Jakarta E-Prix, Era Baru Balap Mobil yang Lebih Sehat

Jakarta E-Prix jadi fase baru balap mobil di Indonesia

Jakarta, IDN Times - Formula E Seri Jakarta sejatinya memiliki nilai positif terhadap berbagai aspek, baik dari segi lingkungan hingga sisi keolahragaan. Dengan hadirnya Formula E di Jakarta, tentu menjadi awal dari era baru balap mobil nasional.

Hadirnya Formula E, yang baru dimulai pada 2014 silam, sebenarnya sudah menjadi pertanda kalau akan ada pergeseran tren dalam dunia balap mobil. Mengusung kampanye ramah lingkungan, Formula E bak gong yang nyata di dunia otomotif untuk menggeser adanya perubahan perilaku dalam masyarakat.

Kini, Formula E hadir di Jakarta. Bermula dari pertemuan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dengan para petinggi Federasi Otomotif Internasional (FIA) pada 2019 lalu, Formula E akhirnya hadir di Jakarta.

Usai pertemuan itu Anies langsung mengumumkan kalau Jakarta menjadi lokasi ideal buat menggelar Formula E. Apa yang disampaikan Anies langsung terealisasi dengan kunjungan sejumlah petinggi Formula E. Hingga akhirnya, tercapai kesepakatan kalau Formula E digelar pada 4 Juni 2022 mendatang.

Tentu, ini menjadi start bagus dalam proyek besar Jakarta dan Indonesia untuk merealisasikan pergeseran orientasi penggunaan kendaraan. Pada 2060 mendatang, Indonesia memang sudah menargetkan bakal menjadi salah satu negara net zero emission (NZE).

Makanya, Formula E menjadi kampanye yang tepat buat mewujudkannya. Terlebih, belakangan ini cukup banyak pengguna mobil listrik di Indonesia.

"Formula E merupakan pesan, kalau di masa depan kita akan menggunakan kendaraan berbasis listrik yang bebas emisi," kata Anies di 2019 silam.

Formula E di ibu kota yang bertajuk Jakarta E-Prix sebenarnya bisa menjadi pendukung utama pula dalam kampanye teknologi ramah lingkungan sepanjang G20. Presiden Joko Widodo juga belakangan kian gencar dalam melancarkan kampanye teknologi ramah lingkungan.

Baru-baru ini saja, Jokowi mengunjungi CEO Tesla, Elon Musk, demi proyek energi terbarukan di masa depan yang akan diusung Indonesia.

"Presidensi G20 merupakan kesempatan yang bagus buat kita menunjukkan berbagai komitmen pengurangan emisi CO2," ujar Jokowi.

Secara langsung, Jokowi tampak pula mendukung gelaran Formula E. Sebagai salah satu kampanye efektif NZE, Jokowi bahkan sempat meninjau pembangunan sirkuit Formula E di Ancol, Jakarta Utara.

"Kita harapkan, di awal Juni 2022 bisa melihat balapannya," ujar Jokowi, 24 April 2022 lalu.

Baca Juga: 7 Mantan Pembalap Formula 1 yang Musim Ini Berlaga di Formula E

Tantangan Berat Formula E

Jakarta E-Prix, Era Baru Balap Mobil yang Lebih SehatAhmad Sahroni di Sirkuit Formula E (IDN Times/Aryodamar)

Memang, Formula E bisa menjadi kampanye efektif dalam pergeseran perilaku masyarakat kepada penggunaan kendaraan ramah lingkungan. Namun, PR-nya terbilang sangat berat.

Sebab, secara popularitas, Formula E terbilang anak bawang dalam olahraga otomotif. Popularitasnya masih kalah dari Formula 1.

Hanya saja, melihat antusiasme penonton yang muncul di media sosial, tampaknya Jakarta E-Prix bisa menjadi ramai. Masyarakat begitu bergairah dan hendak menyaksikan balap mobil yang baru ini. Lihat saja kolom komentar instagram Jakarta E-Prix, @jakartaeprixofficial, yang dibanjiri pertanyaan dan pernyataan dari warga yang sudah serta ingin membeli tiket balapan.

Bukti nyata lainnya adalah, tiket VIP sudah ludes. Kini, tersisa kelas lainnya dan itu masih terus bergerak, menurut Wakil Direktur Komite Penyelenggara Jakarta E-Prix, Gunung Kartiko.

Pun, tiket VVIP, menurut Gunung, juga mulai laris terjual. Bahkan, tiket grandstand sudah mencapai level 70 persen terjual.

"Kami punya target di kelas Festival 40 ribu, di dalam ini sekitar 7.000, artinya sekitar 15 persen," ujar Gunung.

Menonton Formula E sebenarnya sangat nyaman. Tingkat kebisingan saat menyaksikan balapan Formula E, tak memekakkan telinga.

Sebab, mobil Formula E tak memiliki internal combustion engine, yang membuat tingkat kebisingan mobilnya maksimal cuma 80 desibel. Ini sudah setara saat jalan raya di kawasan Jakarta dalam kondisi macet.

Kemudian, jika dibandingkan mobil F1, tingkat kebisingannya mencapai 134 desibel. Mobil F1 punya suara sekeras pesawat yang sedang lepas landas, jadi polusi suara pun tercipta di sini.

Salah satu pecinta olahraga otomotif, Andre Nasser, mengakui kalau Formula E akan memberi warna baru dalam dunia adu pacu di Indonesia serta dunia. Dengan Formula E, orientasi masyarakat bisa bergeser.

"Pembalap itu pada dasarnya figur publik juga. Mereka punya pengaruh dan bisa mengampanyekan bagaimana energi terbarukan ini bisa dipakai oleh masyarakat. Pun, sekarang memang eranya teknologi listrik dalam kendaraan. Saya yakin, perlahan pola pikir masyarakat akan beralih ke teknologi yang ramah lingkungan. Formula E bisa jadi momen yang tepat," ujar Andre, yang dulunya sering terjun dalam ajang balap mobil amatir, kepada IDN Times, Jumat (20/5/2022).

Pemikiran yang Mulai Bergeser

Jakarta E-Prix, Era Baru Balap Mobil yang Lebih SehatSirkuit Formula E (IDN Times/Aryodamar)

Selain menggeser pola pikir masyarakat umum, hadirnya Formula E juga bisa menarik minat para pembalap nasional untuk memassalkan balapan dengan kendaraan listrik. Ya, ini misi yang sangat berat.

Berkaca pada start Formula E di 2014, para pembalap kelas dunia saja masih menganggap remeh prospek balapan di mobil listrik. Namun, perlahan mereka mulai terbuka pikirannya.

Bahkan, sebenarnya bukan cuma balap mobil, MotoGP pun sudah memikirkan bagaimana caranya menyelenggarakan kompetisi dengan menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Saat ini, seluruh elemen di MotoGP telah berkoordinasi dengan pemasok bahan bakar balapan.

Mereka tengah meracik formula bahan bakar yang ramah lingkungan dan bisa mendukung program NZE. Program ini sudah mendapat dukungan dari FIM.

Pun, sudah ada batas waktu kapan bahan bakar ramah lingkungan ini dipakai atau setidaknya diuji coba. Seluruh kelas MotoGP di 2024, kemungkinan sudah menggunakan bahan bakar dengan komposisi 40 persen non fosil.

Tiga tahun setelahnya, baru semua kelas diwajibkan menggunakan bahan bakar dengan komposisi 100 persen non fosil.

"Kami begitu antusias untuk terlibat dalam proyek bahan bakar ramah lingkungan ini. Kami berharap sudah bisa menggunakan bahan bakar nol karbon di balapan pada 2027. Tentunya, kami mau langkah ini ditiru para pemimpin dunia," ujar Presiden FIM, Jorge Viegas, dikutip situs resmi MotoGP.

Nico Rosberg, yang pernah jadi juara F1 di 2016, bahkan sempat merasa ragu terkait prospek Formula E. Namun, ketika menilik lebih jauh masa depan penggunaan mobil listrik, Rosberg mulai optimistis akan prospek balapan Formula E.

Rosberg pun mendirikan tim balapnya sendiri, RXR. Tim tersebut terjun di kompetisi reli elektrik, Extreme E.

"Saya selalu tertarik terhadap perkembangan teknologi dan perkembangan dalam dunia otomotif serta hal lainnya. Balapan memang memainkan peranan penting dalam transfer teknologi penggunaan massal. Makanya, saat karier balap saya selesai, lebih baik berinvestasi dalam teknologi balapan yang lebih ramah lingkungan," ujar Rosberg dikutip Autosport.

Baca Juga: McLaren Gabung Formula E 2023 setelah Ambil Alih Tempat Mercedes

Masa Depan Formula E yang Cerah

Jakarta E-Prix, Era Baru Balap Mobil yang Lebih Sehatautosport.com

Bagi Rosberg, perkembangan Formula E akan menjadi masif di masa depan. Dia mengakui saat ini banyak pihak yang menyatakan Formula E sebagai sebuah "perjudian". Namun, hal tersebut, diyakini Rosberg akan berubah sendirinya.

Apa yang dikatakan Rosberg memang benar adanya. Sejumlah pabrikan raksasa seperti Mercedes sudah sempat membangun tim untuk berkompetisi di Formula E, meski pada akhirnya digantikan oleh McLaren di musim depan. Tentunya, tren ini akan menjadi efek domino ke pabrikan lain.

Dari kehidupan nyata, penyelenggaraan Formula E memang sudah mulai memberikan dampak signifikan. Populasi pengguna mobil atau kendaraan listrik di dunia kian meningkat. Tak usah jauh-jauh, lihat saja di Indonesia.

Jumlah pengguna kendaraan listrik kian meningkat. Memang, Indonesia termasuk rendah dalam urusan pengguna kendaraan listrik. Data dari Kementerian Transportasi per November 2021 lalu, baru sekitar 14.400 kendaraan listrik yang beredar di Indonesia.

Sebanyak 12.464 merupakan motor listrik dan sisanya adalah mobil. Namun, berbagai pihak terus mendorong agar kendaraan berbasis bahan bakar listrik digalakkan. Perusahaan transportasi daring seperti Gojek dan Grab, telah mengimbau kepada para mitra pengemudi untuk menggunakan armada yang ramah lingkungan alias motor atau mobil listrik.

"Ayah saya sempat jadi fans garis keras penggunaan mobil bensin. Tapi, kini dia menjadi penggemar Formula E. Pada dasarnya, Formula E memberikan prospek keberlanjutan. Kini, pasar juga sedang bergeser ke arah keberlanjutan dan tak memberikan toleransi atas pencemaran lingkungan. Makanya, Formula E memiliki masa depan yang cerah," kata Rosberg.

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya