Dari Persiapan Cabang Trampoline, hingga Sekarang Belum Ada Atlet Pro Indonesia

Masih sekadar menjadi rekreasi di Indonesia

Jakarta, IDN Times - 40 cabang olahraga (cabor) akan dlombakan pada Asian Games 2018  di Jakarta dan Palembang. Trampoline menjadi satu dari sekian cabor yang nantinya dipertandingkan pada perhelatan olahraga terbesar se-Asia itu.

Menarik untuk menyimak olahraga trampoline. Sebab, selai baru dipertandingkan sejak Asian Games 2014, Indonesia hingga saat ini belum memiliki atlet profesional pada disiplin trampoline.

Penasaran kan dengan olahraga trampoline? Yuk kupas-tuntas mengenai trampoline di Indonesia.

1. Menjadi satu dari tiga cabor yang dilombakan pada Asian Games 2018

Dari Persiapan Cabang Trampoline, hingga Sekarang Belum Ada Atlet Pro IndonesiaIDN Times/Vanny El Rahman

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia (Persani) Ita Yuliati Irawan mengatakan, dari sekian disiplin olahraga senam yang akan dipertandingkan dalam Asian Games 2018, trampoline menjadi olahraga yang paling baru di Indonesia.

"Jadi untuk senam itu sebenarnya ada enam disiplin, tapi yang dipertandingkan hanya tiga di Asian Games 2018, Artistik, Ritmik, dan Trampoline. Untuk trampoline ini awalnya kegiatan rekreasi semata," katanya saat ditemui IDN Times di sela '2018 Trampolining Championship' di Houbii Urban Adventure Park, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Sabtu (14/4).

Kendati olahraga yang terhitung dini, PB Persani berupaya untuk sesegera mungkin melakukan pendataan terkait atlet yang memiliki bakat pada disiplin trampoline.

"Belum ada (atlet profesionalnya). Karena kegiatan ini di Pekan Olahraga Nasional (PON) sekalipun trampoline belun pernah dipertandingkan. Ada atlet yang berpotensi tapi belum jadi nasional," tuturnya.

2. Kompetisi trampoline menjadi ajang pembuktian kepada pemerintah

Dari Persiapan Cabang Trampoline, hingga Sekarang Belum Ada Atlet Pro IndonesiaIDN Times/Vanny El Rahman

Di sisi lain, keterbatasan fasilitas menjadi faktor yang menghambat perkembangan olahraga ini. Karenanya, kompetisi trampoline yang diselenggarakan oleh Houbii menjadi momentum bagi PB Persani untuk membuktikan kepada pemerintah kalau trampoline adalah olahraga yang patut diberikan perhatian.

"Paling gak ada tiga kendala ya untuk trampoline ini, yaitu fasilitas, sarana, dan pelatih. Makanya kompetisi ini menjadi ajang pembuktian kepada pemerintah dalam hal ini Kemenpora agar trampoline didukung," beber dia.

"Karena kalau bicara perhatian pemerintah, kita memang belum ngapa-ngapain. Kami sadar itu. Oleh sebab itu, saya berharap momentun ini menjadi titik awal kebangkitan trampoline," sambungnya.

3. Posisi olahraga trampoline di Indonesias masih tertinggal jauh

Dari Persiapan Cabang Trampoline, hingga Sekarang Belum Ada Atlet Pro IndonesiaIDN Times/Vanny El Rahman

Untuk olahraga trampoline di Asia Tenggara sendiri, posisi Indonesia bisa dikatakan cukup tertinggal dibanding tiga negara pesaingnya.

"Terus terang kami sangat terbelakang. Negara lain saat ini yang sudah mulai maju adalah Malaysia, Singapura, Vietnam baru juga. Kita belum memikirkan trampoline," pungkasnya.

Mengingat posisinya yang cukup tertinggal, Ita tidak memberi target khusus kepada atlet trampoline yang nantinya akan bertanding dalam Asian Games 2018.

"Rasanya gak bisa muluk-muluk ya (harapannya). Karena ini baru permulaan. Tapi untuk para atlet ini menjadi ajang yang sangat penting. Karena tampil di ajang Internasional. Jadi kami berharap pihak Menpora bisa menerima ini dan bisa memfasilitasi untuk kami," cerita Ita.

4. Baru ada satu sarana latihan di Jakarta

Dari Persiapan Cabang Trampoline, hingga Sekarang Belum Ada Atlet Pro IndonesiaIDN Times/Vanny El Rahman

Sementara, Edo Afrianto selaku General Manager Houbii Urban Adventure Park menyampaikan kalau gelanggang olahraga miliknya siap memfasilitasi para atlet nasional menjelang Asian Games 2018.

"Jadi berawal dari perbincangan kita dengan PB Persani. Trampoline sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan, mereka mengakui kalau kesulitan mendapati fasilitas selekas Olimpiade, apalagi setelah GBK direnovasi ya. Karenanya, kita sebagai industri olahraga turut bertanggung jawab," papar dia.

Oleh karenanya, terhitung sejak Februari 2018, gelanggang trampoline yang diresmikan sejak 17 Desember 2016 ini resmi menjalin nota kesepahaman dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Dalam hal ini, Houbii bekerja sama dengan Dinas Pariwisata DKI Jakarta untuk membantu pemerintah menyediakan sarana untuk pelatihan bakal calon atlet trampoline nasional.

"Melalui kerja sama dengan Pemprov, kami berharap agar Houbii bisa menjadi sarana rekreasi di Ibu Kota. Kemudian kerja sama dengan PB Persani, mereka juga akan menunjang prasarana olahraganya," beber Edo.

5. Indonesia memiliki banyak PR untuk meningkatkan olahraga trampoline

Dari Persiapan Cabang Trampoline, hingga Sekarang Belum Ada Atlet Pro IndonesiaIDN Times/Vanny El Rahman

Terkait kompetisi trampoline pertama di Indonesia, pihak penyelenggara menjadikan Greg Roe sebagai ketua jurinya. Untuk diketahui, Greg Roe adalah ahli akrobatik sekeligus pelatih ternama asal Kanada.

Kepada IDN Times, Greg mengatakan kalau dia begitu antusias dan merasa bangga dipercaya sebagai juri pada momen bersejarah trampoline di Indonesia.

Meski demikian, Greg menyampaikan, Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah supaya mampu mengejar ketertinggalannya.

"Tentu banyak pekerjaan yang harus dilakukan Indonesia untuk memajukan T\trampoline. Tapi saya kira ini akan menjadi antusias, karena kita mengembangkan olahraga yang menyenangkan, yang bisa dimainkan oleh segala umur," katanya.

Sebagai informasi, atlet yang memenangi '2018 Trampolining Championship' akan menjadi perwakilan untuk Indonesia di Asian Games 2018. 

Topik:

Berita Terkini Lainnya