Play-Off Juara Tiga Sering Dianggap Kurang Menarik, Kenapa Ya?

#WorldCup2018 Masih ingat siapa juara tiga Piala Dunia 2010?

Belgia dan Inggris dipastikan bertemu di babak perebutan tempat ketiga Piala Dunia 2010 yang berlangsung di Krestovsky Stadium Saint Petersburg hari Sabtu (14/7) mendatang. Meski gugur di semi final, keduanya telah menyamai raihan pendahulu mereka yakni di edisi 1986 untuk De Rode Duivels, dan 1990 bagi pasukan Gareth Southgate.

Seperti yang terjadi di edisi-edisi sebelumnya, partai tersebut dipastikan akan minim pemberitaan. Mayoritas perhatian tertuju pada partai puncak keesokan harinya. Tak ada drama bakal tersaji mengingat kedua tim mungkin saja turun dengan setengah hati.

Sejak pertama kali diadakan pada edisi 1934, laga penentu gelar "hiburan" itu juga tak mampu menyedot banyak penonton untuk datang langsung memenuhi setiap sudut bangku stadion. Apa sebabnya?

1. Kalah di semi final membuat fokus pemain sudah berkurang

Play-Off Juara Tiga Sering Dianggap Kurang Menarik, Kenapa Ya?FIFA.com

Laga play-off juara ketiga sebenarnya kerap tak diinginkan oleh dua tim yang sudah "patah hati". Tersandung di anak tangga terakhir dan sakit akibat kalah sudah meruntuhkan mental bertanding masing-masing kesebelasan. Tak ada lagi trofi untuk diperebutkan, tak ada lagi harapan juara.

"Kami semua cuma ingin pulang. Apalagi ketika kalah di babak adu penalti dari Jerman. Apapun yang dikatakan tak akan berpengaruh kepada semangat tanding," tutur Tony Dorigo kepada Yorkshire Post. Dorigo menjadi bagian dari skuat Inggris untuk Piala Dunia 1990, di mana mereka menjalani partai tersebut kontra Italia yang ditundukkan Argentina.

Menurut sosok yang bermain sebagai bek tersebut, kelelahan sudah menggelantung di kaki dan kepala beberapa rekannya seperti kolega sesama pemain belakang Stuart Pearce dan gelandang serang Chris Waddle.

Sudah menjadi rahasia umum di kalangan para pemain bahwa serius atau tidaknya tergantung pada bagaimana cara memandang 90 menit beraroma formalitas tersebut. FIFA selaku pihak penyelenggara hanya memberi label "prioritas kedua".

2. Masalah kebugaran juga jadi salah satu faktor penyumbang poin negatif

Play-Off Juara Tiga Sering Dianggap Kurang Menarik, Kenapa Ya?zimbio.com

Kebugaran jadi masalah utama. Louis van Gaal, pelatih Belanda di Piala Dunia 2014, pernah memprotes habis-habisan partai penentuan juara ketiga. Bahkan eks manajer Manchester United itu dengan lantang berujar bahwa pertandingan tersebut harusnya dienyahkan saja dari roster agenda ajang sekelas Piala Dunia.

"Aku pikir seharusnya pertandingan ini tidak pernah ada. Aku sudah mengatakannya selama 10 tahun terakhir. Waktu istirahat kami kurang sehari dibanding tim lawan, dan itu jelas tidak adil," kata meneer van Gaal jelang partai play-off kontra tuan rumah Brasil.

Hati seluruh penggawa Selecao waktu itu sudah remuk redam akibat dilindas habis Der Panser Jerman dengan skor amat telak 1-7. Ekspektasi juara lenyap, berganti jadi tangisan 200 juta penduduk yang kala itu menyaksikan baik di stadion ataupun layar televisi.

Tak ada lagi pertaruhan membuat juru taktik Brasil, Luis Felipe Scolari, menurunkan tim lapis kedua untuk bertemu Belanda. Hasilnya, mereka kembali ditekuk tiga gol tanpa balas dari Robin van Persie dan kawan-kawan. Kalah dua kali beruntun kontan saja jadi lembar penutup yang pahit.

3. Laga tersebut memberi kesempatan untuk pemain dengan jam terbang minim di level timnas

Play-Off Juara Tiga Sering Dianggap Kurang Menarik, Kenapa Ya?thesefootballtimes.co

Namun, play-off medali perunggu masih punya fungsi tersendiri. Para striker yang tengah memimpin daftar pencetak gol terbanyak diberi kesempatan menambah jumlah pundi angka sekaligus menyabet trofi sepatu emas. Sebutlah Salvatore "Toto" Schillaci (1990), Davor Suker (1998) dan Thomas Mueller (2010).

Selain itu, pemain-pemain yang minim jam terbang di level timnas bisa diberi kesempatan unjuk gigi. Tony Dorigo salah satu contohnya. Bek sayap yang dibesarkan Aston Villa ini menjadi starter saat The Three Lions bersua Italia tahun 1990. Selama 90 menit, Dorigo berduel dengan si palang pintu legendaris Guiseppe Bergomi. Satu assist turut lahir dari kakinya.

Laga berakhir 1-2 untuk kemenangan Gli Azzuri. Bergomi sendiri memilih bertukar kaos dengan Dorigo sebagai bentuk pengakuan meski banyak pemain Inggris yang memintanya lebih dahulu. Hanya tampil 15 kali bersama Inggris, pengalaman di play-off 1990 akan selalu dikenang oleh sosok yang lebih banyak habiskan karier profesionalnya bersama tim-tim semenjana.

4. Kadang, juara tiga pun bisa menjadi laga sarat gengsi

Play-Off Juara Tiga Sering Dianggap Kurang Menarik, Kenapa Ya?UEFA.com

Partai tersebut rupanya bisa sarat gengsi untuk tim-tim yang pada awal turnamen diperkirakan lebih banyak diam ketimbang memberi kejutan. Swedia di edisi 1994 dan Kroasia untuk 1998 jadi bukti sahih bahwa tak selamanya juara ketiga dipandang sebelah mata.

Rekor pun bisa tercipta. Sensasi gol 9 detik dari ujung tombak timnas Turki, Hakan Sukur, hadir pada play-off edisi 2002 di mana mereka keluar sebagai pemenang.

Meski minim sorotan dan diadakan jauh dari lokasi laga final, toh televisi masih menyiarkan langsung. Namun timbul perdebatan, apakah ini hanya untuk keuntungan finansial semata atau sekadar pengisi waktu lowong selama empat hari sebelum final? Lagipula, semua orang mungkin sudah lupa kalau Jerman adalah juara ketiga Piala Dunia 2010.

Achmad Hidayat Alsair Photo Verified Writer Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya