soal dinamika, saya anggap ini wajar, tergantung bagaimana kita pintar menjaga hal ini agar tak menjadikan sebuah prahara untuk mengalami kemunduran bukan berkembang. Dan, saya sampaikan optimistis pengurus PSSI masih mampu selesaikan urusannya.

Lebih jauh, perihal kompetisi Liga 1 bagaimana kejelasannya? Apakah ada opsi dilanjutkan tanpa penonton?

EKSKLUSIF: Menpora Ungkap Nasib Olahraga Indonesia di Tengah COVID-19Arema FC vs Persib Bandung, Minggu (8/3). IDN Times/Alfi Ramadana

Melalui komunikasi saya dengan beberapa klub, saya tanya pada mereka itu benar ada usulan pertandingan tanpa penonton. Mereka enggak mau karena ada klub ketergantungan pada pertandingan dan kemudian sponsor itu maunya ada penonton yang banyak.

Tapi, sekali lagi, kita tak berhak memutuskan, kita kembalikan masalah ini ke pengelola kompetisi PT LIB, silakan dengar bagaimana aspirasi mayoritas klub yang harus diikuti. Walaupun misalnya tanpa penonton, tetap saja ada risiko karena pertandingan pasti melibatkan orang. Minimal ada dua ratusan, mulai dari pemain kedua kesebelasan, official, wasit, panpel, sampai keamanan.

Sekarang ini, pemain jika bertandingan tak mungkin harus menjaga jarak satu sampai dua meter, karena mereka pasti ada duel, kontak fisik dan lain-lain. Nah ini kan kita tak tahu siapa yang sehat di antara mereka. Jadi kalau saya pribadi mengatakan tanpa penonton pun kalau boleh jangan, dan kebetulan mayoritas semua klub begitu, karena mereka enggak mau pertandingan tanpa penonton dan itu itu opsi yang kecil diwujudkan. Terpenting adalah menunggu pemerintah mengumumkan COVID-19 selesai.

Apakah pemerintah sendiri punya saran terkait bagaimana nasib kompetisi ke depan?

EKSKLUSIF: Menpora Ungkap Nasib Olahraga Indonesia di Tengah COVID-19Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali saat kunjungan fasilitas olahraga milik Unesa Senin (17/2). IDN Times/Tarida Alif

Guna mengisi kekosongan, misalnya federasi atau pengelola kompetisi bisa menggelar kompetisi di tengah jeda kosong saat kondisi normal. Sebab, pemain harus menjaga kebugaran pemain lainnya untuk bisa mengasah keterampilan mereka di lapangan.

kesepakatan saya rasa harus diambil klub, bukan keputusan otoritas federasi dan pengelola liga karena harus diputuskan bersama. Itu sebabnya pemerintah tak mau harus meminta A dan B ke mereka. Kita hanya menyampaikan kondisi Indonesia seperti apa dan membangun kesadaran bersama menghadapi masalah ini bersama, tolong juga pengertiannya.

Baca Juga: PON Papua Resmi Ditunda, Menpora Beberkan 4 Alasannya

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib
  • Dwifantya Aquina
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya