Sengkarut Soal Olimpade: Akankah Batal atau Berlanjut?

Sengkarut terjadi jelang pelaksanaan Olimpiade di Tokyo

Jakarta, IDN Times - Sengkarut hadir jelang pelaksanaan Olimpiade 2021 Tokyo yang digelar pertengahan 2021. Beda pendapat terjadi di antara masyarakat Jepang, pemerintah Jepang, serta beberapa pengamat olahraga dunia.

Olimpiade sendiri sebenarnya dijadwalkan terselenggara pada 2020 kemarin. Namun, akibat pandemik COVID-19 yang melanda seluruh dunia, ajang olahraga dunia empat tahunan ini akhirnya ditunda dan dijadwalkan akan terselenggara pada pertengahan 2021 ini.

Persiapan pun dilakukan Jepang selaku tuan rumah semaksimal mungkin. Akan tetapi, justru malah sengkarut yang hadir, mengingat kenyataan bahwa pandemik COVID-19 yang melanda dunia belum reda sepenuhnya hingga 2021 ini.

1. Sebanyak 80 persen warga Jepang ingin Olimpiade ditunda atau dibatalkan

Sengkarut Soal Olimpade: Akankah Batal atau Berlanjut?Warga dengan msaker pelindung menjaga dari penularan virus COVID-19, mengantre berjarak untuk menyaksikan api Olimpiade saat tur Reli Api Olimpiade Tokyo 2020 di Fukushima, Jepang, Selasa (24/3/2020). ANTARA FOTO/Kyodo via REUTERS

Pada 10 Januari 2021 lalu, media Jepang, Kyodo, melakukan jajak pendapat mengenai apakah Olimpiade tetap diadakan atau ditunda. Hasilnya, dalam jajak pendapat yang melibatkan 1.041 partisipan dari seluruh Jepang itu, 80 persen warga ingin Olimpiade 2021 ditunda atau dibatalkan.

Rinciannya, 35,3 persen masyarakat ingin Olimpiade dibatalkan, sedangkan 44,8 persen lainnya ingin Olimpiade ditunda. Terlepas dari keinginan masyarakat ini, alasan mereka sama: pandemik COVID-19 di Jepang belum reda, dan itu berisiko untuk semua pihak.

Baca Juga: Olimpiade Tokyo Dibayangi Lonjakan Kasus COVID-19

2. Keinginan masyarakat Jepang selaras dengan mantan pejabat Olimpiade 2012

Sengkarut Soal Olimpade: Akankah Batal atau Berlanjut?Ilustrasi medali untuk Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang. Tokyo2020.org

Keinginan masyarakat Jepang ini rupanya selaras dengan yang diutarakan mantan pejabat Olimpiade 2012, Keith Mills. Ia menyebut, jika masih berada di posisi sebagai pemangku kebijakan Olimpiade, ia akan memiliki rencana pembatalan Olimpiade di Tokyo ini.

"Saya yakin mereka (Jepang) sudah memiliki rencana untuk pembatalan. Namun, menurut saya, mereka baru akan benar-benar membuat keputusan krusial pada menit-menit akhir. Mereka masih akan memantau situasi, apakah semua akan membaik atau tidak," ujar Mills, dilansir Reuters.

Sedangkan, menurut ketua panitia penyelenggara Olimpiade 2012 Seb Coe, tantangan yang akan dihadapi Jepang saat menyelenggarakan Olimpiade 2021 adalah bagaimana menyesuaikan diri dengan pandemik. Tidak bisa dimungkiri, Olimpiade merupakan tempat berkumpulnya orang-orang, baik itu atlet, ofisial, maupun wartawan.

Coe memprediksi, pekerjaan rumah bagi Jepang adalah bagaimana caranya mereka mengatur atlet, ofisial, dan orang sebanyak itu agar tidak menjadi tempat menyebarnya COVID-19. Kerumunan dan jarak antar atlet akan jadi sesuatu yang krusial.

"Menurut saya, masalah berat ada di kerumunan dan jarak antar atlet. Coba pikirkan, di perkampungan atlet nantinya, ada 10.500 atlet dan mungkin 7.000 staf pendukung lainnya. Mereka tentu ingin makan pada waktu yang hampir bersamaan," ujar Coe kepada Sky News.

3. Perdana Menteri Jepang optimistis Olimpiade bisa tetap terselenggara

Sengkarut Soal Olimpade: Akankah Batal atau Berlanjut?Kedatangan Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga beserta Ibu Mariko Suga di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, pada Selasa, 20 Oktober 2020. PM Yoshihide Suga dan Ibu Mariko Suga disambut oleh Sekretaris Kabinet Pramono Anung di tangga pesawat (Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga optimistis, Olimpiade tetap bisa terselenggara di tahun 2021 ini, terlepas dari meningkatnya kasus COVID-19 di Jepang baru-baru ini. Ia siap menjawab tantangan publik.

"Kami akan terus maju dengan persiapan, dengan tekad membangun langkah-langkah anti infeksi yang sangat ketat, dan menyelenggarakan acara yang dapat membawa harapan dan keberanian kepada dunia," ujar Suga dilansir ANTARA.

Salah satu langkah yang rencananya bakal diterapkan Jepang adalah membatasi kehadiran atlet saat acara pembukaan dan penutupan Olimpiade. Diperkirakan, hanya akan ada enam ribu atlet yang hadir di acara pembukaan dari 11 ribu atlet yang disinyalir bakal tampil di Olimpiade.

Tidak hanya itu, atlet juga tidak bisa masuk ke perkampungan atlet lebih dari lima hari sebelum event mereka berlangsung. Atlet juga harus meninggalkan perkampungan atlet dua hari setelah menyelesaikan pertandingan.

4. Jalan tengah dari pejabat IOC untuk Olimpiade Tokyo

Sengkarut Soal Olimpade: Akankah Batal atau Berlanjut?www.olympic.org

Komite Olimpiade Internasiona (IOC) turut bersuara mengenai sengkarut Olimpiade Tokyo ini. Anggota senior IOC Dick Pound, memastikan Olimpiade di Tokyo tetap bisa digelar. Dengan catatan, ada beberapa penyesuaian yang dilakukan, termasuk tidak diperbolehkannya penonton hadir di venue.

"Pertanyaannya adalah, apakah harus ada penonton atau apa akan lebih menyenangkan jika ada (penonton)? Akan menyenangkan memiliki penonton, tetapi itu (penonton) tidak harus ada," ujar Pound, dilansir Reuters.

Lebih jauh, Pound optimistis Olimpiade di Tokyo bisa terselenggara, dalam kapasitas tertentu. Olimpiade ini mungkin tidak akan ramai, tetapi ia percaya Jepang sudah mempersiapkannya dengan baik.

"Tidak ada yang bisa menjamin (Olimpiade akan berjalan sesuai rencana). Tetapi, saya pikir ada peluang yang sangat, sangat bagus bahwa mereka (Jepang) bisa, dan mereka bakal melakukannya," ujar Pound.

Baca Juga: Jokowi Minta Menpora Bentuk Komite Khusus Bidding Host Olimpiade 2032

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya