Dukung Dimaz Muharri, Pebasket RI Luncurkan Satu Bola Satu Suara

Semua demi basket Indonesia yang lebih baik

Jakarta, IDN Times - Para pebasket Indonesia bergerak menyikapi kasus yang menimpa Dimaz Muharri dan CLS Knights Surabaya. Mereka meluncurkan sebuah gerakan bernama 'Satu Bola Satu Suara'.

Gerakan yang diiniasi pemain dan mantan pemain basket Indonesia ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi dunia basket di Indonesia yang dianggap belum kondusif, selain tentunya sebagai upaya untuk membantu penyelesaian kasus Dimaz dan CLS.

"Satu Bola Satu Suara. Kita (pelaku basket) mempunyai perbedaan. Tapi kita saling bersinergi untuk membangun Basket Indonesia lebih baik melalui gerakan #satubolasatusuara," cuit eks pemain Satria Muda, Christian Ronaldo Sitepu, dalam akun Instagramnya.

Baca Juga: Duh, Eks Pemain Dituntut Ratusan Juta oleh CLS Knights

1. Gerakan ini digemakan oleh beberapa pebasket

Gerakan 'Satu Bola Satu Suara' ini digemakan oleh beberapa pebasket kondang di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Daniel Wenas. Galank Gunawan, dan Diftha Pratama. Mereka menggemakan gerakan ini lewat media sosial pribadi mereka masing-masing.

Para pemain dan eks pemain basket profesional Tanah Air sendiri memang sudah bertemu via Zoom pada Minggu (11/7/2021) lalu. Dalam pertemuan itu, selain melahirkan gerakan 'Satu Bola Satu Suara', juga membahas mengenai persoalan Dimaz dan bagaimana penyelesaiannya.

Baca Juga: Erick Thohir Ingin Kompetisi Lain Tiru Sukses Penyelenggaraan IBL 2021

2. Kasus Dimaz sudah masuk pengadilan

Dukung Dimaz Muharri, Pebasket RI Luncurkan Satu Bola Satu SuaraMantan pebasket profesional, Dimaz Muharri (kanan) / IBL Indonesia

Kasus antara Dimaz dan CLS ini sudah masuk ke Pengadilan Negeri Surabaya. Menurut pengacara Dimaz, Antonius Youngky Ardianto, sempat dilakukan mediasi di pengadilan. Namun, kata damai tidak tercapai.

"Tidak tercapai damai di mediasi pengadilan," ujar Antonius saat dihubungi IDN Times, Sabtu (10/7/2021).

3. Kronologi lengkap kasus Dimaz Muharri

Dukung Dimaz Muharri, Pebasket RI Luncurkan Satu Bola Satu SuaraMantan pebasket nasional, Dimaz Muharri / IBL Indonesia

Dimaz sendiri menjadi pemain CLS pada 2015 silam. Kala itu, dia mendapatkan kontrak dua tahun dari CLS.

Pada pertengahan jalan, Dimaz harus menghadapi situasi pelik. Istrinya, Selvia Wetty, dua kali keguguran. Dimaz kala itu merasa harus menemani sang istri untuk bisa bangkit dan fokus pada kesehatannya.

Akhirnya, Dimaz memilih mengundurkan diri. Ada pembicaraan intens dengan manajemen CLS. Kala itu, CLS tampak merestui keputusannya.

Beberapa hari setelah memutuskan mengundurkan diri, CLS meminta Dimaz membayar uang yang nilainya ratusan juta rupiah, termasuk pengembalian gaji.

Dimaz tak mau ambil pusing. Dia akhirnya membayarkannya. Menurut Dimaz, utang itu sudah lunas dan seharusnya kontrak sudah tak berlaku. Dimaz juga bayar tepat waktu karena kalau tidak, setiap bulannya akan berbunga lima persen.

Tapi, CLS belakangan kasih klausul lain. Mereka minta Dimaz menandatangani surat pernyataan tak main di klub profesional.

"Kata pihak yang memberikan, kalau saya gabung ke klub profesional lain sampai 2017 (sesuai akhir kontrak) maka harus bayar Rp393.600.000. Surat ini saya tanda tangani juga karena tak niat main basket profesional dalam waktu dekat. Surat tersebut diberi nama sebagai Surat Pengakuan Utang. Namun, tidak ada sepeser pun uang yang mengalir ke saya dari jumlah tersebut," begitu tulisan Dimaz dalam surat terbukanya.

Kemudian, pada 2019, Dimaz kembali dapat tawaran main lagi di pentas profesional. Kala itu datang dari Louvre Surabaya. Karena kangen dan kebetulan kondisi keluarganya membaik, Dimaz pada akhirnya menerima tawaran tersebut.

Namun, Dimaz dikejutkan dengan munculnya tuntutan CLS. Mereka meminta Dimaz membayar uang senilai Rp393.600.000 karena main buat klub lain.

Dimaz bingung karena sejatinya 2019 sudah melewati masa kontrak bersama CLS. Pada akhirnya, Dimaz sadar kalau ternyata dalam surat itu tak ada batasan waktu terkait kontrak itu.

"Bagaimana bisa kontrak kerja berlaku seumur hidup? Apakah kalau berkesepakatan dengan CLS Knights artinya mengikat hingga ujung usia? Dan yang makin menyedihkan, kalau saya tidak bayar uang tersebut, mereka menggugat supaya dapat menyita rumah di Surabaya dan warisan almarhum bapak di Binjai," ujar Dimaz.

Baca Juga: Basket Indonesia Menuju Piala Dunia

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya