Mengenal Francesco Bagnaia, Juara MotoGP yang Pantang Menyerah

Perjalanan kariernya tak mudah

Francesco Bagnaia atau yang akrab disapa Pecco berhasil membuat namanya tercatat dalam buku sejarah. Lahir pada 1997, siapa yang menyangka 25 tahun kemudian pemuda kelahiran Turin ini akan menjadi juara dunia MotoGP, ajang balap paling bergengsi sejagat.

Meski begitu, perjuangan Bagnaia mencapai puncak tak selalu mudah. Perjalanan kariernya penuh dengan tantangan dan kegagalan. Yuk, mengenal lebih dekat sosok Bagnaia lewat ulasan berikut ini!

1. Bagnaia berasal dari keluarga penggila motor

Mengenal Francesco Bagnaia, Juara MotoGP yang Pantang MenyerahFrancesco Bagnaia (motogp.com)

Francesco ‘Pecco’ Bagnaia sudah sejak kecil bersentuhan dengan sepeda motor. Kebetulan ayah dan pamannya penggemar mesin beroda dua itu. Jika ada waktu, keduanya bahkan sering menjajal lintasan di dalam sirkuit.

Bagnaia kecil tentu saja terpengaruh dengan hobi orang tuanya tersebut. Dari situlah kecintaannya pada motor dan balapan terbentuk.

“Paman dan ayahku biasa mengendarai motornya di sirkuit. Setiap kali aku punya kesempatan, aku pasti menonton mereka. Itu sebuah perasaan yang luar biasa saat melihat mereka mengemudi,” kata Bagnaia dilansir Motorsport-total.

Bagnaia masih ingat betul motor apa saja yang mereka gunakan. Ayahnya memacu Aprilia RSV4, sedangkan pamannya menggeber Ducati 996. Bagi Bagnaia kecil, mendengar suara mesin motor-motor tersebut memberikan kesan yang luar biasa.

Pada gilirannya, Bagnaia pun mendapatkan motornya sendiri. Bagnaia kecil memacu Beta 50, sebuah motor motocross yang cocok untuk anak seusianya kala itu.

“Motor pertamaku adalah Beta 50. Aku mengendarainya di kebun milik kakek nenekku. Mereka tak menyukainya karena aku menghancurkan segalanya. Itu adalah pengalaman pertamaku dengan sepeda motor,” ungkap penggemar klub sepak bola Juventus ini.

2. MotoGP sudah jadi kegemarannya sejak kecil

Mengenal Francesco Bagnaia, Juara MotoGP yang Pantang MenyerahFrancesco Bagnaia (motogp.com)

Seiring berjalannya waktu, pengalaman Bagnaia dengan sepeda motor pun makin kaya. Pada 2004, untuk pertama kalinya Bagnaia mengendarai motor sungguhan yang disewa di sirkuit. Ayahnya kemudian memberinya motor jalanan.

“Ayahku lalu membeli motor bekas. Aku langsung menikmatinya, sebuah motor warna merah bernomor 19 milik Alvaro Bautista. Itu adalah langkah pertamaku ke dunia balap motor. Aku langsung tertarik, itu indah,” tutur pembalap kelahiran 1997 itu.

Ada satu sosok lain yang membuat Bagnaia kecil tertarik dengan dunia balap. Meski saat itu ia belum mengenalnya, Bagnaia mengikuti sepak terjangnya dari televisi. Sosok itu adalah Valentino Rossi, legenda balap asal Italia.

“Aku sudah berada di dunia (balap) ini sejak aku masih kecil. Setiap kali kami melihat Valentino di TV, kami selalu bersorak untuknya. Ketika ia tak memenangkan kejuaraan dunia tahun 2006, aku menangis. Ketika ia menang, aku sangat senang,” kata pemuda yang gemar memasak ini dilansir Motorsport-total.

Baca Juga: 11 Rekor Francesco Bagnaia di MotoGP 2022, Sakti!

3. Musim awal di ajang Grand Prix tak berjalan dengan indah

Mengenal Francesco Bagnaia, Juara MotoGP yang Pantang MenyerahFrancesco Bagnaia (motogp.com)

Minat dan bakat balap Pecco Bagnaia tersalurkan dengan baik. Ia berhasil melaju ke kejuaraan dunia Grand Prix kelas Moto3 setelah melewati berbagai kompetisi. Bagnaia pernah bersaing di kejuaraan MiniGP Eropa, Pre-GP125, dan kejuaraan 125cc Spanyol.

Namun, awal perjalanannya di dunia balap tak seindah yang dibayangkan. Pada tahun 2013 yang merupakan musim debutnya di Moto3, Bagnaia tak mendulang satu pun poin. Hasil ini tak mencerminkan seorang calon juara dunia.

Beruntungnya Valentino Rossi melihat bakat terpendam dari Bagnaia. Pada 2014, ia diterima di VR46 Academy dan membalap untuk tim Racing Team VR46 milik The Doctor.

Saat berlatih bersama Rossi, Bagnaia harus memulai hidup di tempat baru. Ia pindah ke Romagna dari tempat asalnya di Piedmont. Selama empat tahun berikutnya, Bagnaia tinggal di Tavullia.

Pengorbanan tersebut membuahkan hasil. Sepanjang musim 2014, Bagnaia mulai mencatatkan poin penting di kejuaraan. Pada dua musim berkutnya, Bagnaia ditempatkan bersama tim Aspar-Mahindra untuk musim 2015 dan 2016.

4. Bagnaia pernah mencoba motor MotoGP meski masih berlaga di kelas Moto3

Mengenal Francesco Bagnaia, Juara MotoGP yang Pantang MenyerahFrancesco Bagnaia saat merebut gelar juara dunia Moto2 musim 2018 di Sirkuit Sepang. (motogp.com)

Pada 2016, performa Bagnaia di ajang Grand Prix mulai menanjak. Ia meraih kemenangan pertamanya di Moto3 saat turun balap di Sirkuit Assen. Penampilan ciamiknya tersebut disusul dengan kemenangan lain di Sirkuit Sepang.

Atas pencapaiannya itu, pada akhir musim ia mendapat hadiah menarik. Saat tes akhir musim di Valencia, Bagnaia diizinkan menggeber motor MotoGP untuk pertama kalinya. Kala itu ia mengendarai Ducati Desmosedici milik tim Aspar.

“Aku mendapat kesempatan ini karena menang taruhan. Saat awal musim aku bilang pada Gino Borsoi dan Aspar bahwa jika aku dua kali menang balapan, aku bisa mencoba motor MotoGP. Mereka tak menyangka aku akan berhasil dengan motor Mahindra,” ujar penyuka film Gladiator ini bangga seperti dilansir Motorsport-total.

Menguji motor MotoGP saat statusnya masih seorang pembalap di kelas ringan tentu sebuah kebanggaan tersendiri. Bagnaia menganggapnya sebagai pengalaman yang luar biasa.

“Biasanya aku memacu motor satu silinder kecil, lalu aku mengendarai motor bertenaga 300 hp. Luar biasa. Aku langsung bermimpi mencapai (kelas MotoGP). Kamu harus mengatasi banyak kesulitan, tetapi ambisinya selalu sama,” kata pembalap yang juga menyukai film The Pursuit of Happiness tersebut.

5. Meski sempat frustrasi, Bagnaia bisa membuktikan dirinya punya mental seorang juara

Mengenal Francesco Bagnaia, Juara MotoGP yang Pantang MenyerahFrancesco Bagnaia (motogp.com)

Setelah menjajal motor MotoGP tersebut, Bagnaia naik kelas ke Moto2. Pada musim pertamanya di kelas intermediate ia bisa mengumpulkan 4 podium. Setahun berikutnya pada 2018, Bagnaia tampil konsisten sehingga bisa merebut titel juara dunia Moto2 dengan raihan 8 kemenangan.

