Genap Berusia 69 Tahun, Ini Rahasia Sukses PBSI Lahirkan Bintang Dunia

PBSI Jaya, Indonesia Juara!

Jakarta, IDN Times – Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) genap berusia 69 tahun pada Selasa (5/5). Banyak yang bersuka cita atas ulang tahun PBSI ini.

Sebab banyak atlet bulu tangkis asuhan PBSI yang kini telah mendunia, seperti Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Namun siapa sangka jika PBSI pernah memiliki catatan hitam dan menelan pil pahit bertahun-tahun tanpa gelar juara di gelaran olahraga akbar dunia Olimpiade.

1. Sosok Dick Sudirman yang tak bisa dipisahkan dari cerita PBSI

Genap Berusia 69 Tahun, Ini Rahasia Sukses PBSI Lahirkan Bintang DuniaReplika Piala Sudirman (IDN Times/Shemi)

Nama Dick Sudirman tak bisa dipisahkan dari perjalanan panjang PBSI. Tak hanya karena pernah berstatus sebagai Ketua PBSI (1952-1963), namun juga karena Sudirman menjadi salah satu penggagas bedirinya organisasi ini. Bandung, menjadi kota PBSI tercipta, 5 Mei 1951 lalu dengan ketua pertamanya, Rochidi Partaatmadja.

Dilansir dari laman resmi PBSI (badmintonindonesia.org), sejak zaman penjajahan, perkumpulan-perkumpulan bulu tangkis di Indonesia sudah bergerak mandiri. Namun tidak dengan tujuan dan cita-cita yang sama hingga akhirnya organisasi bersifat nasional diperjuangkan untuk didirikan.

Sudirman CS, dengan surat perantara, mengajak perkumpulan-perkumpulan itu mendirikan PBSI. Tak hanya berjuang agar PBSI bisa berdiri, Sudirman juga berjuang agar PBSI tetap kokoh dan mulai berlari.

Dilansir dari segala sumber, Sudirman rela menjual mobil miliknya demi membiayai tim Indonesia berangkat berlaga ke kejuaraan Piala Thomas 1958 lalu. Hasilnya tak mengkhianati pengorbanan Sudirman, bermain sebagai debutan, tim Indonesia sukses membawa pulang Piala Thomas ke tanah air.

2. Tiga aspek penting jadi fondasi rumah kokoh PBSI

Genap Berusia 69 Tahun, Ini Rahasia Sukses PBSI Lahirkan Bintang Duniabadmintonindonesia.org

Menjadi organisasi olahraga kelas dunia dan salah satu yang terbaik di Indonesia, ada tiga hal penting yang menjadi kekuatan PBSI, yakni organisasi, pembinaan, dan kompetisi.

Bicara soal organisasi, menurut Sekjen PBSI, Achmad Budiarto berarti bicara soal management. Tentang solidnya pengurus organisasi, sisi profesional yang tak perlu diragukan lagi, serta kemampuan organisasi beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Sedangkan soal pembinaan, bukan hanya atlet yang perlu diperhatikan, namun juga para pelatih. Penting menurut Budi untuk pelatih terus meng-update diri agar dapat berkembang sebagaimana atlet juga dibina untuk menjadi yang terbaik di kelasnya. Demikian pula regenerasi yang tak dihilangkan sebagai salah satu fokus utama.

Dihubungi IDN Times pada Selasa (5/5) malam, Budi menjelaskan, perihal kompetisi, penting memastikan tiap kompetisi yang diikuti anak-anak asuhan PBSI berjalan dengan baik. Karena kompetisi lah yang menjadi tolak ukur keberhasilan pembinaan yang dilakukan selama ini.

“Meski ada aspek satu yang sangat penting. Finansial,” kata Budi menambahkan kepada IDN Times. “Semuanya harus didukung dengan finansial yang baik. Kalau enggak, ya repot. Bagaimana menjalankan organisasi yang baik, pembinaan yang baik dan kompetisi kalau tidak ada dukungan finansial yang memadai,” lanjut dia.

3. Pernah meredup, PBSI kini bertabur bintang dunia

Genap Berusia 69 Tahun, Ini Rahasia Sukses PBSI Lahirkan Bintang DuniaIDN Times/Margith Juita Damanik

Setiap organisasi tentu pernah mengalami pasang surut, pun terjadi pada PBSI. Di awal-awal berdiri, Indonesia masih belum dikenal dunia bulu tangkis level dunia. Tan Joe Hok, Lie Poo Djian, dan kawan-kawan berhasil menaikkan nama Indonesia di kancah internasional pada masanya.

Era kejayaan PBSI sepanjang sejarah adalah ketika memiliki The Magnificent Seven. Jawara bulu tangkis kelas dunia yang terdiri dari Rudy Hartono, Liem Swie King, Tjun Tjun, Lie Sumirat, Christina Hadinata, Johan Wahyudi, dan Ade handra.

Sejumlah piala berhasil bertahun-tahun dipertahankan di era ini. Kekuatan Indonesia seolah tancap gas penuh di seluruh sektornya, termasuk nomor putri. Setelah masa kejayaan The Magnificent Seven berlalu, kurva Indonesia berada di bawah.

“Ada beberapa aspek berpengaruh internal dan eksternal. Internal, secara organisasi kita tidak bisa segera bisa meregenerasi, sehingga langkah-langkah tiga aspek tadi tidak bisa berjalan sesuai harapan,” kata Budi menjelaskan pada IDN Times.

Catatan hitam nir gelar dirasakan Indonesia. Pada 1992, memasuki era Olimpiade, Indonesia mencoba bangkit berdiri dari tidur panjang. Jalan ini dimulai manis dengan keberhasilan tim merah putih mengawinkan gelar medali emas Olimpiade 1992 dari sektor tunggal putri, Susy Susanti dan tunggal putra, Alan Budikusuma.

Sayangnya, tahun kelam kembali terjadi. Di Olimpiade, bulu tangkis Indonesia sempat kembali redup, menurut Budi hingga 2012. Internal PBSI juga tak berjalan semanis harapan.

Berganti pengurus dengan suasana internal dan harapan baru, pada 2016 Indonesia kembali memasuki era emasnya. Medali emas Olimpiade dibawa pulang wakil ganda campuran legendaris Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir atau yang akrab disapa Owi/Butet.

Di tahun itu, Trio harapan baru sektor tunggal putra Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa, dan Anthony Sinisuka Ginting, yang kemudian akrab dijuluki penggemar dengan trio JoSanTing, mulai memukau perhatian publik.

Menurut Budi, bintang-bintang bulu tangkis kelasa dunia milik PBSI saat ini adalah mereka yang dibentuk di masa-masa kelam PBSI berupaya bangkit kala itu. Termasuk pasangan The Minions, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.

4. Pasang target bawa pulang Piala Thomas

Genap Berusia 69 Tahun, Ini Rahasia Sukses PBSI Lahirkan Bintang Duniacorporate.bwfbadminton.com

Prestasi yang berkelanjutan dan terus meningkat tiap tahunnya menjadi harapan PBSI di usianya yang ke-69. Tetap memberi kebanggaan bagi bangsa dan negara di kancah olahraga dunia, menurut Budi menjadi impian PBSI.

Tahun 2020, beberapa capaian besar yang ditargetkan PBSI adalah gelar juara All England, piala Thomas, dan emas Olimpiade. Di Kejuaraan All England 2020 lalu, Indonesia berhasil membawa pulang satu gelar juara dari sektor ganda campuran lewat wakilnya, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.

Sedangkan gelaran Olimpiade akan diundur hingga musim panas 2021 mendatang imbas pandemik COVID-19 yang mewabah di seluruh dunia. Satu target besar Indonesia yang diharapkan dapat tercapai adalah membawa pulang piala Thomas ke tanah air.

“Tahun ini Thomas Uber tetap akan berjalan, ini akan jadi milestone utama kita sekarang. Bagaimana kita bisa membawa pulang piala Thomas ke Indonesia,” kata Budi. “Karena kita merasa komposisi sekarang ini lah yang memberi peluang terbesar untuk bisa masuk final dan bawa pulang piala,” lanjut dia dihubungi dari saluran telepon.

 

5. “Aset” kebanggaan PBSI dan regenerasi di belakangnya

Genap Berusia 69 Tahun, Ini Rahasia Sukses PBSI Lahirkan Bintang DuniaPasnagan ganda putra junior, Leo Carnando/Daniel Marthin di ajang Kejuaraan Dunia Junior 2019. IDN Times/PBSI

Pada 2020, ada 105 atlet yang menjadi aset PBSI demi mencapai gelar dan medali tertinggi untuk Indonesia. Di tiap sektor, Indonesia memiliki perwakilan yang tak bisa dianggap remeh oleh elite bulu tangkis dunia lainnya.

Di Sektor tunggal putra, Indonesia punya dua putra yang menduduki peringkat delapan besar dunia. Mereka adalah Anthony Sinisuka Ginting (6) dan Jonatan Christie (7). Di sektor ganda putra, tiga wakil Indonesia menduduki peringkat delapan besar dunia lewat pasangan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (1), Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (2), dan Fajar Alfian/Muhamad Rian Ardianto (6).

Dari sektor ganda campuran, dua wakil Indonesia berada di posisi delapan besar dunia. Mereka adalah Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (4) dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja (8). Sektor ganda putri, pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu menjadi wakil Indonesia di delapan besar dunia. Sayangnya, prestasi sejenis tak berhasil diraih sektor tunggal putri Indonesia.

Tak hanya itu, regenerasi “aset” bulu tangkis Indonesia juga berjalan baik. Tak main-main, di Kejuaraan Dunia Bulutangkis Junior 2019 lalu, Indonesia berhasil bawa pulang gelar juara lewat wakil ganda putra, Leo Rolly Carnando/Daniel Mathin dan gelar runner up dari ganda campuran, Leo Rolly Carnando/Indah Cahya Sari Jamil.

Hasil runner up juga diraih oleh wakil ganda putri Indonesia lewat pasangan Febrina Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi. Di sektor tunggal putra, Yonathan Ramlie sukses membawa Indonesia hingga ke babak semifinal.

Sedangkan ada lima wakil Indonesia lainnya yang terhenti di babak perempat final. Termasuk dua wakil tunggal putri, Putri Kusuma Wardani dan Stephanie Widjaja.

Baca Juga: PBSI Resmi Ajukan Pembatalan Ajang Indonesia Masters 2020 Super 100

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya