Cerita-cerita dari Piala Dunia Silam: Asia (Bukan) Cuma Penggembira

#WorldCup2018 Ada masa di mana tim-tim Asia memberi kejutan

Laga pembuka Piala Dunia 2018 pertemukan Rusia dan Arab Saudi pada hari Kamis (14/6/2018) lalu di Stadion Luzhniki Moskow. Meski kurang diunggulkan melawan tuan rumah, tim dengan materi pemain lebih mentereng, tak ada yang menyangka bahwa Arab Saudi menelan kekalahan telak lima gol tanpa balas dari Sbornaya.

Sebagian orang menyuarakan rasa tidak puas di dunia maya atas penampilan buruk The Green Falcons. Yang lain mulai merasa bahwa keikutsertaan tim-tim Asia di pesta sepak bola terakbar itu hanya sebagai penggembira dan lumbung gol semata. Sejak Hindia-Belanda (cikal bakal Indonesia) menjadi wakil pertama di edisi 1938, nasib buruk seolah menjadi teman akrab.

Keperkasaan selama babak kualifikasi tidak tersisa sama sekali. Mentok-mentok paling jauh bisa mencapai fase gugur pertama sebelum rontok di tangan tim-tim Eropa atau Amerika Selatan. Namun, tim Asia pernah memberi kejutan di beberapa edisi sekaligus merusak dominasi para kesebelasan yang sudah mapan. Berikut ini daftarnya.

1. Arab Saudi (Piala Dunia 1994, Babak 16 Besar)

Cerita-cerita dari Piala Dunia Silam: Asia (Bukan) Cuma PenggembiraFIFA.com

Arab Saudi lagi? Ya, sang pesakitan sebenarnya pernah dilabeli pahlawan. Menjadi negara debutan di Piala Dunia Amerika Serikat 1994, mereka tergabung bersama Belanda, Belgia dan Maroko di Grup F. Saat semua mata lebih fokus pada dua nama pertama, tim wakil negara kaya minyak itu ternyata diam-diam menyiapkan terapi kejut.

Mereka datang dengan pemain-pemain yang turut ambil bagian dalam raihan runner-up Piala Asia 1992. Ada duet gelandang serang Saeed Al-Owairan – Khalid Al-Muwallid, Fahad Al Bishi sang top skorer AFC Cup 1992, serta gelandang bertahan Fuad Anwar yang waktu itu masih berusia 21 tahun.

Di laga pertama, mereka kalah dari Belanda dengan skor tipis 2-1. Sempat unggul di menit ke-18, De Oranje membalikkan keadaan di babak kedua. Bertemu Maroko lima hari berselang, Arab Saudi berhasil menang 2-1. Kejutan terjadi di partai terakhir.

Tim asuhan Jorge Solari itu mempercundangi Belgia, salah satu tim unggulan. Satu-satunya gol di laga itu tercipta melalui aksi solo run fantastis Al-Owairan dari tengah lapangan saat laga baru berjalan lima menit.

Dua kali menang dan unggul perolehan gol dari Belgia, Arab Saudi melenggang ke babak gugur dengan status runner-up grup. Sayang, Swedia menghentikan laju mereka di babak 16 besar dengan hasil akhir tiga gol berbalas satu. Meskipun begitu, Majed Abdullah dan kawan-kawan berhasil samai pencapaian Korea Utara di tahun 1966 yakni lolos ke fase knock-out pertama.

2. Korea Utara (Piala Dunia 1966, Perempat final)

Cerita-cerita dari Piala Dunia Silam: Asia (Bukan) Cuma PenggembiraTheseFootballTimes.com

Negara yang dikenal tertutup itu akan selalu dikenang dalam sejarah Piala Dunia. Jadi satu-satunya wakil Asia dalam PD 1966, Korea Utara bagai liliput di tengah kepungan gergasi.

Mereka bergabung di Grup 4 bersama Uni Soviet, Italia dan Chili. Datang dengan 22 pemain tim amatir lokal yang mayoritas berumur di bawah 25 tahun, tak ada yang mengira mereka sanggup berbicara banyak.

Sempat kalah 3-0 dari Uni Soviet di laga pertama, Pak Seung-zin dan kolega selanjutnya menahan imbang Chili dengan skor 1-1. Di pertandingan terakhir, mereka bertemu tim kuat Italia yang butuh kemenangan demi lolos ke babak gugur.

Secara materi, Gli Azzuri jelas lebih unggul. Mereka punya trio Inter Milan yakni bek Tarcisio Burgnich, “si tembok raksasa” Giachinto Fachetti serta ujung tombak Sandro Mazzola. Di luar dugaan, Chollima berhasil tundukkan sang raksasa.

Permainan spartan ditambah serangan kilat ternyata membuat bek-bek Italia kocar-kacir. Petaka datang untuk Azzuri di menit ke-42. Sepakan keras Pak Doo-ik berhasil merobek jala gawang Enrico Albertosi. Gol tersebut jadi satu-satunya yang tercipta sepanjang 90 menit.

Dua tim terbaik dari empat grup melaju ke perempat final, dan Korea Utara bertemu Portugal. Sempat memimpin 0-3, Portugal membalikkan keadaan menjadi 5-3 berkat penyerang andalan mereka, Eusebio.

Meski hanya mencapai 8 besar, capaian Korea Utara di PD 1966 jadi kebanggaan tersendiri bagi Asia. Datang ke tanah Inggris dengan senyap, mereka pulang sebagai pahlawan.

3. Korea Selatan (Piala Dunia 2002, Juara Keempat)

Cerita-cerita dari Piala Dunia Silam: Asia (Bukan) Cuma PenggembiraFourFourTwo.com

Torehan Korea Selatan di Piala Dunia 2002 (saat menjadi tuan rumah bersama Jepang) jadi prestasi paling sensasional tim benua kuning sejauh ini. Korsel tergabung di Grup D bersama Amerika Serikat, Portugal dan Polandia.

Di luar dugaan, dua nama terakhir gagal lolos dari fase grup. Korsel berhasil finis sebagai pemuncak grup berkat dua kali menang dan sekali imbang, termasuk kemenangan sensasional 1-0 atas Portugal di partai terakhir fase grup.

Di babak 16 besar, mereka bertemu Italia yang waktu itu dipenuhi pemain bintang macam Paolo Maldini, Gianluca Zambrotta, Francesco Totti, Christian Vieri hingga Alessandro Del Piero. Namun Si Biru di luar dugaan takluk dari Pasukan Taeguk dengan skor 2-1.

Uniknya gol emas pengirim Italia pulang terlalu cepat tercipta dari sundulan Ahn Jung-hwan, striker yang waktu itu memperkuat salah satu klub Serie A yakni Perugia. Spanyol menjadi korban selanjutnya di perempat final melalui adu penalti setelah skor kacamata tak berubah hingga 120 menit.

Namun, mimpi tim asuhan meneer Guus Hiddink itu untuk jadi tim Asia pertama yang melaju hingga partai puncak pupus di tangan Jerman. Di semifinal, Hong Myung-bo dan kawan-kawan kalah oleh gol semata wayang Michael Ballack.

Finis sebagai juara empat (kalah 3-2 dari Turki dalam play-off peringkat ketiga), Korsel berhasil menjadi tim Asia dengan laju paling jauh sepanjang sejarah Piala Dunia. Beberapa pemain mereka yang tampil apik waktu itu kemudian direkrut klub-klub Eropa. Ada Cha Du-ri (Arminia Bielefeld, Jerman), Lee Chun-soo (Real Sociedad, Spanyol), Lee Eul-yong (Trabzonspor, Turki), Lee Young-pyo dan Park Ji-sung (PSV Eindhoven, Belanda).

Achmad Hidayat Alsair Photo Verified Writer Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indra Zakaria

Berita Terkini Lainnya