Namun, jalan karier Bagnaia tak selalu mulus. Saat tiba di kelas MotoGP musim 2019, Bagnaia mengalami masa adaptasi yang sulit. Dalam semusim ia hanya mampu meraih hasil finis sepuluh besar sebanyak tiga kali saja. Di antara para rookie, Bagnaia dibayangi oleh kesuksesan Fabio Quartararo yang lebih kompetitif.

Musim keduanya di MotoGP pun ia jalani dengan tak mudah. Bagnaia sempat didera cedera saat kakinya patah di Sirkuit Brno. Hanya di Sirkuit Misano ia bisa menunjukkan hasil terbaik dengan bersaing dan finis di barisan depan.

“Musim 2019 dan 2020 sangat sulit. Aku berada di atas angin pada 2019 karena aku juara dunia Moto2. Aku tak melakukan apa pun dalam uji coba, tetapi aku kompetitif. Itu hebat! Sayangnya, aku sama sekali tak berhasil saat balapan pertamaku.

Aku mengalami banyak masalah dan sering terjatuh. Bahkan sempat terjatuh empat atau lima kali beruntun. Aku kalah, sangat frustrasi dan hilang semangat,” beber Bagnaia dilansir Motorsport-total.

Untuk mengatasi masalah ini, Bagnaia yang membalap untuk tim Pramac Racing dan Ducati mencari strategi. Mereka kemudian mengubah pendekatan dalam balapan yang akhirnya berhasil.

“Dalam beberapa balapan terakhir, kecepatanku akhirnya meningkat. Di Sirkuit Phillip Island, aku finis P4,” kata pembalap yang menyukai pasta allo scoglio dan wine putih ini.

6. MotoGP musim 2021 dan 2022 jadi era kebangkitan Francesco Bagnaia

Mengenal Francesco Bagnaia, Juara MotoGP yang Pantang MenyerahFrancesco Bagnaia (motogp.com)

Usai dibelit kesulitan selama musim-musim awalnya di MotoGP, secercah harapan datang pada musim 2021. Pada paruh kedua musim, Bagnaia tampil trengginas di atas Desmosedici. Saat itu ia telah menjadi pembalap tim pabrikan Ducati.

“Pada 2021 aku belum merasa lengkap sebagai pembalap, tetapi aku mulai mengerti bahwa aku bisa menang. Aku berjuang untuk merebut gelar juara dunia, tetapi Fabio Quartararo tampil lebih hebat,” kata Bagnaia yang menjadi runner-up kejuaraan musim itu.

Memasuki musim 2022, lagi-lagi Bagnaia tak menjalani balapan dengan mudah. Ia sering terjatuh saat mendapat tekanan. Puncaknya adalah selisih yang mencapai 91 poin dari Quartararo. Namun, Bagnaia pantang menyerah.

Seri demi seri, pembalap bernomor 63 itu membalap dengan makin konsisten. Pada seri terakhir di Valencia, Bagnaia pun mengeklaim gelar juara dunia MotoGP pertamanya. Ia mewujudkan mimpi Ducati dan Italia untuk membawa pulang trofi juara.

 

Kehadiran Bagnaia di MotoGP memang sebuah fenomena. Didera kesusahan dan dililit rasa frustasi tak membuatnya putus asa. Mentalnya telah teruji sebagai seorang juara dunia. Untuk musim 2023, bisakah ia berjuang untuk mempertahankan gelarnya?

Baca Juga: 10 Potret Selebrasi Francesco Bagnaia saat Raih Juara Dunia MotoGP

Ryan Budiman Photo Verified Writer Ryan Budiman

Hola... jadipunya.id

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Albin Sayyid Agnar

Berita Terkini Lainnya