[WANSUS] Junas Miradiarsyah Antara Basket, Musik, dan IBL

Bincang-bincang dengan Dirut IBL, Junas Miradiarsyah

Jakarta, IDN Times - Sorot matanya tajam, plus raut mukanya tegas. Meski terkesan sedikit menakutkan, nyatanya dia tetaplah sosok yang ramah dan enak diajak berdiskusi. Ya, itulah kesan yang kami tangkap dari sosok Junas Miradiarsyah.

Saat ini, Junas dikenal publik sebagai Direktur Utama dari Indonesia Basketball League (IBL). Dia bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kompetisi basket profesional di Indonesia saat ini.

Di bawah kendalinya, IBL jadi salah satu model kompetisi profesional Indonesia yang bisa bertahan selama pandemik COVID-19. Junas bersama jajarannya mampu membuat sistem yang melindungi para pemain di klub serta elemen lainnya. Belakangan, sistem itu dikenal sebagai bubble.

Sistem macam ini ternyata mau diterapkan pula di Olimpiade Tokyo 2020. Membuktikan kalau memang sistem tersebut sudah dipikirkan dan telah menjadi model utama dalam penyelenggaraan olahraga di level internasional.

Selain aktif berkecimpung di dunia basket, ternyata Junas juga sempat bergelut di dunia lain di bidang lain. Hal itu dia ungkapkan saat berbincang-bincang dengan IDN Times dalam program Ngobrol Seru. Berikut petikan bincang-bincang kami dengan Junas.

Mulai tertarik dengan dunia basket sejak kapan?

[WANSUS] Junas Miradiarsyah Antara Basket, Musik, dan IBLSimulasi IBL Musim 2021 (Dok. IBL)

Kalau kenal basket dari kecil. Sejak SD sudah main basket. Jadi, saya mulai main basket itu, kalau enggak salah kelas empat SD. Waktu itu pindah ke Jakarta, olahraga sekolahnya waktu itu basket. Kelas enam masuk tim basket SD, keterusan SMP main juga, mulai masuk klub.

Nah, keterusan lagi masuk SMA. Ada tim basketnya di SMA 3. Masuk klub, saya makin serius, ikut latihan di tim junior. Sempat juga main di liga profesional, cuma tidak lama karena waktu itu mainnya sambil sekolah. Jadi selesai kuliah, lulus, berhenti main basketnya juga. Terakhir main profesional itu 2002.

Apa serunya basket?

[WANSUS] Junas Miradiarsyah Antara Basket, Musik, dan IBLIndonesia Basketball League (IBL). (Dok. IBL).

Ya, senang aja sih, karena ada kerja samanya. Terus, kalau waktu kecil kan apa saja kita mainkan, mulai dari basket, sempat main kasti juga. Cuma, saya kurang tertarik kasti. Mungkin, karena basket ada freestyle, bisa dribel, fast break, lay up, dan tembakan three points.

Lingkungan juga berpengaruh sih, karena kakak main basket, sudah ikut tim duluan, jadi saya diajak. Memang terpacu dari lingkungan juga. Lingkungan memang berpengaruh banget waktu itu.

Baca Juga: Fase 2 IBL 2021 Tetap Tanpa Penonton

Suka basket, pasti ikuti NBA. Ada tim favorit?

[WANSUS] Junas Miradiarsyah Antara Basket, Musik, dan IBLtwitter.com/MiamiHEAT

Kalau pemain sepanjang masa pasti Michael Jordan, karena saya memang hidup di era itu. Sudah enggak mungkin lah kalau bukan dia. Chicago Bulls juga saya suka.

Cuma untuk di luar itu, saya juga suka Miami Heat, Dwayne White. Cuma memang Jordan benar-benar meledak saat itu.

Dengar-dengar punya band juga?

[WANSUS] Junas Miradiarsyah Antara Basket, Musik, dan IBLSimulasi IBL Musim 2021 (Dok. IBL)

Ya, saya memang kariernya banyak di media. Jadi setelah saya lulus, langsung kerja di majalah. Terus pindah ke radio Prambors sembilan tahun. Lalu, saya pindah ke Mahaka di grup medianya. Mungkin, lebih dari 15 tahun di bidang media ini.

Punya band juga namanya Stepforward. Dari dulu juga itu, saat masih sekolah SMA kan bisa dikerjain semua, basket jalan, musik, dan kebetulan keduanya keterusan.

Jadi, main basket sampai klub. Sempat main ke mana-mana. Buat musiknya, juga sempat bikin band, iseng-iseng manggung di komunitas, tiap pekan main. Keterusan, bikin album terus sampai sekarang. Sempat rekaman juga.

Bisa bagi waktu?

[WANSUS] Junas Miradiarsyah Antara Basket, Musik, dan IBLIlustrasi Bermain Musik (Bass) (IDN Times/Shemi)

Bisa saja sih, namanya kalau waktu kan, prinsip saya ada 24 jam. Kalau dibagi-bagi bisa banyak sekali. Masalahnya tinggal komitmennya saja. Mau dijalankan penuh atau tidak. Kalau berkomitmen penuh ya, sampai malam, sampai jam 9 atau 10 kami jalankan, dan itu yang saya alami.

Jadi, waktu kuliah itu, siangnya latihan basket, waktu itu namanya kuliah cari penghasilan tambahan. Saya juga kerja paruh waktu, sore latihan basket lagi, lalu malamnya mulai jam 8 latihan band, besoknya begitu lagi. Ya senang saja sih. Jadi, sebenarnya masalah waktu yang bisa mengatur sebenarnya kita.

Balik ke basket, kapan sih pastinya ditunjuk jadi Dirut IBL?

[WANSUS] Junas Miradiarsyah Antara Basket, Musik, dan IBLIBL 2021. (Dok. IBL)

Saya jadi Dirut IBL mulai kuarter ketiga 2019. Jadi, waktu itu ada RUPS pada Juli, pengangkatan di Agustus 2019. Ya, saya selain di IBL pegang LIMA juga. IBL yang basket profesionalnya, lalu liga untuk mahasiswa itu LIMA. Cuma itu cabangnya lebih luas, ada futsal, basket, badminton, sama E-Sports.

Kalau sebagai operatornya kan saya baru ini. Musim pertama saya 2020, dan 2021 ini sedang berjalan. Kalau bilang suka dukanya, mungkin sukanya banyak sekali indikator peningkatan sejak beberapa tahun belakangan di industri basket.

Dari sisi fans, musim 2020 sebelum pandemik banyak memecahkan rekor di sejumlah kota soal penjualan tiket. Lalu, pertandingannya juga banyak yang overtime, rata-ata skornya tinggi, banyaklah sukanya, ada perkembangan signifikan.

Dukanya lebih pada situasi pandemik ini, saat kompetisi sedang berkembang, banyak peningkatan, dan sudah jalan lebih dari setengah. Kemudian, pandemik muncul. Dukanya itu sih, disayangkannya begitu. Cuma kan ini situasi yang tidak diinginkan semua.

Selama pandemik, IBL menerapkan sistem bubble yang jadi inovasi di Indonesia. Dari mana idenya?

[WANSUS] Junas Miradiarsyah Antara Basket, Musik, dan IBLIBL 2021. (Dok. IBL)

Di awal, kami belum tahu istilah bubble. Intinya, waktu itu saat persiapan kami mencari tempat di mana orang tidak keluar-masuk. Jadi, di satu tempat saja buat main, tinggal, semua aktivitasnya di sana. Makanya, waktu itu kami sempat memilih tempatnya di Kelapa Gading, karena memungkinkan di situ. Fasilitasnya semua ada.

Bersamaan dengan itu, NBA 2019/20 mulai lagi. Kami langsung studi banding sama NBA, disebutnya NBA Bubble, sistemnya serupa, begitu. Setelah basket waktu itu juga ada olahraga lain yang memakai sistem bubble. Akhirnya, dicobalah waktu itu sistem bubble yang sama juga di Indonesia

Prinsipnya kan bagaimana orang yang masuk dengan pengawasan yang ketat, ketika masuk dia gak bisa keluar lagi sampai hari penyelenggaraan selesai. Waktu musim reguler IBL 2021 kemarin bubblenya di Cisarua.

Sempat ditemukan kasus positif di awal, bagaimana mengatasinya?

[WANSUS] Junas Miradiarsyah Antara Basket, Musik, dan IBLIBL 2021. (Dok. IBL)

Pada fase awal memang sempat ada kasus. Jadi, sebelum kami masuk ke sistem bubble, masih ada kasus. Tetapi, fungsi pengawasan dan penyaringan itu untuk melihat serta mengantisipasi sebelum kami mulai. Jadi, ketika ada yang terdeteksi bisa langsung diatasi. Makanya, waktu itu Pelita Jaya masuknya belakangan, karena sempat ada paparan di timnya.

Setelah itu, kami lakukan penyaringan, kemudian ada protokolnya. Alhamdulillah, meski di awal ada kasus COVID-19, akhirnya bisa kami tangani dengan baik. Tiga tes PCR terakhir, dari 442 orang, kasusnya nol. Itu yang bikin kami percaya sistem bubble dan pengawasan yang kami buat bisa berjalan dengan baik.

Tapi, tetap saja pandemik COVID-19 berpengaruh soal finansial kompetisi kan?

[WANSUS] Junas Miradiarsyah Antara Basket, Musik, dan IBLIBL 2021. (Dok. IBL)

Ya ada pasti. Kalau kita bicara basket, yang paling berasa sekali kan tidak adanya penonton di lapangan. Otomatis, kalau bicara finansial, potensi pendapatan dari tiket sudah hilang. Jadi, aspek finansial di situasi pandemik ini sangat terasa.

Kami hanya harus berpikir kreatif. Maksudnya, apa yang bisa kami lakukan untuk tetap mempertahankan kepercayaan sponsor. Karena, penting adanya keterikatan dengan sponsor. Makanya, kami buat banyak invoasi, ada penonton interaktif di lapangan. Dalam tayangan, kami bikin ada materi sponsor. Kami juga bikin program dengan sponsor.

Jadi, dari perspektif sponsor, mereka mendapatkan manfaat yang oke, dan sisi publikasinya tetap terjaga, meski tidak ada penonton. Intinya, di situasi seperti ini kami memang dipaksa buat berpikir kreatif.

Baca Juga: Skema Bubble Macam IBL Diterapkan di Olimpiade Tokyo 2020

Sudah terpikir untuk terapkan format kandang-tandang?

[WANSUS] Junas Miradiarsyah Antara Basket, Musik, dan IBLiblindonesia.com

Memang sudah ada arah ke sana. Tetapi, kan perlu dipersiapkan semua, memang dengan format kandang-tandang, fans punya kedekatan langsung dengan tim kota tersebut. Di seluruh dunia pun konsepnya kompetisinya memang seperti itu.

Tetapi, untuk ke sana semua harus siap. Mulai dari kompetisi, pemain, infrastruktur, finansial, dan klubnya. Itu sedang kami siapkan. Mudah-mudahan dalam dua sampai tiga tahun ke depan, kami bisa coba format ini secara bertahap.

Nantinya, kalau seluruh game belum bisa, secara bertahap dulu kami lakukan. Tetapi memang arahnya ke sana, meski banyak aspek yang masih harus dibenahi.

Jadi Ketua FIBA Asia 2021 pula, kira-kira apa tantangan Indonesia?

[WANSUS] Junas Miradiarsyah Antara Basket, Musik, dan IBLLogo FIBA Asia Cup 2021. (dok. Media FIBA Asia Cup)

Tantangannya di masa pandemik ini tentu protokol kesehatan ya, karena kalau soal penyelenggaraan sudah punya pengalaman Asian Games. Secara teknis bisa kami atasi.

Cuma, tantangannya di era pandemi ini bagaimana kami bisa mewujudkan event olahraga yang aman dari COVID-19. Ini kan negara, skalanya lebih besar lagi. Jadi, kami harus melihat variabel dari banyak negara kebijakan mereka bagaimana. Ditambah kebijakan negara kita bagaimana, begitu.

Kapan sih FIBA Asia 2021?

[WANSUS] Junas Miradiarsyah Antara Basket, Musik, dan IBLAcara peluncuran logo resmi FIBA Asia Cup 2021. (dok. Media FIBA Asia Cup 2021)

Insya Allah ini jadi event internasional pertama di masa pandemik. Memang tidak mudah, banyak tantangannya, tetapi kalau ini berjalan, bisa jadi kebanggaan buat kita sebagai bangsa, bahwa event olahraga ini bisa diselenggarakan dengan protokol kesehatan yang ketat.

Ada istilah jadi tuan rumah yang baik. Nah, lewat event ini, kami bisa tunjukkan masyarakat Indonesia itu patuh protokol kesehatan. FIBA Asia Cup ini juga bisa jadi promosi, Indonesia bisa meredam dan menjalankan kegiatan internasional di masa pandemik. Eventnya berjalan 17 hingga 29 Agustus 2021, di Istora Senayan.

Ada pesan buat sobat milenials yang sedang meniti karier di basket?

[WANSUS] Junas Miradiarsyah Antara Basket, Musik, dan IBLIBL 2021. (Dok. IBL)

Ini berdasarkan data ya, saya dapat dari internasional juga. Jadi, di Indonesia, olahraga basket sedang meningkat pesat. Untuk tontonan jadi nomor dua setelah sepak bola, dan di Indonesia juga kompetisinya sudah mulai. Basket juga jadi kompetisi skala nasional pertama yang mulai.

Kemudian, kita bisa lihat juga banyak venue dan akademi basket baru. Ada juga momentum FIBA Asia Cup pada Agustus 2021 nanti. Momentum puncak juga ada di 2023 (Piala Dunia Basket). Jadi, yang baru mau atau sedang rajin main basket, saya berani bilang, ini olahraga yang sedang berkembang pesat dan akan lebih maju dari sebelumnya. Jadi, keep playing dan tetap semangat.

Baca Juga: Erick Thohir: IBL Jadi Model Industri Olahraga di Tengah Pandemik

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya