Aksi Perenang Tolak Main di Olimpiade 2020 Demi Lawan Militer Myanmar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sebuah sikap tegas diambil oleh perenang Myanmar, Win Htet Oo. Dia memutuskan untuk tak tampil dalam ajang Olimpiade Tokyo 2020, sebagai bentuk perlawanan terhadap junta militer Myanmar.
Win merupakan salah satu atlet Myanmar yang paling vokal menentang kekerasan junta militer Myanmar. Dia merasa malu kalau tampil di Olimpiade 2020, menjadi wakil dari pemerintahan represif.
Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 Dalam Bayang-bayang Demonstrasi Perawat
1. Win minta IOC coret MOC dari Olimpiade Tokyo
Maka dari itu, Win menghendaki kepada Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk mencoret Komite Olimpiade Myanmar (MOC) dari keikutsertaan di pesta olahraga terbesar itu.
Lewat akun media sosialnya, Win berharap IOC bisa bertindak tegas agar MOC dicoret lantaran dianggap gagal menjalankan tugasnya sebagai pembawa pesan perdamaian lewat olahraga, bahkan terkesan membiarkan terjadinya kekerasan di Myanmar.
"MOC telah gagal melindungi nilai-nilai olimpik di Myanmar. Sebagai olahragawan, saya mau mengajak pihak internasional melakukan boikot terhadap MOC. Saya minta IOC untuk melakukan investigasi terhadap MOC. Genocida tak layak berada di Olimpiade," begitu tulisan Win di akun facebook miliknya.
2. Kesal dengan sikap semena-mena junta militer
Editor’s picks
Win sejatinya saat ini sedang melakoni pemusatan latihan di Melbourne, Australia. Sebenarnya, dia masih berharap ada perubahan yang signifikan dalam situasi politik di Myanmar dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, kondisi tak kunjung berubah. Hingga akhirnya, Win melakukan perlawanan macam ini.
3. Kudeta bak perampokan bersenjata
Situasi politik di Myanmar memburuk sejak 1 Februari 2021 lalu. Kekerasan terjadi di mana-mana sejak itu.
Rakyat yang ikut dalam gerakan anti-kudeta, melawan junta militer, jadi korbannya. Sebanyak 750 warga sipil tewas di tangan junta militer.
Sepanjang kudeta, memang junta militer melakukan tindakan yang berlebihan. Selain membunuh banyak warga sipil, junta militer disebut-sebut sudah menjarah harta rakyat hingga mencuri aset negara.
"Ada juga korupsi di antara pegawai pemerintah lainnya. Apa yang membedakannya dengan militer adalah mereka memiliki senjata. Jadi pada dasarnya ini adalah perampokan bersenjata," ujar Htun Myat Aung, seorang kapten tentara yang membelot pada Maret 2021 lalu, dikutip Myanmar Now.
Baca Juga: Deretan Bukti Kejahatan Junta Myanmar Bak Sindikat Penjahat Bersenjata