PPKM Darurat Berlaku, Atlet Olimpiade Bagaimana Nasibnya?

Asal, latihan menerapkan prokes yang ketat

Jakarta, IDN Times - Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat resmi diberlakukan. Pemerintah menerapkan PPKM Darurat sejak 3 hingga 20 Juli 2021 mendatang, yang membuat segala macam kegiatan di segala sektor harus dibatasi demi menekan penyebaran COVID-19. Lantas, bagaimana nasib atlet Indonesia yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020, apakah bisa latihan?

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Indonesia, Zainudin Amali, menyebut atlet yang tengah bersiap menuju Olimpiade 2020 Tokyo akan tetap melaksanakan pemusatan latihan, di tengah aturan PPKM Darurat yang diterapkan mulai pemerintah.

Namun, Zainudin meminta agar para atlet yang tengah melaksanakan pemusatan latihan agar menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Sebab, jika nanti ada atlet yang terpapar COVID-19, itu akan mempersulit keberangkatan kontingen Indonesia ke Tokyo nantinya.

"Saya kira menjelang beberapa hari keberangkatan ke Tokyo, pasti semua atlet akan menjaga diri. Sebab, kalau sampai terjadi apa apa, mereka tidak bisa berangkat. Jadi, memang mereka yang akan merasakan akibatnya," ujar Zainudin dalam jumpa pers virtual, Kamis (1/7/2021).

Baca Juga: [BREAKING] Jokowi: PPKM Darurat Berlaku 3-20 Juli 2021, Ada Pembatasan Ketat

1. Menpora ingin atlet patuh dan tetap di bubble

PPKM Darurat Berlaku, Atlet Olimpiade Bagaimana Nasibnya?

Sekarang ini, banyak cabang olahraga (cabor) yang menerapkan sistem bubble dalam pemusatan latihan yang digelar. Jadi, gerak atlet hanya dibatasi dari wisma/hotel tempat menginap sampai ke lokasi latihan.

Nah, Zainudin ingin agar atlet tidak banyak melakukan pergerakan ke luar bubble. Sebab, ketika nanti atlet keluar dari bubble yang sudah diterapkan, potensi terpapar COVID-19 cukup besar.

"Pemusatan latihan sebenarnya sih itu kan terpusat, asal disiplin dan diberlakukan sistem bubble, aman. Jadi, pergerakan mereka cuma dari tempat menginap ke tempat latihan, harus begitu. Jangan sampai ada yang keluar dari bubble, karena nanti ada potensi virus terbawa ke bubble," ujar Zainudin.

2. Menpora kirim surat ke Satgas soal pelatnas di GBK

PPKM Darurat Berlaku, Atlet Olimpiade Bagaimana Nasibnya?Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainduin Amali memimpin Rapat Koordinasi PON di Auditorium Wisma Menpora, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (8/6) siang.

Saat ini, Menpora sedang mengirim surat ke Satgas COVID-19, terkait beberapa cabor yang tengah melaksanakan pelatnas di Kompleks Gelora Bung Karno (GBK). Surat ini nantinya akan jadi info sekaligus rekomendasi dari Kemenpora terkait para atlet yang tengah mengadakan pelatnas di GBK.

"Jadi, kami sudah meminta ke Satgas dan menjelaskan urgensi mereka yang ada di situ. Kemudian, kami juga jelaskan penerapan protokol kesehatan seperti apa, karena di sana kan hanya ada beberapa orang saja. Misalnya, panahan ada berapa orang saat latihan, begitu," ujar Zainudin.

Terkait tim basket yang juga tengah mengadakan pelatnas jelang FIBA Asia Cup 2021, Zainudin juga mengaku sudah membantu dengan mengirimkan surat rekomendasi ke Satgas COVID-19. Dia percaya, dengan pengalaman di IBL 2021, tim basket dapat menjalankan pelatnas dengan baik.

"Kalau pelatnas FIBA, saya kira mereka ada pengalaman dari IBL 2021, itu lebih banyak pesertanya. Sepanjang mereka bisa menjaga diri dengan sistem bubble tadi, seharusnya aman," ungkap Zainudin.

3. Olimpiade Tokyo akan menggunakan sistem bubble

PPKM Darurat Berlaku, Atlet Olimpiade Bagaimana Nasibnya?Monumen Cincin Olimpiade terlihat di depan kantor pusat Komite Olimpiade Jepang (JOC) dekat Stadion Nasional, stadion utama untuk perhelatan Olimpiade Tokyo 2020 yang ditunda ke 2021 akibat pandemi virus corona (COVID-19), di Tokyo, Jepang, Rabu (23/6/2021), di hari yang menandai satu bulan menjelang pembukaan Olimpiade. ANTARA FOTO/REUTERS/Issei Kato.

Zainudin menyebut, Olimpiade Tokyo 2020 nanti juga akan menerapkan sistem bubble. Gerak kontingen hanya akan dibatasi mulai dari wisma atlet sampai ke venue pertandingan. Sedangkan bagi orang non-atlet, seperti wartawan, gerak mereka dibatasi dari hotel ke venue.

"Dari pengalaman yang ada, sepanjang sistem bubble diterapkan dan disiplin, Insya Allah aman. Toh kan yang Olimpiade Tokyo juga pakai sistem bubble, dari wisma atlet ke venue. Bolak-balik, begitu saja. Kalau yang bukan atlet atau pelatih, ya geraknya cuma dari hotel ke venue," ungkap Zainudin.

Baca Juga: Tak Ada Napas, 6 Pemain Spanyol Langsung ke Olimpiade Usai Piala Eropa

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya