Jorge Lorenzo: MotoGP Kekurangan Rivalitas

Baginya, pembalap MotoGP 2022 punya hubungan terlalu baik

Balapan MotoGP 2022 makin ketat. Saat seri Inggris, misalnya, jarak pembalap yang finis di posisi sepuluh besar hanya sekitar enam detik. Itu menjadi salah satu seri balapan terketat dalam sejarah Grand Prix.

Namun, sebagian publik malah melihat MotoGP semakin kehilangan keseruannya. Persaingan yang menegangkan antara pembalap dan kepribadian yang unik dari pembalap terasa hilang. Tak sedikit penggemar yang mengungkapkan jika mereka mulai kehilangan greget menonton MotoGP.

Tak hanya pembalap, mantan juara MotoGP, Jorge Lorenzo pun melayangkan asumsi serupa. Apa alasan sang lima kali juara dunia itu menilai MotoGP 2022 kekurangan rivalitas?

1. Jorge Lorenzo tahu penyebabnya

Jorge Lorenzo: MotoGP Kekurangan RivalitasJorge Lorenzo (motogp.com)

Jorge Lorenzo percaya bahwa MotoGP memang telah berubah. Juara dunia lima kali (250cc musim 2006, 2007; dan MotoGP 2010, 2012, 2015) tersebut melihat MotoGP telah kehilangan rivalitasnya. Penyebabnya terutama hubungan antara pembalap yang terlihat baik-baik saja.

“Sekarang, semua pembalap tampaknya berteman,” komentar Lorenzo kepada Cycle World seperti dikutip Crash.

2. Persaingan harus menarik di dalam dan di luar lintasan

Jorge Lorenzo: MotoGP Kekurangan RivalitasJoan Mir, Fabio Quartararo, Francesco Bagnaia (motogp.com)

Lorenzo membandingkan era sekarang dengan saat ia masih aktif. Pada eranya, selalu ada rivalitas panas baik di dalam maupun di luar lintasan.

Para nama besar MotoGP, seperti Jorge Lorenzo sendiri, Valentino Rossi, Casey Stoner, hingga Marc Marquez, saling adu sikut di atas trek. Selain itu, mereka juga saling adu sindir saat berbicara di luar lintasan.

Hal tersebut berbeda dengan para pembalap MotoGP pada beberapa musim terakhir. Fabio Quartararo, Francesco Bagnaia, Jorge Martin, dan pembalap lainnya tak saling beradu argumen. Alhasil, keseruan dari konflik protagonis dan antagonis pun berkurang.

“Quartararo tak berbicara kepada Bagnaia seperti aku berbicara kepada Rossi. Pecco tak berbicara dengan Jorge Martin seperti Rossi berbicara dengan Stoner. Sekarang, mereka semuanya punya hubungan yang (terlalu) baik,” ungkap Lorenzo.

Baca Juga: Mengulas Asal-usul Julukan X-Fuera Milik Legenda MotoGP Jorge Lorenzo

3. Rivalitas menambah keseruan di mata penonton

Jorge Lorenzo: MotoGP Kekurangan RivalitasValentino Rossi dan Casey Stoner (motogp.com)

Bagi Legenda MotoGP asal Spanyol tersebut, persaingan dalam balapan motor selalu menambah keseruan. Balapan motor tak semata olahraga, tetapi juga hiburan bagi penonton.

“Aku sangat menghormati setiap pembalap, tetapi pertempuran yang kejam selalu membuat para penggemar bersemangat. Aku berpikir tentang tatapan tajam yang diberikan Gibernau kepada Valentino di Jerez 2005, pertarungan antara Rossi dan Stoner, atau Rossi dengan Biaggi.

Rivalitas itu terasa di udara. Sama halnya di Formula 1, dimana ada persaingan antara Lewis Hamilton dan Max Verstappen, atau Verstappen versus Leclerc, itu terlihat nyata,” ujar Lorenzo dikutip Crash.

4. Jorge Lorenzo pernah jadi hero dan antihero di MotoGP

Jorge Lorenzo: MotoGP Kekurangan RivalitasValentino Rossi dan Jorge Lorenzo (motogp.com)

Jorge Lorenzo mengingat persaingannya dengan Valentino Rossi. Pada MotoGP musim 2008 dan setelahnya, X-Fuera merupakan rival kuat The Doctor. Meski mereka satu tim di pabrikan Yamaha, rivalitas mereka sangat terasa. Bahkan, ada sekat dinding antara sudut Rossi dan Lorenzo di garasi Yamaha.

“Itu masa yang sulit. Tanpa kepribadianku yang kuat, mungkin aku akan kalah secara psikologis karena Valentino punya semua perhatian. Semua orang mencintainya, dan ini membuatmu sangat kecil.

Namun, aku bertekad, begitu aku menurunkan visor, targetku hanya menarik gas dan menang. Mengalahkan Rossi dengan motor yang sama memberiku banyak kepuasan dan popularitas,” beber atlet asal Pulau Balearic itu.

5. MotoGP pernah punya rivalitas panas antara Rossi dan Marquez

Jorge Lorenzo: MotoGP Kekurangan RivalitasValentino Rossi vs Marc Marquez (the-race.com)

Jorge Lorenzo memberi contoh persaingan lain yang sangat dramatis, yaitu rivalitas antara Valentino Rossi dan Marc Marquez musim 2015. Rossi menuduh Marquez bersekutu dengan Lorenzo untuk menjegalnya merebut titel.

“Tahun itu, aku bisa dengan mudah memenangkan gelar karena aku yang tercepat, tetapi saat balapan sesuatu selalu terjadi. Seperti masalah dengan visor, hujan pada hari Minggu setelah akhir pekan yang kering di Silverstone. Jadi, meskipun punya kecepatan, itu tetap menjadi musim yang berat.

Ada banyak faktor yang terlibat, tetapi kisah Marquez dan Rossi di Argentina sangat krusial. Valentino bertanggung jawab atas jatuhnya Marquez, tetapi ia tak meminta maaf setelah balapan. Marc tak suka. Aku pikir alasan dari Rossi mengubah jalannya perlombaan. Marquez tak benar-benar ingin aku jadi juara dunia, kami bukan teman,” ujar Lorenzo dilansir Crash.

Dorna selaku penyelenggara dan pemegang hak komersial MotoGP jelas punya pekerjaan rumah besar. Kejadian kosongnya grandstand di Sirkuit Silverstone, Inggris, seharusnya tak boleh terulang pada seri-seri berikutnya jika MotoGP masih mau mempertahankan gengsi sebagai ajang balap motor paling beken di dunia.

Baca Juga: Maverick Vinales Selangkah Lagi Cetak Sejarah di MotoGP

Ryan Budiman Photo Verified Writer Ryan Budiman

Hola... jadipunya.id

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya