3 Catatan dari Partai Final Cabor Sepak Bola Putra Asian Games 2018
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Misi Korea Selatan pertahankan medali emas cabor sepak bola putra Asian Games berakhir sukses. Berhadapan dengan Jepang di hari Sabtu (1/8) malam lalu, mereka berhasil menang dengan skor tipis 2-1 setelah lewati babak perpanjangan waktu.
Disaksikan ratusan pendukungnya yang padati Stadion Pakansari Cibinong, tim asuhan Kim Hak-bum begitu dominan di lapangan. Namun hasilnya baru terlihat pada extra time. Gol Lee Seung-woo (93') dan Hwang Hee-chan (101') lambungkan Son Heung-min cs. Sang lawan sendiri hanya sanggup membalas dari sebiji gol Ayase Ueda di menit ke-115.
Selain "selamatnya" karier Son Heung-min, ada catatan penting yang lahir dari duel tersebut. Berikut ini kami sajikan ketiga fakta menarik tersebut.
1. Korsel jadi tim dengan koleksi medali cabor sepak bola putra terbanyak
Raihan di edisi 2018 ini resmi catatkan Korsel sebagai pengoleksi medali emas terbanyak dari cabor sepak bola putra yakni lima kali. Taeguk Warriors sudah pernah meraih hasil serupa tahun 1970 (Bersama Myanmar), 1978 (Bersama Korea Utara), 1986 dan edisi Asian Games 2014 Incheon.
Namun jika ditilik lagi, catatan ini juga semakin teguhkan dominasi di skena sepak bola tanah Asia. Selain lima emas ada juga 3 perak (1954, 1958, 1962) dan 3 perunggu (1990, 2002, 2010) dengan total 11 medali.
2. Hwang Ui-jo, sang top skorer paling moncer
Editor’s picks
Dengan koleksi 9 gol, ujung tombak Korsel yakni Hwang Ui-jo didapuk sebagai top skorer Asian Games 2018. Padahal dirinya tak masuk dalam skuat edisi 2014 kemarin, atau saat usianya baru menginjak 22 tahun. Namun, diberi kesempatan kedua untuk bersinar dengan status sebagai pemain senior.
Sejak peserta turnamen diubah menjadi timnas U-23 ditambah jatah tiga pemain senior pada tahun 2002, Ui-jo patahkan rekor Odai Al-Saify (Yordania) di AG 2006 yang mampu lesakkan 7 gol. Namun jika menilik catatan saat tim senior masih diizinkan ikut, serta capaian penggawa klub Gamba Osaka tersebut baru samai torehan Faraj Laheeb (Kuwait) pada AG 1998.
3. Masa depan cerah tim U-21 Jepang
Medali perak untuk Jepang adalah pencapaian sensasional. Alih-alih datang dengan U-23, Japan Football Assiciation malah mengirim tim U-21 tanpa satupun pemain senior. Keraguan sempat membayang setelah mereka terhenti di babak perempat final Piala Asia U-23 bulan Januari lalu.
Hajime Moriyasu (Yang juga tangani Timnas Senior) memetik pelajaran berharga dari kegagalan tersebut. Beberapa nama baru pun dipanggil sekaligus sebagai bentuk evaluasi. Hasilnya, The Young Samurai sanggup melaju hingga partai puncak berkat permainan kolektif.
Koji Miyoshi dan kawan-kawan sendiri diproyeksikan untuk meraih medali emas Olimpiade 2020, saat Tokyo menjadi tuan rumah. Jalan memang masih panjang, namun tanda-tanda masa depan cerah sudah terlihat. Inikah sang calon raja benua Asia di tahun-tahun mendatang?
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.