4 Hal yang Membuat All England Berbeda dari Tahun Lalu

Pasti kamu gak sadar kalau ada yang berubah. Pada tahu gak bedanya apa saja?

Hajatan akbar Yonex All England Open akan segera bergulir. Indonesia mengirimkan pemain-pemain terbaiknya untuk bersaing di turnamen yang akan berlangsung pada 14 – 18 Maret ini, termasuk sang juara bertahan nomor ganda putra, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Namun, penyelenggaraan turnamen prestisius ini mengalami perbedaan jika dibandingkan dengaan tahun lalu. Apa saja?

1. Nama dan level turnamen berubah

4 Hal yang Membuat All England Berbeda dari Tahun Lalubwfworldtour.com

Mulai tahun 2018 BWF memberlakukan struktur turnamen baru. Jika sebelumnya kita mengenal All England sebagai turnamen level super series premier, maka untuk tahun ini berganti. Kini All England berlevel HSBC BWF World Tour Super 1000 bersama dua turnamen lain, Indonesia Open dan China Open. Level ini merupakan kasta tertinggi kedua di Grade 2, tepat satu strip di bawah World Tour Finals.

2. Venue tetap namun berganti nama

4 Hal yang Membuat All England Berbeda dari Tahun Lalubadzine.net

Beberapa tahun terakhir, All England selalu menggunakan Barclaycard Arena sebagai tempat penyelenggaraan turnamen. Begitu juga dengan tahun ini, venue ini tetap dipakai, namun beganti nama.

Dikutip dari arenabham.co.uk, mulai 1 September 2017 Barclaycard Arena berubah nama menjadi Arena Birmingham. Hal ini karena pihak Barclaycard memutus hak penamaan, serta berharap ingin lebih berkembang dengan penamaan yang baru.

3. Tidak ada babak kualifikasi

4 Hal yang Membuat All England Berbeda dari Tahun Lalubadmintonindonesia.org

Sesuai aturan BWF, untuk turnamen grade 2 level 2 tidak ada babak kualifikasi. Hal ini karena level ini adalah level elit yang tidak sembarangan pemain dapat berpartisipasi.

Supaya dapat ikut ambil bagian di turnamen ini, pemain harus memiliki peringkat dunia yang memadai. Artinya, jika terdapat 32 slot untuk tiap sektor, maka setidaknya dia harus berada di peringkat 32 besar dunia, dilansir dari Tournamentsoftware.com. Jika tidak, kesempatan untuk tampil sangat kecil, hanya mengandalkan pemain lain yang peringkatnya lebih tinggi yang tidak mendaftar.

4. Penerapan aturan service baru yang menuai kontroversi

4 Hal yang Membuat All England Berbeda dari Tahun Lalubadmintonindonesia.org

Baru-baru ini, heboh kabar mengenai atlet yang merasa dirugikan dengan keputusan servuce judge yang menganggap service mereka tidak sah. BWF memang tengah menerapkan aturan service baru dengan maksimal setinggi 115 cm dari lantai. Aturan ini mulai diterapkan pada turnamen German Open yang sudah berakhir Minggu, (11/3/2018).

Aturan ini dinilai subjektif karena tidak adanya teknologi yang memadai. Keputusan benar tidaknya hanya berdasarkan pengamatan hakim servis. Akibatnya, banyak pemain yang protes dan merasa menjadi korban dari aturan ini sebagai penyebab kekalahan.

Termasuk ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, yang terhenti di babak perempat final German Open. Terhitung lebih dari sepuluh kali servis Melati dinyatakan salah.

“Iya servis saya di-fault lebih dari sepuluh kali, jadi tadi sudah mengandalkan poin dari servis Jordan. Memang sangat disayangkan, dari game kedua pun sayang sekali harus lepas,” kata Melati, dikutip dari Badmintonindonesia.org.

Dan aturan baru ini juga akan diterapkan di All England. Banyak pemain yang berharap BWF meninjau ulang aturan ini supaya eksistensi bulu tangkis semakin terjaga.

Apapun itu, kita hanya bisa berharap semoga penggawa merah putih dapat menyesuaikan dan mencapai kesuksesan di All England.

Siswa Edu Photo Writer Siswa Edu

Pemimpi besar yang selalu percaya akan adanya kemudahan dari sang pencipta

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya