Berani Beda dan Jadi Ratu Bulu Tangkis Dunia

Leani Ratri Oktila bangkit dari keterbatasannya

Jakarta, IDN Times - Jangan pernah meremehkan kaum difabel, meski hanya karena mereka berbeda. Sebab, mereka justru bisa melakukan hal yang luar biasa, bahkan membanggakan, hingga jadi inspirasi bagi semua orang.

Leani Ratri Oktila sudah membuktikannya. Namanya mungkin tak setenar Liliyana Natsir, Susy Susanti, Greysia Polii, atau pebulu tangkis lainnya. Namun, Ratri sejatinya merupakan atlet difabel yang punya prestasi super di kancah internasional. Hingga akhirnya, Ratri dijuluki sebagai “Ratu Para Badminton”.

Saat kecil, Ratri hidup tak seperti anak-anak lainnya. Berasal dari Kabupaten Kampar, lebih kurang 120 kilometer dari Riau letaknya. Besar sebagai anak kedua dari sepuluh bersaudara, Ratri besar dengan saudara-saudaranya lewat didikan disiplin tinggi dan dekat dengan bulu tangkis.

Dididik langsung oleh ayahnya, Ratri mulai berkenalan dengan bulu tangkis sejak usianya masih tujuh tahun. Ratri sejatinya terlahir normal dan sehat, terbiasa dengan keseharian sebagai atlet, bahkan sebelum memutuskan untuk menjadi atlet professional.

“Masa kecil itu tidak seperti teman-teman yang lainnya, pasti kami habis waktu di Latihan. Saya waktu itu hanya sekolah dan badminton. Jadi tidak bisa mengalami seperti teman-teman lainnya yang sering bermain. Jadi, saya sejak kecil memang sudah berlatih badminton. Menghabiskan waktu di badminton,” ujar Ratri kepada IDN Times.

Tak ada dalam bayangan Ratri saat kecil hingga beranjak remaja untuk menjadi seorang atlet bulu tangkis. Menjadi polisi atau pengacara, justru mimpi Ratri kala itu. Meski terus menekuni olahraga di bawah didikan ayahnya, Ratri juga menikmati cabang olahraga lain seperti basket dan voli, bersama teman-teman sekolahnya.

Bulu tangkis menjadi jalan Ratri untuk mengenyam pendidikan. Dengan rentetan prestasinya semasa kecil, Ratri mampu bersekolah dengan jalur prestasi. Tapi, angan-angan menjadi atlet bulu tangkis kala itu masih jauh dari bayangan Ratri.

Hingga satu peristiwa tak terlupakan terjadi dan mengubah jalan hidupnya.

Baca Juga: Sistem Skor 5x11 Batal Dipakai di Bulu Tangkis Dunia

Kecelakaan Motor Mengubah Jalan Cerita

Berani Beda dan Jadi Ratu Bulu Tangkis DuniaAtlet para-badminton Indonesia, Leani Ratri Oktila (Instagram.com/oktila_lr)

Ratri mengalami peristiwa yang begitu mengejutkan di 2011. Dia mengalami kecelakaan motor saat sedang antar jemput adik-adiknya untuk berlatih bulu tangkis. Ketika perjalanan pulang, Ratri mengalami kecelakaan fatal.

“Saya mencoba angkat kaki ini. Ternyata, kaki saya gak bisa gerak. Di situ saya berpikir, ‘oh kaki sama tangan saya patah,’ saya sudah tahu di situ,” ujar Ratri.

Kala itu, Ratri justru berpikir kondisinya memberi waktu bagi Ratri untuk beristirahat. Ratri mengaku, memang kala itu  merasa kelelahan dengan seluruh kegiatannya.

Kecelakaan tersebut ternyata membuat tubuhnya tak lagi sempurna. Kaki kiri dan kanannya memiliki selisih tujuh sentimeter.

Tapi, Ratri sama sekali tak menyerah akan keadaan. Mental yang baja, mengingat kala itu Ratri masih aktif menggeluti bulu tangkis.

Sebenarnya pula, sejak peristiwa kecelakaan itu, sang ayah sempai meminta Ratri berhenti mengambil raketnya dan menggantungkannya. Tak lagi meminta Ratri meneruskan langkah di bulu tangkis. Terlihat, malah kedua orang tuanya yang berduka atas kecelakaan yang dialami Ratri.

Dari sinilah, Ratri mulai jatuh ke titik terendah dalam hidupnya. Dia merasa rapuh, saat melihat ayah dan ibunya sedih.

 “Papa dan mama sedih, dan mereka bilang ‘ujung tombak saya patah’. Saya merasa rapuh di situ. Ternyata begitu besarnya arti saya buat keluarga. Saya cedera,  kecelakaan, papa dan mama merasa ujung tombaknya patah. Di kehidupan saya, itu jadi titik terendah,” kata Ratri.

Kejutan dari Sayap yang Patah

Berani Beda dan Jadi Ratu Bulu Tangkis DuniaMedali atlet para-badminton Indonesia, Leani Ratri Oktila (Instagram.com/oktila_lr)

Setahun setelah kecelakaan, Ratri tak lagi pernah berlatih bulu tangkis. Tak ada lagi latihan rutin yang biasa dijalani. Pertandingan yang biasanya dilakoni, juga menjauh darinya. Hingga suatu hari di 2012, Ratri menjalani hari yang membuatnya akhirnya mencintai bulu tangkis dengan cara yang berbeda.

“Di 2012 tepat setahun setelahnya, saya ikut bergabung di Indonesia National Paralympic Committee, Komite Olahraga yang menaungi teman-teman difabel. Saya bergabung di situ. Mungkin, bisa dibilang di situ saya baru mencintai olahraga yang sudah digeluti sejak kecil ini,” ujar Ratri.

September 2012, Riau menjadi tuan rumah dari gelaran Paralimpiade Nasional XIV 2012. Ajang ini menjadi titik awal pertemuan Ratri dengan National Paralympic Committee yang hingga kini jadi tempatnya bernaung.

“Waktu itu saya bohong, demi untuk bisa main badminton saya bohong ke papa, saya bilang mau berangkat kuliah,” terang Ratri.

Kamuflase yang sempurna, karena memang sejak kecelakaan, Ratri terbiasa didampingi temannya untuk berangkat kuliah. Hari itu, semua seolah berjalan normal, Ratri pamit untuk berkuliah, didampingi temannya. Bedanya, alih-alih ke Kampus, Ratri menuju ke stadion untuk bertanding.

Tanpa persiapan, setelah satu tahun hiatus dari bulu tangkis, Ratri yang bahkan masih memerlukan bantuan tongkat untuk berjalan sukses menyabet satu medali emas dan satu perak.

“Saya bawa pulang saya tunjukin ke papa,” ujar Ratri.

Respons sang ayah, awalnya dingin dan tak percaya. Namun, tiba-tiba ayahnya mengalungkan medali ke sebuah foto.

“Papa bilang ke Mama, ‘Dalam posisi kaki dia seperti itu saja, dia masih bawa medali buat saya’,” kata Ratri.

Dari situlah, gairah Ratri Kembali hidup karena melihat ada semangat baru dari orang tuanya.

Baca Juga: Sejarah Badminton: Ditemukan di Inggris, Dikuasai Asia

Menjelma Jadi Ratu

Berani Beda dan Jadi Ratu Bulu Tangkis DuniaAtlet para-badminton Indonesia, Leani Ratri Oktila (Instagram.com/oktila_lr)

Kebohongan itu bagaikan keran pembuka prestasi bagi Ratri. Setelah berhasil merebut medali di Paralimpiade 2012, pesonanya terus menanjak. Hingga akhirnya, Ratri jadi andalan tim para badminton Indonesia.

Turun di kelas standing lower para badminton, Ratri kerap sumbang prestasi untuk Merah Putih. Prestasinya di cabang olahraga bulu tangkis terbilang nyaris sempurna.

Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) bahkan menjadikan Ratri sebagai pemain para badminton terbaik dengan memberi penghargaan Female Para Badminton Player of the Year dua tahun beruntun pada 2018 dan 2019.

Dengan rentetan prestasi gemilang yang diraihnya, hingga 18 Mei 2021 Ratri menyabet seluruh peringkat pertama dunia para badminton dari tiga nomor yang digelutinya. Mulai dari tunggal putri (SL4), ganda putri bersama rekannya Khalimatus Sadiyah (SL3-SU5), dan ganda campuran bersama pasangannya Dwiyoko (SL3-SU5).

Berikut catatan prestasi Leani Ratri Oktila sepanjang kariernya:

KEJUARAAN DUNIA:
1. Kejuaraan Dunia Ulsan, Korea Selatan 2017 (1 emas, 1 perak, 1 perunggu)
2. Kejuaraan Dunia Basel, Swiss 2019 ( 2 emas, 1 perak)

ASEAN PARA GAMES:
1. ASEAN Para Games Singapura 2015 (3 emas)
2. ASEAN Para Games Malaysia 2017 (3 emas)

ASIAN PARA GAMES:
1. Asian Para Games Incheon, Korea Selatan 2014 (1 emas, 1 perak, 1 perunggu)
2 Asian Games Jakarta-Palembang, Indonesia 2018 (2 emas, 1 perak)

PARA BADMINTON INTERNASIONAL
1. Para Badminton Internasional di Indonesia pada 2014-2016 (7 emas, 2 perak)
2. Para Badminton Internasional di Thailand pada 2017-2018 (5 emas)
3. Para Badminton Internasional di Australia pada 2018 (3 emas, 1 perak)
4. Para Badminton Internasional di Turki pada 2019 (2 emas)
5. Para Badminton Internasional di Dubai pada 2019 (5 emas, 1 perak)
6. Para Badminton Internasional di Kanada pada 2019 (3 emas)
7. Para Badminton Internasional di Irlandia pada 2018-2019 (6 emas)
8. Para Badminton Internasional di Brazil pada 2020 (2 emas, 1 perak)

Meraih BWF Female Para badminton Player of The Year 2019
Peringkat 1 Dunia Tunggal Putri SL4
Peringkat 2 Dunia Ganda Putri SL4-SU5
Peringkat 1 Dunia Ganda Campuran SL3-SU5

Pejuang Kesetaraan Hak

Berani Beda dan Jadi Ratu Bulu Tangkis DuniaAtlet para-badminton Indonesia, Leani Ratri Oktila (Instagram.com/oktila_lr)

Tak hanya menggeluti para badminton, Ratri juga menaruh perhatian lebih terhadap kesetaraan antara atlet disabilitas dengan normal. Terlebih, untuk cabang olahraga bulu tangkis.

Menurut Ratri, kini perhatian pemerintah terhadap atlet sudah merata, baik yang disabilitas dan normal. Tapi, perjuangan Ratri sejatinya belum usai. Kegelisahan justru muncul dari spektrum kesetaraan di mata masyarakat dan pemberitaan media. Ratri melihat, keseimbangan belum tercipta di dua aspek tersebut.

“Saya merasakan publikasi di Indonesia ini benar-benar gak adil,” ujar Ratri.

Kepada IDN Times, Ratri bercerita tentang kesetaraan yang diberikan oleh media negara lain terhadap atlet disabilitas. Di Jepang contohnya, Ratri melihat media memperlakukan atlet disabilitas sama dengan normal

“Kalau untuk pemerintah penyetaraannya sekarang luar biasa, antara difabel dan normal. Tapi, kalau untuk antusiasme masyarakat sama media itu jauh berbeda. Kalau bicara medali, sebenarnya jumlah yang kami bawa pulang dengan personelnya, justru tak seimbang. Lebih banyak medali ketimbang orang di dalam skuad,” jelas Ratri.

Dari segi prestasi, menurut Ratri, seharusnya sangat wajar jika sorotan ke atlet para badminton sama tingginya dengan yang normal di Indonesia.

“Padahal, kami sama-sama bela negara, bahkan teman-teman saya di sini berjuang dengan keterbatasannya yang mungkin belum semua orang mampu melakukan seperti mereka. Tapi, publikasinya itu benar-benar enggak adil,” ujar Ratri.

Namun, Ratri dan seluruh rekan-rekan atlet para badminton lainnya terbilang cukup berbesar hati menerima kondisi ini. Tak ada tuntutan publikasi lebih yang digaungkan para atlet.

“Kami itu gak diajarkan untuk menuntut untuk segala macam. Ketua kami selalu mengatakan: Jangan berpikir apa yang hilang dari tubuhmu,” kata Ratri.

Dari teman-temannya sesama atlet para badminton, Ratri terus termotivasi untuk memberikan yang terbaik di setiap pertandingan. Mereka kerap mengajarkan Ratri, secara tidak langsung, untuk tak menyerah dengan keadaan.

“Mereka juga berhak (dapat publikasi lebih), menurut saya. Sebab, mereka bisa menginspirasi orang banyak,” ujar Ratri.

Mimpi Lambungkan Indonesia di Paralimpiade

Berani Beda dan Jadi Ratu Bulu Tangkis Duniawww.paralympic.org/news

Sama seperti atlet lainnya, Ratri masih punya mimpi yang belum terwujud, dan yang terdekat adalah membawa pulang medali emas dari ajang Paralimpiade Tokyo 2020 di Jepang, Agustus hingga September 2021 mendatang.

“Saya ingin mengukir sejarah di paralimpiade, siapa yang gak mau mengukir sejarah di Olimpiade? Apalagi, para badminton ini tak semua orang punya kesempatan turun di tiga nomor, single, double, dan mix double. Saya masuk semua nomor,” terang Ratri.

Lolos kualifikasi dan menjadi wakil Indonesia di Paralimpiade, target Ratri cukup jelas, medali emas. Persiapan dari tim pelatih yang diakuinya lebih berat ketimbang turnamen biasa sudah mulai dijalani Ratri.

“Kalau saya, secara pribadi, semua persiapan entah ada event atau tidak seperti di 2020, tetap porsinya seperti Latihan biasa. Bedanya, saya tambah sendiri untuk ajang ini,” tegas Ratri.

“Tapi, pandemi harus berakhir dulu, menyedihkan soalnya. Pasti dialami seluruh atlet sih. Harapan terbesar saat ini dukungan dari masyarakat kepada teman-teman untuk kami, atlet, bisa bertanding dan bisa membawa medali nanti dari Paralimpiade Tokyo,” lanjutnya.

Baca Juga: Profil Leani Ratri Oktila: Ratu Para-Badminton Dunia Asal Indonesia

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya