Latih Ganda Putra, Aryono Miranat Pernah Peringkat Satu Ganda Campuran
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Sosok asisten pelatih ganda putra Indonesia, Aryono Miranat, tak lagi asing di telinga penikmat bulu tangkis. Bersama kepala pelatih Herry IP, ganda putra Indonesia sukses mengorbitkan tiga pasangan ke peringkat enam besar dunia, mereka yakni Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (peringkat satu), Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (peringkat dua), dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (peringkat enam).
Tapi tak banyak yang tahu jika Ko Ar, begitu Aryono akrab disapa, dulunya merupakan atlet sektor ganda campuran. Dia bahkan pernah menduduki peringkat satu dunia di sektor ganda campuran.
1. Duduki peringkat satu dunia lebih kurang empat tahun
Semasa menjadi atlet, karier Aryono terbilang lebih cemerlang di sektor ganda campuran meski kala itu dia tergabung di sektor ganda putra. Bersama pasangannya kala itu, Eliza Nathanael, Aryono pernah merasakan menjadi pasangan peringkat satu dunia.
“Dengan Eliza dari ‘91 sampai ‘94 atau 95 saya hampir pensiun. (Selama) 3-4 tahun,” kata Aryono menyebutkan tahun dirinya dan Eliza menjadi ganda campuran nomor satu dunia dalam wawancara yang disiarkan YouTube Badmintalk TV, Selasa (26/5).
Prestasinya bersama Eliza terbilang paling cemerlang. Aryono juga pernah berpasangan dengan Erma Sulistianingsih, Rosalina Riseu, dan Joko Mardianto di sektor ganda putra.
2. Prestasi di ganda campuran lebih baik ketimbang di ganda putra
Editor’s picks
Sejak tahun 1986, Aryono berjuang di sektor ganda putra. Baru pada tahun 1990 dia ke sektor ganda campuran yang justru membuatnya menuai lebih banyak prestasi.
“Tahun 90 atau 91 saya pindah ke ganda campuran. Itu yang pertama kali ada ganda campuran di Pelatnas waktu itu,” kata Aryono. “Pertama kali ada ganda campuran yang melatih waktu itu Ci Imelda.”.
3. Membawa pulang medali perunggu Kejuaraan Dunia jadi yang paling berkesan
Prestasi tertinggi di kejuaraan bergengsi yang kala itu diraih Aryono adalah membawa pulang medali perunggu Kejuaraan Dunia 1993 bersama Eliza Nathanael.
“Di turnamen-turnamen lain juga ada hasilnya lumayan bagus cuman untuk level tertinggi di kejuaraan dunia itu ia dapat perunggu aja,” kata Aryono.
Dia mengaku merasakan sedikit banyak perbedaan bermain ganda putra dan ganda campuran. Di sektor ganda putra, menurut dia, kedua pemain dituntut untuk memiliki power dan speed.
Sedangkan di ganda campuran, Aryono merasa bermain harus sembari berpikir karena ada konsep pemain perempuan umumnya harus dilindungi dengan diberikan umpan bola-bola mudah sedang pemain lawan harus diserang.
Baca Juga: Apa yang Membuat Atlet Bulu Tangkis Indonesia Istimewa?